Media massa digemparkan oleh fenomena baru yang serupa dengan "harajuku" versi lokal. Ya, Citayam Fashion Week. Citayam Fashion Week menarik perhatian publik dari segala macam kalangan; masyarakat biasa, artis-artis, bahkan sampai politikus.Â
Sub kultur ini berawal dari pemuda pemudi yang menghabiskan waktunya di daerah Dukuh Atas lalu diviralkan oleh para konten kreator dengan cara mewawancarai mereka.
Pada awal kemunculannya, Dukuh Atas diramaikan oleh remaja-remaja dengan latar belakang ekonomi cenderung menengah kebawah. Terbukti dari pakaian yang mereka kenakan, background pendidikan mereka, dan pengakuan mereka ketika wawancara.Â
Pemilihan Dukuh Atas menjadi tempat remaja-remaja ini untuk berkumpul juga bukan tanpa alasan. Selain akses kendaraan umum yang dekat, mereka tidak perlu mengeluarkan uang untuk bersantai di tempat ini. Berbeda halnya dengan orang-orang yang memutuskan untuk berkumpul di suatu restoran atau kafe.
Namun belakangan, muncul di media sosial tagar created by the poor, stolen by the rich yang artinya dibuat oleh si miskin, dicuri oleh si kaya. Ternyata dengan gemparnya Citayam Fashion Week di berbagai kalangan, membuat para artis, influencer, dan seleb melihatnya sebagai peluang untuk mendapatkan panggung ketenaran bahkan keuntungan finansial.Â
Tidak sedikit dari mereka yang datang ke Citayam Fashion Week dengan baju dan pakaian mewah yang mereka miliki guna mencuri perhatian publik. Hal ini jelas menggeser panggung berekspresi remaja-remaja yang hanya bermodalkan uang saku dari orangtua mereka untuk membeli baju.
Baim wong, atas nama PT Tiger Wong juga sempat mendaftarkan Citayam Fashion Week ke HKI (Hak Kekayaan Intelektual). Menurut pernyataannya, Baim melakukan itu untuk mencegah denda ketika akan mengadakan acara kompetisi mengginakan label Citayam Fashion Week. Namun publik melihat itu sebagai upaya Baim untuk memonetisasi Citayam Fashion Week demi keuntungan pribadi.
Fenomena Citayam Fashion Week memang memunculkan pro dan kontra dari berbagai aspek. Namun, semua itu seharusmya bisa dicari jalan tengahnya agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Bahkan mungkin bisa dikelola dengan baik agar bisa menguntungkan banyak pihak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H