Mohon tunggu...
Poedjiati Tan
Poedjiati Tan Mohon Tunggu... profesional -

Co-founder NLP Coach Indonesia. yang bergerak dibidang Business Consultant dan pelatihan dengan teknik NLP dan juga soft skill lainnya. Direktur Penerbit EnerJik Kharisma yang menerbitkan buku NLP, pengembang diri dan juga Novel. Psikolog di Bina Grahita Mandiri. Master Psikologi, Master Practitioner NLP, Certificate Advanced coach NLP. Sertifikasi untuk HRD dan penggajian karyawan penulis untuk penelitian psikologi, prilaku manusia, dan juga penulis entrepreneur dan bisnis. Desainer buku Aktif di beberapa organisasi masyarakat dan perempuan. Co founder Konde Institute media alternatif berbasis online. Dosen LB di Universitas Ciputra Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingnya Sosialisasi Gender Ketiga Priawan

5 Februari 2015   22:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:46 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang awam yang belum mengenal atau mengerti tentang Priawan, bahkan dari kalangan LGBTIQ aja masih banyak yang belum familiar dengan istilah Priawan. Priawan adalah istilah gender ketiga untuk Female to Male.  Priawan bisa juga diartikan dengan Pria bertubuh wanita. Kata Priawan muncul dari diskusi teman teman di milis LBTI yang mencari istilah pengganti untuk FTM (Female to Male) yang gue banget atau yang bercita rasa Indonesia. sebelumnya muncul beberapa istilah seperti Wandu yang dari jawa artinya wadon neng dudu (bukan perempuan), lalu ada yang mengusulkan lelan atau lesbian lanang,  yang artinya lesbian laki laki, ada yang bilang kipper artinya laki laki perempuan, dan ada yang bilang laora atau laki laki ora (bukan laki laki) dan akhirnya muncul istilah Priawan atau Pria wanita diambil dari lawan kata waria atau wanita pria.

Ternyata istilah ini disukai teman teman yang merasa dirinya laki laki dengan tubuh perempuan, karena lebih terdengar simpel dan gampang dipahami. Kalau kita mau berbicara soal istilah, banyak sekali istilah yang beredar di masyarakat yang kemudian menjadi identitas gender seseorang, seperti : calalai, calabai, khantil, senthul, hunter, bissu, binan, waria, gathoy, bujang gadieh, wandu, wadam, bencong, makcik, pondan, mak nyah, Aqua, banci, kawe kawe, sekhong, dan masih banyak lagi istilah yang hampir di tiap daerah mempunyai istilah masing masing.

Dari segi bahasa dan terminologi, begitu banyak istilah yang menunjukkan keberagaman identitas gender. Istilah-istilah ini muncul karena masyarakat awam hanya memiliki faham binary yaitu laki laki dan perempuan. Kalau secara seks, biologi seseorang dikatakan laki-laki apabila:

- Menghasilkan sperma

-Penampilan jasmaninya (anatomi) terdapat : penis (pelir, zakar) dan skrotum (buah pelir, buah zakar),

-Susunan kromosom: XY.

Sedangkan biologi perempuan:

-Menghasilkan ovum

-Penampilan jasmaninya (anatomi) ada: klitoris (kelentit) dan vagina (puki), payudara (susu), organ reproduksi, dan

-Susunan kromosom: XX.

Dan lainnya adalah Interseks, merupakan istilah umum yang digunakan untuk berbagai kondisi di mana seseorang lahir dengan anatomi seksual dan reproduksi yang tampaknya tidak sesuai dengan definisi tipikal perempuan atau laki-laki

Selama ini masyarakat mengetahui bahwa Identitas Gender hanya ada Perempuan, Laki-laki. Meskipun ada sedikit yang mengetahui ada juga Transgender laki-laki ke perempuan yaitu Waria. Masyarakat masih belum mengenal atau familiar dengan Transgender Perempuan ke laki-laki atau Priawan. Banyak yang menyamakan dengan Lesbian. Bahkan di kalangan Lesbian masih banyak yang bingung apa bedanya dengan Butchi. Padahal Butchi adalah label dalam Lesbian seperti halnya Femme, Butchi, Andro/No-label dan mereka masih menghayati dirinya sebagai perempuan dan itu hanyalah ekspresi gender mereka. Sedangkan Priawan adalah seseorang secara biologis adalah perempuan tapi dia menghayati dirinya adalah laki-laki

Bagaimana Priawan menjadi sebuah identitas? Identitas adalah keseluruhan gagasan tentang diri seseorang di mana gagasan tersebut dibentuk di masa kini dan terdapat kesinambungan antara bagaimana seseorang membentuk dirinya di masa lalu dan bagaimana ia membentuk dirinya menjadi seseorang di masa depan. Sehingga dapat dikatakan bahwa identitas seseorang dibentuk berdasarkan pengalaman masa lalunya yang secara kontinum berkaitan dengan situasi di masa kini dan aspirasi seseorang di masa depan. Ketika komponen tersebut saling berhubungan menjadi bagian dari identitas seseorang. Ketika seseorang menerima dan mengakui dirinya sebagai seorang Priawan tentu mengalami pergulatan identitas sehingga sampai pada akhirnya dia merasa nyaman dan menemukan identitas dirinya sebagai Priawan.

Kenapa sosialisasi Priawan ke masyarakat dan komunitas itu penting? Menurut West & Zimmerman: “Gender is not a noun- a “being”–but a “doing”. Gender is created and reinforced discursively, through talk and behavior, where individuals claim a gender identity and reveal it to others” (Gender bukan sebagai suatu kata benda–“menjadi seseorang”, namun suatu “perlakuan”. Gender diciptakan dan diperkuat melalui diskusi dan perilaku, di mana individu menyatakan suatu identitas gender dan mengumumkan pada yang lainnya). Dengan mesosialisasikannya, masyarakat jadi lebih bisa mengenal dan memahanmi tentang apa itu Priawan dan semua informasi terkait priawan, sehingga masyarakat tidak lagi mendiskriminasi priawan karena identitas gendernya tersebut.

Dengan adanya istilah Priawan ini, kita mempunyai ruang aktivisme membangun emansipasi dan sekutu atau dukungan untuk memperjuangkan hak-hak Priawan. Kita bisa bersama memperjuangkan kesetaraan dan keadilan identitas gender Priawan. Agar bisa berpartisipasi secara aktif dan produktif (secara sosial, ekonomi dan politik) dalam masyarakat termasuk akses ke sumber daya, pelayanan kesehatan dan pendidikan, tenaga kerja dan pekerjaan, informasi dan manfaatnya.

Referensi :

-Puspitawati, H. 2012. Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia. PT IPB Press. Bogor.

-Parthami, Putu Wisudantari. 2009.Konstruksi Identitas Gender. Fpsi UI

-Kurus Gender dan Seksualitas, 2010. Materi Gender, Seks dan Seksualitas. GAYa NUSANTARA. Surabaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun