Bencana Tak Lagi Alami. Dalam dunia yang 4 derajat lebih panas, ekosistem bumi akan dipenuhi banyak sekali bencana alam sehingga kita menyebutnya cuaca. Kemampuan adaptasi manusia termasuk yang paling hebat dibanding spesies lain di bumi sehingga kita mulai terbiasa dengan bencana, kita bahkan menyebutnya dengan istilah New Normal. Kenormalan baru ini tersirat bahwa kondisi sebelumnya lebih baik, kita cuma tidak punya pilihan selain beradaptasi. Buku yang ditulis tahun 2019 ini sudah mengutip tentang New Normal yang saat ini, Juli 2020, dunia mengadaptasi istilah tersebut untuk kondisi penyesuaian terhadap pandemi dunia.
Kekurangan Air. Jumlah manusia yang terus bertambah menyebabkan kita mulai berlomba-lomba mengambil cadangan air dalam tanah atau akuifer. Akuifer sendiri tidak dapat cepat pulih dan memerlukan jutaan tahun untuk terbentuk. Pertanyaan bukankah apakah bisa habis, tapi kapan.
Laut Sekarat. Rusaknya terumbu karang akibat limbah manusia menjadi kabar buruk bagi seperempat biota laut yang tergantung padanya, dan penghidupan bagi setengah miliar manusia.
Udara yang Tak Bisa Dihirup. Paru-paru butuh oksigen, namun ketika kita bernapas tidak hanya oksigen yang kita hirup. Kenyataannya kandungan karbondioksida yang terus meningkat turut kita hirup ketika bernapas. Jika kandungan karbondioksida meningkat diatas 2x lipat dari saat ini akan menyebabkan penurunan kemampuan kognitif hingga 21 persen, efeknya akan lebih terasa di dalam ruangan, misalnya sekolah dan kantor. Ironis mengingat seringkali lingkungan-lingkungan tersebut sengaja kita rancang demikian untuk meningkatkan kemampuan intelektual.
Bagian selanjutnya akan membahas beberapa dampak dari pemanasan global ini seperti Wabah (termasuk pandemi yang sedang dunia alami), Ambruknya Ekonomi dan Konflik akibat perubahan iklim. Setelahnya, penulis juga mencoba menjabarkan usaha-usaha kaleidoskop iklim sebagai bentuk penanganan dan 'ramalan' tentang bagaimana perubahan iklim dapat mengubah dunia yang kita kenal sekarang.
Sampai Jumpa di Part 2/2. Feel free to comment, react even follow for future updates. It will be much appreciated =)
Semoga kebahagiaan membaca selalu meginspirasi kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H