Mohon tunggu...
Rangga Poeradisastra
Rangga Poeradisastra Mohon Tunggu... -

Never forget..! Tomorrow is a new day..read..travel..meet new people..learn forever..make the best of it everyday.... practise myself to little thing n these proceed to greatear. listen n learn..live well..be happy all the time why not..?

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah Bocah Pengamen

7 Februari 2010   04:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:03 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

True Story
By Rangga Poeradisastra

Cerita berikut penuh dengan inspirasi dan motivasi
Semoga kita dapat memetik makna dibalik cerita ringan ini

Selasa 18 Agustus 2009
Pagi ini entah kenapa sekujur tubuhku lemas serta malas untuk melakukan rutinitas pekerjaan, memang malam sebelumnya tenagaku sudah terkuras dengan setumpuk pekerjaan di kantor yang mengharuskan aku harus lembur dan pulang agak larut malam, walaupun kusadari badan ini kurang fit, matakupun lelah karena kurang tidur akan tetapi aku harus tetap bersemangat memulai aktifitas hari ini. Berpikir tentang banyaknya pekerjaan yang harus kuselesaikan sampai – sampai membuat kepalaku sangat pening, aku berusaha untuk rileks, akan tetapi tetap tidak bisa…!!!

Jarum jam menunjukkan pukul enam lewat dua puluh menit Berjalan,..Bergetar..Perla
han terdengar seolah sedang memberikan isyarat bergegaslah cepat untuk berangkat ke kantor, motor telah dihidupkan seperti biasa adikkupun mengantar sampai ke depan persimpangan jalan dekat stasiun setelah menunggu hampir 5 menit akhirnya bis berwarna hijau itupun datang, aku duduk di barisan kedua pojok kanan dekat jendela kubuka kaca itu perlahan, semilir angin berhembus ringan udara pagi yang dingin nan sejuk membuat diriku nyaman sejenak, kunyalakan ipod kupasang kedua kabel penghubung itu di telingaku, alunan suara indah Ariel Peterpan menggaung di kedua telinga setelah hampir 5 menit berjalan telingaku mulai terganggu dengan suara yang lebih keras mengalahkan kedua kabel yang menempel di kedua telinga…..arrrrrrrrrggggghhhhh suara itu terdengar makin jelas sangat menggangu. Aku putuskan untuk mencabut kabel yang menempel di telingaku dan memperhatikan dari mana sumber suara itu….???

Tepat 4 bangku dibelakang dari tempatku duduk sesosok bocah kecil berpakaian kumal berambut ikal hitam pekat dan memakai kaos berlogo huruf S “ seperti simbol superman” sedang asyik dengan dirinya sendiri di tangannya terdapat botol air mineral dimana di dalamnya terisi beberapa butiran beras jika diputar ke kiri dan ke kanan akan menimbulkan gemericik suara musik yang khas ia adalah pengamen cilik yang memang sering terlihat di bis itu dengan suara lantangnya ia mengucap “ Tak ada yang abadi….Tak ada yang abadi….Tak ada yang abadi ….Tak ada yang abadi “ terus diulang bait ini hingga 5 kali, ia tidak bernyanyi melainkan berteriak dengan keras suaranya seakan siap memecahkan gendang telinga semua orang di dalam bis tersebut, setelah selesai ia mulai berjalan perlahan ke arah depan tepat di dekat aku duduk, aku melihat serta memperhatikan Ternyata bocal kecil itu mulai bernyanyi lagi akan tetapi kali ini ia tidak berteriak suaranya pun lumayan menghibur bahkan menyayat hati terdalam bagi siapa saja yang mendengarkan nya…

Dengan lembut ia bernyanyi…

Ingat lima perkara sebelum lima perkara
Sihat sebelum sakit
Muda sebelum tua
Kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hiduuuuuppp sebelum matiiiii…..(Raihan – Demi Masa)

Aku tersenyum sejenak melihat bocah kecil itu bernyanyi
Disebelahku seorang ibu juga sangat menikmati keluguan bocah kecil itu.. sosoknya terlihat resperentatif mengenakan blazer hitam dengan kemeja berwarna putih lumayan modis tampak bahwa ibu itu seorang wanita karir yang sangat professional begitu yang ada di dalam pikiranku pada saat itu.Ia membuka dompet hendak mengeluarkan uang, tiba-tiba uang logam didalam dompet tersebut terjatuh menggelinding tepat berhenti dibawah kaki bocah pengamen kecil itu
Kalian tau apa yang dilakukan bocah kecil nan lugu itu…??

Ia mengahampiri ibu tersebut dengan polos bocah itu berkata “ ibu ini uangnya jatuh” sambil menjulurkan tangan kecilnya terlihat jelas uang 500 perak ditelapak tangannya
Ibu itu tersenyum manis ia berucap “ Terima kasih nak ‘ diambil lah uang 500 perak itu dan diganti dengan uang Rp.20.000 pengamen kecil begitu sangat senang
Melihat adegan tersebut aku hanya bisa diam terpaku bocah itu sungguh sangat jujur semua pasang bola mata tertuju kepadanya
Tidak hanya sampai disitu, setelah ia menerima uang tersebut, ia dekati penjual Koran yang sedang berdiri di sudut kiri tidak jauh dari tempatku duduk, dengan kepolosan nya ia berkata “ Pak ada koran Kompat nya ga ? “ aku kembali tertawa geli melihat analogi mengagungkan itu, “mungkin yang dimaksud adalah koran kompas” namanya juga anak kecil terkadang dengan kepolosan dan keluguan itulah yang membuat kita dapat tertawa dan menghilangkan kepenatan sejenak.

Terjadilah percakapan menyayat hati dari seorang ibu dan pengamen cilik itu
Ibu itupun dengan ramahnya memulai pembicaraan “Nak untuk apa koran itu apakah kamu sudah bisa baca ?? “
Kembali dengan kepolosan hati bocah kecil nan lugu itupun berucap “ Koran kompat ini bukan untuk saya bu…!!” lagi-lagi ia menyebut koran itu kompat bukan kompas
Seolah tidak puas dengan jawaban itu untuk kedua kalinya ia bertanya kembali “ Jika bukan untuk kamu lalu untuk siapa nak…??
Kalian tau apa yang bocah kecil itu katakan?
Jawaban dari bocah kecil ini membuat kita merenung tentang makna hidup
sangat menyentuh hati bagi siapa saja yang mendengarnya….
Kesederhanaan dan kepolosan kata-kata keluar dari mulut kecilnya nan mungil
“ Koran ini untuk abang saya bu..!! sekolahnya baru aja selesai kata orang koran kompat banyak informasi tentang gawean (dalam pikiranku saat itu “wooow bocah kecil menyebut kata informasi luar biasa sekali) bocah itu kembali mengoceh kata abang saya kalo udah dapat gawean dia berjanji mau masukin saya sekolah bu..!! sejenak aku dan ibu itu terdiam dan terpukau. Bocah tersebut benar-benar menjadi pusat perhatian. “ Bu saya duluan ya…Terima Kasih “ begitu kata terkahir yang ia ucapkan bocah kecil itu turun di depan menara imperium mega kuningan. Semua orang di dalam bis tersebut saling berbisik seolah mereka sedang menceritakan pengamen kecil berhati malaikat itu.

Percakapan pun berganti, ibu itu menorehkan wajahnya ke saya sambil berkata
“ Jarang ya mas dizaman sekarang ini ada anak kecil seperti dia dengan kepolosan, keluguan serta kejujuran nya membuat hati saya jadi terenyuh”
tidak banyak kata yang bisa aku ucapkan untuk ibu itu selain ekpresi dari wajah dan aksi dari ucapan “ aku tersenyum sambil berkata LUAR BIASA “ aku melihat kedua kelopak mata ibu itu basah tak tahan menahan ada sesuatu yang ingin ia ucapkan tapi mungkin tidak bisa diutarakan selain dengan menangis..air mata membasahi wajahnya yang penuh dengan make up sambil berkata “ Maaf ya mas kenapa saya jadi cengeng begini” akupun menjawab dengan polos “ Tidak apa-apa, jika ibu ingin menangis…menangis lah keluarkan semua ekpresi itu “
Belum sempat aku bertanya siapa nama ibu tersebut ia sudah meminta ijin kepadaku
“ Mas saya turun disini ya…terima kasih dan sukses selalu “ aku memperhatikan ia masuk kearah Gedung Sentra Mulia Kuningan, mungkin pikirku saat itu ia bekerja disana…….
Ditengah perjalanan menuju kantor, akupun berpikir sejenak pagi ini banyak sekali hikmah yang sudah aku dapat, belajar dari kepolosan dan kejujuran hati pengamen kecil berhati malaikat itu serta belajar banyak hal dari seorang ibu dengan kebaikan dan kemurahan hatinya.

Di dalam setiap ruang kehidupan begitu banyak ilmu dan pengalaman yang sudah saya dapat dari lingkungan sekitar, dengan teman dan sahabat bahkan pula dari beberapa kejadian yang setiap harinya saya alami
Kita dapat bersyukur dari apapun yang bisa kita syukuri dan belajar dari apapun yang bisa kita pelajari menjadikan diri ini melalui suatu proses pendewasaan diri dari hari ke hari beruntunglah detik ini kita masih diberikan nikmat sehat dan sisa umur oleh tuhan dengan begitu banyak hal yang bisa kita pelajari dan belum kita ketahui dari luasnya dunia ini

But words are things, and a small drop of ink,
Falling like dew upon a thought, produces
That which makes thousands, perhaps millions, think

I don't write because i want to say something;
I write because i've got something to say.

- Rangga Poeradisastra -

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun