Mohon tunggu...
Rangga Poeradisastra
Rangga Poeradisastra Mohon Tunggu... -

Never forget..! Tomorrow is a new day..read..travel..meet new people..learn forever..make the best of it everyday.... practise myself to little thing n these proceed to greatear. listen n learn..live well..be happy all the time why not..?

Selanjutnya

Tutup

Puisi

The Story Of My Life

7 Februari 2010   05:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:03 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Satu…Dua…Tiga…Empat…Lima,…
.aku menghitung langkah kakiku tepat berada di depan rumah itu. Kuperhatikkan sekelilingnya hening hanya suara tangisan terdengar di beberapa sudut ruangan, semua orang menundukkan wajahnya, aku tidak dapat mengenali dengan pasti siapa mereka….??? Aku semakin dekat memasuki kedalam rumah itu, aku terdiam sejenak mataku tidak dapat bergerak pandanganku terarah kesebuah tempat tidur yang terbuat dari kayu tepat berada ditengah-tengah ruangan itu, disana terlihat jelas jasad terbujur kaku, tertutupi kain coklat badannya sangat kurus..Ya kurus sekali…!! Akupun duduk bersila disebuah lantai disudut kiri ruangan itu, pikiranku mulai menerka-nerka siapakah jasad itu ?

Tidak jauh dari tempatku sesosok wanita tua memakai kerudung hitam sedang membaca surat yasin sambil terus menagis dan menangis, wajahnya mulai terlihat “ Dia adalah Nenekku..” aku berdiri dan menghampiri berusaha terus bertanya tapi ia diam, tiba-tiba suara tangisan terdengar keras dari dalam ruangan itu. Semua wajah yang tertunduk itupun kini jelas dapat terlihat, disana terlihat sepupuku, kakekku,tanteku sumber suara itu berasal dari “ Ibuku” aku dapat melihat ia begitu sedih, aku mendekati dan memeluknya..tapi ia seolah diam,….akupun menangis,sejenak ruangan itu pecah dengan suara tangisan, hanya Ayahku yang tidak terlihat, entah kenapa aku berpikir jasad itu adalah ia “ TIDAKKKK….!!! Apa mungkin jasad itu Ayahku ?

Aku mencium kakinya, aku tidak dapat berpikir lagi badanku semua lemas aku teringat semua pengorbanannya selama ini “ Dibawah terik panas matahari ia harus mengangkat balok-balok kayu yang sangat besar, walaupun badannya sangat kurus ia hiraukan beban itu. Sangat bersemangat tak pernah kulihat lelah dimatanya tak pernah pula kulihat beban dibadannya, begitulah pekerjaan ia setiap hari sebagai Kuli Bangunan, ia pulang kerumah dengan pakaian sangat kotor, tangannya penuh luka, ia tak pernah mengeluh sedikit pun selalu ada senyum mengembang diwajahnya, aku tidak pernah sanggup untuk melihat tubuhnya yang kurus kulitnya yang hitam terbakar panas serta wajahnya yang cekung karena lelah, hanya 30 ribu uang yang ia dapat dari hasil seharian bekerja semua uang yang ia peroleh ia berikan ke ibuku. Untuk kehidupan kita sehari-hari bahkan terkadang ayahku rela menahan lapar hanya untuk melihat kedua anaknnya dapat makan, ia sangat mensyukuri segala sesuatu yang diberikan oleh tuhan”

“Tuhan berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari
sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal
dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali
dia mendapatkan cercaan dari lingkungan sekitar. ”

“Tuhan berikan keperkasaan & mental baja yang akan membuat
dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya
tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya
basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia
relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya & yang selalu
dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan
mengharapkan hasil dari jerih payahnya.”

“Tuhan berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan
membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing keluarganya
tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya
keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. ”
“Tuhan....

Kembali ke jasad itu, semua orang bersiap untuk memandikan jasad yang terbujur kaku diperaduan kayu, tak kuasa untuk melihatnya akupun mencoba menjauh setelah jasad tersebut selesai dimandikan perlahan-lahan dibaringkan kesebuah lantai, dari kejauhan aku melihat kain kafan putih siap membungkus tubuhnya yang kurus, kapas-kapas kecil disiapkan untuk menutup kedua lubang hidung dan telingannya, aroma kemenyan menyengat sampai kepori-pori hidung. Akhirnya semua tubuh dan wajahnya tertutupi dengan kain kafan dan kapas putih itu, satu persatu anggota keluargaku mencium dan mengiringi kepergiannya. Terlihat ibuku sedih dan histeris tak kuasa menahan lelah akhirnya iapun terjatuh tak berdaya, Aku mendekati jasad itu mencium wajahnya yang sudah tidak terlihat tertutupi kain putih. Air mata jatuh membasahi seluruh tubuhku.
Akhirnya jasad itu diletakkan di “Kurung Batang” siap diangkat untuk disholati ke masjid dekat rumah, semua orang dan angggota keluarga ikut mengiringnnya sesampainnya didalam masjid, suara adzan berkumandang keras. Aku ikut masuk kedalam masjid itu, sekujur tubuhku kaku serta panas menyengat entah perasaan aneh apa yang aku rasakan tidak dapat kugambarkan dengan kata-kata. Selesai disholati jasad itu diangkat dan siap diantar ke tanah pemakaman, suara takbir berkumandang di sudut kanan dan kiri jalan terdengar jelas di telinga setiap orang, sesampainnya dia area pemakaman tampak beberapa petugas sedang sibuk menggali liang lahat. Gemericik suara hujan dan petir membuat suasana menjadi lebih mencekam…..perlahan-lahan hujan itupun reda dengan sendirinya. Semua orang berkumpul mengelilingi liang lahat itu aku hanya dapat melihatnnya dari kejauhan, jasad kaku tertutup kain putih itupun siap diangkat dan dimasukkan ke liang lahat. Semua orang berkerumun aku tidak dapat melihat dengan jelas, kuajak diriku untuk mendekat kesana, 4 orang menggotong jasad itu ikut masuk ke liang lahat.

Mataku tidak dapat berkedip, terbelalak heran dengan apa yang baru aku lihat salah satu orang yang menggotong dan turun ke liang lahat itu terus menangis dan menangis ia memakai baju dan kopiah putih yang sudah kotor dengan beberapa bercak-bercak dari tanah kuburan, aku dapat mengenali dengan pasti wajahnya
SUBHANALLAH….ALLAHU AKBAR…!!!!! Ia adalah Ayahku, lalu siapakah jasad yang terbujur kaku itu ?? perlahan-lahan kain kafan itupun dibuka, Taukah Kalian Siapakah Jasad Itu……….????

Jasad itu adalah AKU
Aku hanya dapat melihat wajahnya yang pucat, tubuhnya yang kaku tak berdaya, kesedihan memancar jelas di wajah ayah dan ibuku, kain putih membungkus seluruh tubuh aroma bunga kenanga dan melati menyengat hembusan napas..gumpalan tanah liat merah mengubur jasadku yang kering…air mata deras mengalir membasahi nisanku. Satu persatu mereka meninggalkan tanah pemakaman itu, hanya aku sendiri didalam kegelapan yang sangat menakutkan ada suara terdengar samar-samar dibalik kegelapan itu
“ JAGALAH KEDUA ORANG TUAMU” sekujur tubuhku menggigil hebat, aura panas menyengat sampai ke pori-pori, keringat mengucur deras membasahi seluruh tubuh…….
Kubuka mataku secara perlahan, aku melihat ayah dan ibuku disampingku. Ibu mengelap keringat yang membasahi seluruh tubuh dan aku hanya bisa terdiam di tempat tidur.

Mimpi tentang kematian itu menjadi serangkaian cerita hingga aku dapat mengingat dengan sangat jelas masa-masa sulit kehidupanku dahulu….akupun tidak tau dengan pasti apa makna tersembunyi dari mimpi itu dan kini walaupun aku sudah bekerja dan bisa menggantikan 100 kali lipat dari uang yang dahulu kucuri dari lemari pakaian ibuku…rasa penyesalan itu tidak akan pernah bisa hilang sampai kapanpun….

Ditengah keramaian dan melalui tulisan ini aku ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayah dan Ibuku atas semua pengorbanan, semangat dan pengalaman hidup yang begitu indah kudapat..
Sampai artkel ini berhasil kuselesaikan tanpa kusadari wajahku basah dengan derai air mata, tangan ini kaku serta bibirku gemetar ketika kubaca kembali tulisan ini ..berpikir dan mencoba menatap diriku sendiri didalam cermin….

Untaian Kata Dari Anakmu
- RP – Based On True Story

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun