Mohon tunggu...
febriana puspa sari
febriana puspa sari Mohon Tunggu... -

hanya sekedar menyandarkan bahu pada satu fikiran yang kadang q juga tak tahu apa?tapi, semua ini harus dituangkan dan diselesaikan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kotak di Bawah Kolong Meja

14 Oktober 2011   14:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:57 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash



Hujan di luar rumah masih samar-samar ku dengar dari balik selimutku, kadang semilir angin yang memaksa masuk melewati ventilasi jendela kamarku membuatku semakin menarik selimut lebih dalam lagi. Aku yakin sedangtak berada di negara Eropa ataupun orang yang mempunyai AC di kamar sendiri. Tapi, kenapa pagi ini menjadi sangat dingin dan membuat ku semakin tak ingin berpaling dari bantal dan guling ku. Mataku masih anteng terpejam, tapi otakku sudah bangun untuk kembalimenata ingatan semua kegiatan yang akan aku lakukan. Seperti awan tebal yang enggan meninggalkan kotajogja dari semalam hingga pagi ini, serta suara katak yang asyik bersahutanmendendangkan tarian hujan.begitupun dengan hatiku yang masih ingin bermanja dengan suasana yang menyenangkan ini. Tapi, ku tengok jam di handphone ku,jam 05.20.

”Huwwwft”helaan nafas ku terhenti saat aku tahu shubuh sudah hampir lewat.

Bergegas ku bangun dari tidurku, kuyakinkan diri bahwa semua nyawa sudah terkumpul.Dingin udara sudah tak ku hiraukan lagi, Allah kan g’suka sama orang yang malas batinku. Ku lihat sepintas jadwal di dinding kamarku, kuliah pagi sampai siang,gantian shift kerja di toko buku sampai sore dan malamnya di tutup dengan ngeles privat di tempat Adhitanak tetangga kos Ku.

“Semoga Allah Memberi ku kekuatan sampai malam nanti,amien”

Setelah semua siap dan rapi , ku bergegas keluar kamar. Bersamaan dengan itu ada ketukan di luar pintu.

“Mas Ardhan,nanti bisa berangkat rapat perdana TPA sore ni?tanya Bayu terburu-buru.sepertinya dia sudah telat kuliah.

“Lho emang rapatnnya nanti sore ya?kayakna ga’da smz masuk, ?tanyaku panjang lebar.

“tar sore, ba’da ashar mas. Ku udah kirim smz tadi malam.bisa datang kan mas?”

Tanpa sempat ku menjawab pertanyaan ,tiba-tiba Bayu…..

“ya udah mas,ku buru-buru kuliah.nanti datang atau ga’datangsmz Bayu aja yach mas”. Teriak Bayu sambil menstarter motornya.

“ Ya” Jawabku singkat sembari melihat bayangan Bayu menghilang di balik tikungan.

Ku hanya bisa menghela nafas panjang, semua amanah ini harus segera aku penuhi. Aku tak ingin semua orang kecewa karena ku yang tak pandai mengatur waktu.

Ku percepat langkahku menuju kampus, kali ini aku memang sengaja ga’ pake motor.sedikit ngirit lah, lagian jarak koz dengan kampus juga tidak terlalu jauh. Aku selalu ingat apa kata almarhum Ayah, kalau hidup ini harus selalu hemat . walaupun kelak kita berhasil dalam hidup. Meski nyatanya aku terlahir dengan hidup yang harus selalu kekurangan, pergi ditinggal Ayah ketika usia ku 5 tahun dengan ibu yang bekerjamengandalkan garapan sawah dari tetangga yang tidak begitu pasti penghasilannya. Karena itulah, maka Ibu memutuskan untuk pergi merantau ke Singapura menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita) bersama beberapa tetangga yang juga berharap dapat merubah nasib keluarga demi menghidupi ke-3 anaknya . Dari kecil hingga Kuliah sekarang, Hemat dan prihatin menjadibagian dari perjalanan hidupku dan aku harus bisa membuat Ibu bangga dengan sekolah hingga ke perguruan tinggi. Karena dari semua saudaraku, hanya aku yang mempunyai kesempatan untuk kuliah.

Airmata ku Menetes perlahan, Aku sangat merindukan Ayah, juga Ibu yang hanya pulang 5 tahun sekali. Bahkan Ibu belum pernah melihat aku mengenakan seragam SMA dulu , apalagi sekarang aku sudah berada di bangku kuliah......Huwwwft,Kapan aku bisa melihat Ibu lagi yach. batinku miris

Ku usap lagi airmata dan kucoba ku tata hatiku yang semakin bergemuruh jika aku mengingat Ayah dan Ibu. Aku tak boleh menjadi laki-laki yang melankolis dan sensitive, harus kuatlah!!mosok ikhwan gini,apa kata akhwat kalau mereka tahu,gumamku sambil tersenyum kecil. Semua kehidupan yang sangat pahit itu sudah terlewati, kini tujuan hidup ku hanyalah adalah hanya membahagiakan Ibu dan adik semata wayangnya.

Perkuliahan hari ini tidak begitu istimewa, sama halnya dengan hari –hari biasa. Apalagi banyak hal yang sedang aku fikirkan, entah masalah organisasi, tugas yang menumpuk,atau kerjaan yang semakin hari membuat ku stress. Sepulang dari kuliah, aku langsung pulang untuk mengambil motor karena harus pergi ke toko buku untuk bertukar shift kerja. Q masuk kamar untuk menaruh beberapa buku dan file tugas ku. Sesaat aku tertegun memandangi tumpukan terjemahan dan beberapa file tugas yang ku biarkan teroonggok di samping komputer kerjaku. Entah kapan q kan menyentuhnya, mungkin nanti setelah semua pekerjaan di luar koz selesai. Hampir saja q beranjak untuk berangkat kerja.Tapi, langkahku terhenti saat melihat sesuatu di bawah meja itu .Perlahan ku rogoh saku celana ,ada uang yang bergambar Otto Iskandardinata disana. Lumayan untuk hari ini,kumasukkan ke dalam kotak yang tersimpan rapi di bawah meja. Tak sabar jika harus melihatnya sepanjang hari, semua ini aku lakukan hanya demi Ibu dan impian ku untuk meneruskan study ke luar negri.

“Kayakna masih lama d’” gumamku lirih.

Ku beranjak dari lamunan ku, dan bergegas menuju ke toko buku .jangan sampai kena marah neh sama bos....seneng kalau membayangkan 2 minggu lagi gajian. Tiba-tiba seperti ada energi yang membuat ku semangat.Ibu, tetap doakan anakmu ini yach.isi pesan ku untuk ibusesaat sebelum ku lajukan motor ku.

Hari ini, hari selasa. 2 minggu sudah aku menunggu untuk menerima gaji , tak sabar rasanya untuk segera menerimanya. Selesai mengerjakan terjemahan dan sedikit menrampungkan opini ku untuk kukirimkan kesalahsatusurat kabar di Jogja.Ku beranjak untuk mandi dan bersiap ke toko buku. Hari ini libur kuliah, untung saja beberapa tugas kuliah sudah aku lembur 3 malam kemarin.tidak sia-sia perjuangan ku ternyata, makanya hari ini beberapa file kerjaku sudah mulai sedikit berkurang.

“Mau kemana mas?Happy bener,ngambil transferan dari ibu yach mas? Selidik bayu

“ngambil gaji koq, kiriman dari ibu mahmasih lama yu. Lagian ga ‘harus ngandelin nunggu dari ibu aja kan...hehe”

“ Betul-betul .Wah, boleh neh mas.traktir”sela Bayu sambil menirukan ucapan tokoh animasi dari Malaysia

“Hmmm.Insya Allah” Jawab ku singkat

Bayu adalah teman akrabku di kos, meski hanya adik kelas.tapi, dari beberapa teman koz.sepertinya hanya dia yang tahu kondisi ku yang tak cukup berada seperti mahasiswa-mahasiswa lain. Dengannya juga kadang aku meminjam uang tanpa rasa canggung. Dulu saat aku masih menggantungkan hidupku setiap bulan pada uang kirimandari Ibu yang kadang tidak selalu cukup dengan segala kebutuhan ku . Bayu datang menawarkan bantuan. Untuk itu, pekerjaan seperti tentor privat, menerima file terjemahan Inggris atau Jerman sampaibekerja part timedi Toko Buku pun aku jalani dengan ikhlas. Walaupun kadang statusku sebagai ustadz di TPA terpaksa ku tinggalkan atau salah satu organisasi di kampus yangakhir –akhir ini ku biarkan begitu saja.Tapi, semuanya memang harus ada yang ku kukorbankan. Agak sedikit egois memang, tapi Allah Maha Tahu.Untuk apa aku berjuangtanpa saudaradi tanah rantau jogja tercinta ini?Mungkin setelah semuanya dapat q manage dengan baik, tidak akan ada yang terbengkalai lagi.

Sesaat sebelum pergi ke toko buku, ku sempatkan menyelipkan beberapa lembar uang ke kotak dan meninggalkannya dengan sejuta impian yang masih berada di dalam kotak itu.

To. Mas Ardhan

^TPA LIBUR 3 HARI, mas.^

By Bayu^_^

Isi Memo singkat dari Bayu yangtertempel di pintu kamar kos ku , membuat ku tenang.Waktunya untuk istirahat berarti.2 minggu ini sangatmelelahkan,tapi semuanya rasanya terbayar dengan uang yang baru saja ku terima.hasil dari kerja keras ku sebulan ini. Sebentar ku rebahkan badan, sedang tangan kananku meraih kotak di kolong meja yang sudah 2 tahun ini setia menemani ku.Kuangkat dan ku letakkan di sisi kiri badanku.Ada rasa ingin segera membukanya,ku elus kotak besar itu.Ku pandangi lamadan ku putar –putar bentuk kotak itu. Tak ada yang berubah sejak 2 tahun yang lalu aku membelinya, mungkin saja warnanya yang mulai lusuh dan kusam karena selalu ku letakkan di bawah kolong meja dan tentu saja isinya sudah mulai terasa berat. Mungkin ada sebagian orang yang beranggapan bahwa benda seperti ini tidak ada gunanya. Buat apa capek-capek menyimpan uang disini, kan ada bank atau kantor Pos yang katanya sih lebih aman . Tapi, aku tak peduli. Zaman boleh saja bertambah maju, tapi, aku tak peduli. Asal ku merasa nyaman denagn sesuatu, pasti akan selalu ku jaga. Ku rogoh dompet dan ku buka isi amplop yang tadi baru saja diberikan oleh Bos.Ku ambil beberapa lembar, entah berapa jumlahnya.langsung kumasukkan ke dalam kotak.

“Hmmmm, sabar ku akan berbuah manis.sebentar lagi” ucapku sambil terus menimang kotak itu.

Dering sms di handphone menyadarkan lamunan ku, Kayak no luar negri. Pasti dari Ibu, pekik ku girang.Kubaca hati-hati dan berulang-ulang sms Ibu, tetap saja tak berubah.

Uangnya baru bisa dikirim minggu depan yach nak.maafin Ibu, ....sepenggal kalimat yang cukup membuat ku sedih.Untung saja ku mempunyai uang hasil kerjaan ku selama ini, jadi jika Ibu mengirimkan kabar bahwa akan terlambat mengirimkan uangnya. Aku sudah tak khawatir lagi. Malahan aku ingin sekali meminta Ibu untuk pulang ke Indonesia dan bekerja disini saja. Besok kalau aku sudah lulus kuliah dan mempunyai pekerjaan tetap, Ibu akan selalu ku bahagiakan dengan berada di rumah saja. Sudah cukup perjuangan Ibu membesarkan dan meyekolahkan anaknya hingga ke Perguruan Tinggi. Karenaaku tak tega jika harus terus menerus membiarkan Ibu bekerja keras jauh di negara lain.Maka dari itu, kuliah di Jogja adalah perjuangan terberatku sekaligus pengalaman yang yang takkan terlupakan seumur hidupku.Walaupun kuliah ini kudapatkan melalui beasiswa, tapi tetap saja untuk memenuhi kebutuhanku dan membayar kos. Uang hasil dari kerjaku dan kiriman dari Ibu selalu kunantikan.

“Bayu, aku titip kamar yach.perasaan ku sepertinya berat meninggalkan kos hari ini. Tapi, hari ini aku harus menggantikan shift kerja temanku yang lagi sakit”Ucapku sambil mengunci pintu kamar. Ketika kudapati Bayu yang sedang asyik menonton TV.

“ Owkey,d’ mas.hari ini kayakna aku juga ga’da acara diluar.”

“Insya Allah, save lah.” Tambah Bayu.

Sepanjang hari perasaan ku tidak enak, ada saja hal yang sepertinya selalu salah dimata pelanggan. Tak pernah seperti ini sebelumnya, hingga sampai Bos mendekat dan menegur kinerjaku hari ini.Sungguh tak enaknya rasanya, ditegur di depan teman-teman semua.tapi, memang aku yang salah.Ku coba shalat untuk sedikit menenangkan hatiku, hasilnya hanya sedikit mengurangi tapi tidak menghilangkan sepenuhnya rasa ini.

Akhirnya selesai juga kerja hari ini, waktunya istirahat di kos. Perasaanku sudah mulai membaik, mungkin memang ga’kan terjadi apa-apa. Aku saja yang terlalu khawatir. Suasana sangat sepi dan begitu lengang.Udara malam, sisa hujan tadi masih begitu dingin.menusuk tulang.Ku tuntun motor memasuki garasi kos,aku tak ingin membangunkan seisi kos dengan suara dari motor butut ku.Ku pandangi sekeliling ruang tamu sebelum masukkamar, tidak ada yang berubah sejak tadi pagi.Huwwwft....ku masukkamar dan tercium bau minyak kashmir yang tadi pagi ku pakai masih tertinggalnya baunya ternyata. Ku lihat kotak itu masih tersimpan rapi di kolong meja,tenang hatiku melihatnya masih bersamaku. Setelah sholat Isya, mataku benar-benar harus istirahat. Hingga tak sadar aku tertidur masih menggunakan sarung dan peci.

Ku buka mata,tersadar. Terdengar ketukan danpanggilan dari balik pintu yang ku kunci. Samar-samar ku dengar teriakan-teriakan dari kamar kos, hirur pikuk minta tolong dan satu suara yang membuatku terhenyak.

“Kebakaran.....Kebakaran.....Kebakaran tolong!”

“Kebakaran….Ayo Keluar rumah….Kebakaran….

Kuyakinkan bahwa itu suara live dari luar kos, bukan suara televisi yang dinyalakan keras di ruang tamu.

“Mas Ardhan, bangun!!!kebakaran Mas....kebakaran .”Suara Bayu terdengar ketakutan sambil terus batuk-batuk.

Bergegas kuberanjak dari tempat tidur, ku sambar handphone di meja.masih sangat pagi ,gumamku. Kepulan asap mulai memaksa masuk melewati celah di bawah pintu kamar dan jendela kamarku.tak sempat untuk mengganti baju,ku keluar denagn baju yang menempel di badan , Ku buka pintu dan langsung asap tebal menyergapku,seakan kehilangan nafas.refleks ku mulai batuk-batuk. Ku panggil Bayu, tapi banyak sekali suara yang aku dengar,aku tak bisa mendengar suara –suara dengan jelas.Mendadak Kos diliputi keramaian dan kegaduhan, aku tak memikirkan apapun karena api mulai membesar memasuki ruang tamu.Aku keluar sambil berusaha menyelamatkan semua barang yang masih bisa ku selamatkan begitupun dengan penghuni kos lain. Hatiku terus mempertanyakan apa yang membuat semua ini bias terjadi...Api terus saja memaksa masuk kedidinding ruangan di kos ku dan kos-kos lain yang juga terkena amuk si jago merah. Kini api itu sudah melalap habis dapur yang berdekatan dengan kamar Bayu. Aku, Bayu dan beberapa teman-teman kos lainnya sibuk mencari air berusaha memadamkan dengan air seadanya sambil menunggu petugas Pemadam kebakaran dating .Aku masih saja sibukmengambil air dari sumur mushala yang tak jauh dari kos saat aku teringat sesuatu yang sepertinya masih tertinggal di kamar, yang sangat berharga dan selama ini selalu menemaniku.

“ KOTAK ITU......”teriakku sambil berlari memasuki puing-puing ruangan yang sudah hangus terbakar.

“Mas, jangan masuk….mas”orang-orang berusaha mencegah ku dan memegang tanganku erat.

“Tapi,kotak itu yu....ku menuding-nuding kamar ku yang sudah dapat dilihat dari luar karena dinding depan yang habis terbakar kepada bayu yang terus memandangku.

“iya, mas.aku tahu. Tapi,lihat api masih sangat besar.salah-salah malahan mas yang jadi korban.” Bayu mencoba menghalangiku.

Aku masih saja meronta-ronta mencoba melepaskan cengkraman erat teman- teman yang sedari tadi sibuk menenangkan aku. “aku harus kesana yu…harus….!!!teriakku sambil terus melepaskan dari mereka.

Aku sadar 2 jam setelah kebakaran itu terjadi, setelah tadi aku mencoba memaksa masuk kepulan asap.Aku pingsan karena kehabisan tenaga dan mulai sadar jika aku tetap tidak dapat menyelamatkan Kotak itudan langsung beranjak untuk mencari Kotak itu. Ku mulai memasuki bangunan kos yang kini hanya tinggal sisa-sisa puingnya saja. Ku tatapi dinding-dinding kamar yang sudah runtuh bercampur dengan tanah. Mata ku mulai mencari-cari kotak itu,tapi, aku hanya menemukannya sudah terbelah dan isinya berhamburan terbakar api.Hancur hatiku melihat Kotak itu sudah tidak bersisa.Kotak Di kolong Meja, Celengan yang selama ini menyemangatiku untuk menabung setiap hari.Padahal baru saja semalam aku mengelusnya dan menimang-nimang isinya, sekarang semua itu hanya tinggal kenangan. 2 tahun ku simpan ini ,tapi Allah menghendaki lain.Ku tertegun mengingat perjuanganku untuk memenuhi isi kotak itu.Api itu telah melenyapkanya dalam waktu semalam.Yang aku lakukan hanya bisa memandangi sisa-sisa kenangan yang masih kini tertinggal dalam ingatan ku.Allah pasti mempunyai jalan lain di balik ini semua kejadian ini.

Tengah Malam di Jogja,12 oktober 2009

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun