Menurut Nurdin, mereka biasa saja melihat buaya itu. Karna saban air surut emang sering melihat binatang predator itu.
Waktu terus berlalu. Perahu akhirnya menepi di sebuah Tempat Pendaratan Ikan (TPI) milik nelayan Kuala Penaga. Hanya di sini perahu biasa ditambat sampai jam pulang sekolah tiba.
TPI itu tampak usang. Bahkan nyaris tak tersentuh pembangunan. Perlahan, satu persatu penumpang perahu turun dan menginjak kaki di daratan.
Kemudian, perjalanan satu kilometer harus dilakoni untuk tiba di sekolah tujuan.
Rupanya, kabar kedatangan Anggota DPR Aceh ini sudah diketahui sejumlah guru disana. Hanya saja, mereka tidak mengetahui bahwa ada kejutan untuk Marlia.
Kata Nurdin, dirinya mengabari gutu bahwa akan datang anggota dewan provinsi melihat sekolah dan mendengar keluhan guru-guru.
Setiba diruangan guru. Acara seremonial sederhana digelar. Tiba giliran Asrizal berbicara. Tak terduga, air matanya basahi pipi. Ia terisak dan begitu sedih merasakan perjalanan dengan perahu dan melihat kondisi sekolah.
"Hari ini saya rasakan betapa getirnya bapak-ibu guru untuk berjuang ke sekolah. Memberikan ilmu pengetahuan kepada generasi bangsa," ujar Asrizal menganak sungai di matanya.
Suasana haru terus membaluti seisi ruangan saat Asrizal secara tiba-tiba memberikan penghargaan kepada Marlia.
"Umrah gratis ini secara peribadi saya berikan atas dedikasi dan perjuangaj bu Marlia," kata Asrizal disambut puji syukir seluruh dewan guru.