Mohon tunggu...
Putra Zulfirman
Putra Zulfirman Mohon Tunggu... Jurnalis - Informatif & Edukatif

Kerja Ikhlas, keras dan cerdas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Baleum Syedara Menyeka Air Mata Dhuafa

1 Desember 2019   22:50 Diperbarui: 1 Desember 2019   22:51 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agus Setiawan menyerahkan sembako. Foto Istimewa.

Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Begitu pameo lama acap terucap. Bahwa liku hidup telah ditentukan Sang Khaliq. Manusia hanya berusaha, tawaqal dan terus beribadah pada-Nya.

Ini yang berlaku pada tiga nenek renta dan seorang kakek asal Kota Langsa, Propinsi Aceh. Keempatnya, punya cerita hidup tersendiri.

Kesamaannya hanya satu. Sama-sama didera penyakit dan hidup dibawah garis kemiskinan. 

Berawal dari informasi nitezen. Mengabarkan bahwa terdapat beberapa warga yang membutuhkan uluran tangan.

Sontak, empat anak muda dari Komunitas Baleum Syedara yang dimotori Agus Setiawan bergerak untuk mengumpulkan donasi.

Awalnya, hanya sebatas patungan di kalangan pekerja media. Para pewarta sejumlah media itu, mendonasikan rizkinya.

Namun, Allah SWT punya cara tersendiri membantu hamba-Nya. Lewat sosial media facebook. Agus Setiawan mendapat tawaran donasi dari sejumlah donatur. Termasuk, Kasat Lantas Polres Aceh Utara.

"Alhamdulillah donasi bertambah dari Kasat Lantas Polres Aceh Utara," ujar Agus kepada rekannya selepas shalat Jum'at, kemarin.

Agus Setiawan menyerahkan sembako. Foto Istimewa.
Agus Setiawan menyerahkan sembako. Foto Istimewa.

Tanpa menunggu lama, sebagaimana kebiasaan Komunitas Baleum Syedara, Minggu (1/12/2019), mereka menyambangi empat rumah berbeda.

Agus Setiawan, Hendra Popon, Mahyuddin Cannon dan Pandek, bergegas melaju ke kediaman Damien (78), warga Meurandeh Teungoh Kecamatan Langsa Lama.

Nenek renta ini menderita stroke sehingga lidahnya kelu tak lagi dapat berbicara. Ia tinggal bersama anaknya yang telah menjanda pula.

Sungguh derita tiada akhir bagi keluarga nestapa ini. Kehadiran Agus Setiawan dan kawan-kawanya, seperti oase bagi Nek Damien.

Betapa tidak, selama ini mereka hanya mampu membeli beras kiloan. Namun, Agus datang dengan membawa sembako dan sedikit rupiah hasil donasi yang digalang.

"Ini cuma sedikit. Mohon diterima semoga bermanfaat," ujar Agus menyerahkan sembako.

Tangan jejeka itu dijabat erat Nek Damien. Meski tak mampu berkata, binar matanya menganak sungai, menandakan dia pilu sekaligus bahagia.

Lama dipandanginya Agus Setiawan yang sebenarnya tak begitu rupawan. Perlahan tangan Agus dilepasnya, seolah Damien mengucap terima kasih pada pioner Baleum Syedara ini.

Nurlidan terbaring di ruang tamu rumahnya. Foto Istimewa
Nurlidan terbaring di ruang tamu rumahnya. Foto Istimewa

Rumah kedua yang dituju berada di Desa Pondok Keumuning, masih di Kecamatan Langsa Lama. Di sana, Manase (80), terbaring lunglai di pembaringan lusuhnya.

Sakit menua yang derita, memaksa nenek ini hanya terbaring saja. Sesekali, tatapnya menerawang seisi kamar yang hanya berukiran sempit itu.

Mengetahui kehadiran Baleum Syedara, Manase melempar senyum. Semburat wajahnya seolah bahagia, dikunjungi empat pria muda nan perkasa.

"Terima kasih atas bantuan sembakonya nak. Semoga kalian sehat dan murah rizki," tutur Manase sumbringah.

Setelah berpamitan, Agus dan rekan menuju perumahan Pusong di Desa Lhok Banie Kecamatan Langsa Barat. Nurlidan(58), terbaring di ruang tamu rumah berukuran mini itu.

Pria ini menderita lumpuh. Sontak, seluruh kebutuhan rumah tangga yang selama ini dipundaknya, tak lagi mampu ia penuhi.

Nurlidan menyeka air mata yang basahi pipinya. Ia terenyuh, masih ada anak muda yang peduli terhadap sesama di tengah degradasi moral saat ini.

"Saya terharu. Terima kasih bantuannya. Saya doakan kalian sehat dan Allah berikan pahala jariyah," ucap Nurlidan lirih.

Meski senja mulai tampak di ufuk barat. Tak surutkan semangat empat pemuda tuk tuntaskan misi kemanusiaannya.

Bergegas mereka menuju kediaman Umi Kalsum (70), warga Sungai Pauh Pusaka Kecamatan Langsa Barat.

Nek Umi begitu ia disapa, telah lama diserang stroke. Hingga dia tak mampu lagi berbicara. 

Kesehariannya dirawat anaknya yang janda. Keluarga ini jauh dari kata sejahtera. 

Komunitas Baleum Syedara berbagi dengan dhufa. Foto istimewa.
Komunitas Baleum Syedara berbagi dengan dhufa. Foto istimewa.

Entah mengapa, muka Agus Setiawan mulai membilur pilu. Rona wajahnya tampak sedih.

"Sedari tadi saya tak kuat melihat derita orangtua kita berempat ini. Begitu berat cobaan hidup padanya," ungkap Agus terbata, sambil serahkan bantuan sembako kepada anak Nek Umi.

Roda zaman boleh berganti, masa berubah. Tapi ketetapan tuhan pasti terjadi. Bahwa hidup adalah perjuangan tanpa henti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun