Masyarakat petani kini dimanjakan dengan sejumlah kecanggihan sarana dan produksi pertanian, terutama mereka yang fokus pada komoditi gabah atau padi dengan berbagai varitasnya.
Memasuki musim tanam, petani mulai mengerap sawah mereka. Setelah bibit disemai dan siap untuk ditanam. Tentu, diawali dengan pengarapan pengolahan tanah terlebih dahulu.
Setalah masa tanam, petani kerap menggunakan sejumlah pestisida guna memastikan tanaman padi lebih baik berkembang.
Pada masa ini, muncul permasalahan yang terkadang tanpa disadari petani. Yakni penggunaan pestisida secara berlebihan.
Niat untuk menyuburkan tanaman dan membuat hasil panen meningkat, malah justru menjadi bumerang. Lantaran, gabah yang dihasilkan terkesan dipaksakan.
Akhirnya, membuat kualitas beras anjlok walau masih memiliki nilai jual. Parahnya, beras hasil rangsangan pestisida berlebihan bisa membahayakan konsumen pada saat mengkonsumsi beras dimaksud.
Ketua Kelompok Tani Andalan Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang, ProvinsiAceh, Ibrahim menyebut, berlebihnya penggunaan pestisida berdampak buruk pada kualitas beras.
Karenanya, Bram--sapaan Ibrahim,menyarankan petani dibdaerah itu untuk lebih memahami tata cara penggunaan pestisida.
Terlebih, jelang panen menggunakan fungisida jenis tertentu yang merangsang batang dan bulir padi terlihat semakin berisi dan mempercepat masa panen.
"Kita kadang berfikir memberi rangsangan fungisida Folicur, Score dan Filia bisa mempercepat panen," katanya, Sabtu (11/7/2020).
Padahal, kondisi demikian tidak baik. Saat  gabah dijual ke pabrik penggilingan atau agen, akan tampak begitu berisi.
Namun, ketika tiba di pabrik penggilingan setelah dijemur, gabah tersebut menyusut karna besarnya bulir pada karna rangsangan air semata.
Akhirnya, agen atau pemilik penggilingan merugi. Diperparah dengan kualitas beras yang kurang baik dan berbahaya dikonsumsi karna mengandung banyak zat kimia.
"Kami imbau rekan petani agar tidak gunakan pestisida berlebih. Ini demi kebaikan semua pihak," imbuh dia.
Tambah Ibrahim, harga gabah di Aceh saat ini Rp 5.200 perkilogram. Jauh berbeda dengan harga di pulau Jawa yang hanya Rp 4.000 perkiloganya.
"Karna harga sudah lebih tinggi di Aceh dari pada pulau Jawa. Petani tidak perlu memberi rangsangan agar mempercepat panen. Biarkan panen alami sehingga kualitas beras terjamin," pungkasnya.
Sementara, dinukil dari AgroIndonesia, Kepala Sub Bidang Pengawasan Pupuk dan Pestisida Direktorat Jenderal Prasarana dan Pertanian Kementerian Pertanian, Endah Susilawati mengatakan, penggunaan pestisida sudah diambang batas berbahaya.
"Akibatnya menjadi resistensi terhadap beberapa hama tanaman dan merusak tanah pertanian," sebutnya.
Menurut dia, penggunaaan pestisida harus dipantau agar tidak berlebihan sehingga berdampak pada kesehatan dan lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H