Mohon tunggu...
Poedjiati Tan
Poedjiati Tan Mohon Tunggu... profesional -

Co-founder NLP Coach Indonesia. yang bergerak dibidang Business Consultant dan pelatihan dengan teknik NLP dan juga soft skill lainnya. Direktur Penerbit EnerJik Kharisma yang menerbitkan buku NLP, pengembang diri dan juga Novel. Psikolog di Bina Grahita Mandiri. Master Psikologi, Master Practitioner NLP, Certificate Advanced coach NLP. Sertifikasi untuk HRD dan penggajian karyawan penulis untuk penelitian psikologi, prilaku manusia, dan juga penulis entrepreneur dan bisnis. Desainer buku Aktif di beberapa organisasi masyarakat dan perempuan. Co founder Konde Institute media alternatif berbasis online. Dosen LB di Universitas Ciputra Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenalkan Peran Gender Pada Anak

16 Mei 2017   16:50 Diperbarui: 16 Mei 2017   16:54 3168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak yang memiliki orang tua dengan nilai-nilai egaliter yang kuat cenderung lebih memiliki pengetahuan tentang obyek nonsex-type dibanding anak lain. Anak-anak yang ibunya bekerja di luar rumah lebih terbuka dalam peran gender  daripada anak yang ibunya tinggal di rumah. Bahkan, anak-anak prasekolah yang ibunya bekerja di luar rumah memiliki pengalaman yang berbeda dalam melihat dunia luar. Mereka memiliki kemampuan untuk membuat pilihan yang tidak terhalang oleh jenis kelamin.

Keluarga yang orang tuanya yang memiliki peran androgini (misal, seorang ibu yang bisa memperbaiki mobil keluarga atau seorang ayah yang bisa memasak kue atau makanan) menunjukan dapat memberikan kehangatan dan dukungan terhadap anaknya.Orang tua yang androgini ditemukan sangat mendorong prestasi anak dan mengembangkan self esteem di putra dan putri mereka. Mereka tidak membedakan antara anak laki-laki dan perempuan, berbagi peran dan berlaku adil sehingga membuat anak lebih mandiri dan menghargai orang lain.

References

  • Basow, S. A. (1992).  Gender stereotypes and roles, 3rd ed. Pacific Grove, CA: Brooks/Cole Publishing Company.
  • Beal, C. (1994).  Boys and girls: The development of gender roles.  New York: McGraw-Hill, Inc.
  • Cowan, G. & Hoffman, C. D. (1986).  Gender stereotyping in young children: Evidence to support a concept-learning  approach.  Sex Roles, 14, 211-224.
  • Eccles, J. S., Jacobs, J. E., & Harold, R. D. (1990).  Gender role stereotypes, expectancy effects, and parents socialization of gender differences.  Journal of Social  Issues, 46, 186-201.
  • Heilbrun, A. B. (1981).  Gender differences in the functional linkage between androgyny, social cognition, and competence.  Journal of Personality and Social Psychology, 41, 1106-1114.
  • Lundy, A. & Rosenberg, J. A. (1987).  Androgyny, masculinity, and self-esteem.  Social Behavior and Personality, 15, 91-95.
  • Paretti, P. O. & Sydney, T. M. (1984).  Parental toy choice stereotyping and its effect on child toy preference  and sex role typing.  Social Behavior and Personality, 12, 213-216.

Pernah dimuat dalam www.konde.co dengan judul Mengenalkan Konstruksi Gender pada Anak  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun