Mohon tunggu...
Poe Three
Poe Three Mohon Tunggu... Arsitek - citizen of the world

Keep Calm and Write It On..

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Resensi Buku "Thinking Fast and Slow", Daniel Kahneman (Part 2/2)

12 Juni 2020   19:11 Diperbarui: 12 Juni 2020   19:10 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Thinking, Fast and Slow -- Daniel Kahneman | 2011 | Terjemahan Indonesia, 2013 | Cetakan Kedua, 2019 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | ISBN : 978-602-06-3718-1 | halaman 566 | Genre : Psychology

Resensi sebelumnya Part 1/2 dapat dilihat pada link https://www.kompasiana.com/poe3/5eda4e38d541df137629ff14/resensi-buku-thinking-fast-and-slow-karya-daniel-kahneman-part-1-2?page=1 

Setelah pembahasan sebelumnya tentang Sistem Satu dan Sistem Dua, Diri Mengalami dan Diri Mengingat, serta Heuristik dan Bias, resensi kali ini melanjutkan intisari mengenai kecenderungan psikologis manusia lainnya seperti berikut.

Manusia Tidak Mau Rugi

Bahwa pada dasarnya manusia benci dengan kerugian, bahkan ketika artinya dia menjadi terlalu optimis, contohnya ketika berjudi. Lotere, investasi dan permainan saham juga salah satu manifestasi sifat manusia yang tidak mau rugi ini. Manusia cenderung rela mengeluarkan usaha lebih besar untuk mendapat kemungkinan untung yang kecil, karena terlalu optimis, atau sudah kepalang tanggung sampai mencapai apa yang dirasanya sebagai 'bukan kerugian', walaupun kenyataan selisihnya tidak seberapa jika dibandingkan dengan usaha dan sumber daya yang sudah dikeluarkan.

Kahneman menunjukkan bahwa investor yang tidak banyak melakukan pergerakan portofolio mereka di pasar saham malahan tidak banyak merugi jika dibandingkan dengan mereka yang lebih aktif. Masuk akal mengingat dunia saham adalah dunia yang penuh ketidakpastian.

Buku ini juga membahas tentang utilitas, bahwa manusia bergerak dan merasa bukan didasari oleh nilai uang itu sendiri, melainkan efek psikologis yang didapat oleh uang itu. Contohnya, penambahan gaji secara merata sejumlah 5 juta rupiah pada karyawan dengan gaji awal 5 juta rupiah akan lebih besar efek psikologisnya jika dibandingkan dengan karyawan yang memiliki gaji awal 20 juta rupiah. 

Dan banyak contoh-contoh lainnya yang dijabarkan dengan detail oleh Kahneman, hubungannya dengan cara manusia berpikir dan bertindak mengenai hal-hal yang mereka anggap penting.

Bad is Stronger than Good

Manusia cenderung lebih lengkap mengolah berita buruk dibandingkan dengan berita baik. Menghindari citra buruk dibandingkan mengejar citra baik. Semangkuk ceri yang 'dirusak citranya' oleh keberadaan seekor kecoak berdampak negatif lebih besar jika dibandingkan dengan sebuah ceri dalam semangkok kecoak, yang tidak menimbulkan dampak positif apapun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun