Mohon tunggu...
Pojok Lutfi
Pojok Lutfi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hukum Tajam ke "Tukang Sate," Tumpul ke "Tukang Situs"

23 Februari 2017   06:52 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:32 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penegakan hukum harus berdasarkan azas keadilan. Penegakan hukum juga harus dilakukan dengan tanpa pandang bulu. Siapapun dia, apapun profesinya, orang dekat atau bukan, hukum harus sama rata dan sama rasa.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa penegakan hukum di Indonesia sangat memprihatinkan. Masyarakat tidak pernah jera untuk terus melanggar hukum. Dan parahnya, penegak hukumnya pun juga tidak pernah jera tebang pilih dalam menegakkan hukum. Yang kontra pemerintah diuber orangnya dan dikulik kesalahannya. Sedang yang pro pemerintah seakan tak berdosa. Tajam ke bawah, tumpul ke atas. Begitu kira-kira.

Tentu anda masih ingat dengan kisah kasus si “Tukang Sate”. Seorang pria yang hanya lulusan SMP diciduk polisi karena dianggap melakukan penghinaan terhadap Tuan Jokowi di media sosial facebook.

Si Tukang Sate merupakan tulang punggung keluarga. Ia hanya memiliki penghasilan Rp. 35.000 per hari untuk menanggung hidup ibu dan ketika adinya. Ibu si Tukang Sate sampai memohon-mohon kepada polisi, agar anaknya tidak dihukum. Tapi tak sepatah katapun polisi menanggapi permohonan ibu si Tukang Sate tersebut. Bisa anda bayangkan, betapa nestapanya nasib si Tukang Sate. Betapa tajamnya hukum di negeri ini kepada si “Tukang Sate”.

Lain halnya dengan nasib yang dirasakan oleh si Tukang Situs. Tukang Situs jelas melakukan fitnah dan pencemaran nama baik. Tanpa mengoreksi, dan mengedit, si Tukang Situs memuat tulisan di situs buatannya sendiri. Entah disadarinya atau tidak, tulisan yang ia muat mengandung fitnah dan pencemaran nama baik.

Akhirnya, dilaporkanlah tindakan si Tukang Situs tersebut kepada pihak yang berwajib. Upaya proses hukum pun telah dilakukan, bukti-bukti kesalahan si Tukang Situs juga sudah diserahkan ke Bareskrim Mabes Polri.

Jika si Tukang Sate merupakan warga biasa dan hanya lulusan SMP, lain halnya dengan si Tukang Situs. Ia telah malang melintang di dunia perpolitikan tanah air. Kemenangan tuan Jokowi pun tak lepas dari perjuangan si Tukang Situs dalam mengendalikan citra dan popularitas Tuan Jokowi di media sosial. Maka sangatlah wajar, bila si Tukang Situs pernah diundang ke istana oleh Tuan Jokowi.

Jika si Tukang Sate hanya mengupload foto beserta captionnya di facebook, keesokan harinya langsung diciduk polisi, lain halnya dengan si Tukang Situs. Tukang Situs sudah dilapokan ke polisi, tapi Tukang Situs masih bebas bergerilya, melanglang buana kemana-mana, bahkan masih sempat nyinyir di situs buatannya.

Ya, hukum seakan hanya TAJAM ke “Tukang Sate,” tapi TUMPUL ke “Tukang Situs”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun