Mohon tunggu...
Poe Three
Poe Three Mohon Tunggu... Arsitek - citizen of the world

Keep Calm and Write It On..

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Resensi Buku "Thinking Fast and Slow" karya Daniel Kahneman Part 1/2

5 Juni 2020   20:52 Diperbarui: 8 April 2021   09:49 3082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
buku Thinking, Fast and Slow karya Daniel Kahneman. Sumber : GPU

Thinking, Fast and Slow -- Daniel Kahneman | 2011 | Terjemahan Indonesia, 2013 | Cetakan Kedua, 2019 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | ISBN : 978-602-06-3718-1 | halaman 566 | Genre : Psychology

Siapa Daniel Kahneman?

Kahneman yang pernah memenangkan Nobel di bidang Sains Ekonomi dengan topik Ekonomi Perilaku di tahun 2002 ini merangkum pemikirannya tentang cara berpikir manusia, dan menyajikannya dalam sebuah buku yang cukup ringan untuk dibaca orang awam (baca: saya), alias pembaca diluar peneliti dan praktisi bidang ekonomi maupun psikologi.

Tema buku yang ditulis oleh Kahneman ini adalah tentang cara manusia berpikir. Hasil penelitiannya yang mendasari penulisan buku ini telah banyak digunakan dan direferensi ilmuwan lain di berbagai bidang ilmu seperti psikologi, kedokteran, matematika, bisnis, investasi dan bidang pemikiran sains lainnya.

Thinking, Fast and Slow sendiri berisi cerita tentang berbagai bentuk eksperimen pskologi yang pernah dilakukan penulis selama karirnya yang panjang. Karirnya terutama sebagai peneliti, namun Kahneman juga pernah ditunjuk sebagai penasihat militer, penasihat keuangan dan investasi, juga karir wajib militernya sendiri ketika berusia awal duapuluhan tahun di Israel.

Bagaimana Manusia Berpikir

Kahneman berpendapat bahwa manusia memiliki 2 tipe cara berpikir : cepat dan lambat. Selanjutnya Kahneman menggunakan istilah untuk menggambarkan 2 tipe ini seperti tokoh dalam ceritanya. Berpikir cepat, kemudian disebut Sistem 1, memiliki ciri khusus seperti intuitif dan otomatis. Sedangkan Sistem 2 bercirikan lambat, hati-hati, dan selalu mengecek ulang hasil dari Sistem 1. Kelemahan Sistem 1 kerap menghasilkan keputusan konyol dan mengecoh, di sisi lain kelemahan Sistem 2 adalah cepat lelah, dan seringkali juga tidak terlepas dari bias.

Namun, resensi ini tidak untuk membahas terlalu rinci mengenai kedua Sistem tersebut, kecuali mungkin relevansinya terhadap bagaimana menusia berpikir, yang dibuktikan melalui beberapa penelitian, Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, buku ini lebih banyak bercerita tentang teori-teori dan eksperimen-eksperimen psikologi yang pernah dilakukan Kahneman dan rekan-rekannya. Berikut beberapa eksperimen dan kesimpulan favorit, yang paling saya ingat dari buku ini.

Eksperimen Dua Diri : 'Diri Mengalami' dan 'Diri Mengingat'

Diri Mengalami adalah yang menjawab pertanyaan "Apakah sekarang rasanya sakit?", dan Diri Mengingat adalah yang menjawab pertanyaan "Bagaimana rasanya secara keseluruhan?" Sedangkan, preferensi dan pilihan kita ditentukan oleh diri mengingat, bukan diri mengalami.

Jadi walaupun kita mengalami 'rasa sakit yang panjang namun bisa ditahan', ingatan kita akan lebih baik terhadap pengalaman itu secara keseluruhan jika dibandingkan dengan pengalaman 'rasa sakit yang tak tertahankan', walaupun cuma sejenak kita alami. Hal ini terkait dengan titik puncak rasa sakit tersebut, sedangkan durasi waktu sifatnya menjadi relatif dalam ingatan kita.

Penemuan ini kemudian menjadi dasar aplikasi pemeriksaan kesehatan di berbagai cabang kedokteran (misalnya pemeriksaan prostat, sumsum tulang belakang, usg dalam. dll yang sifatnya invasif dan tidak nyaman), dimana dokter dengan pengetahuan ini tidak perlu cepat-cepat dalam melakukan pemeriksaan, namun lebih memerhatikan titik puncak dari rasa sakit dan ketidaknyamanan yang mungkin dialami pasien.

Eksperimen Dua Diri ini juga pernah dikutip oleh Yuval Noah Harari (pengarang Sapiens dan Homo Deus) ketika menjabarkan tentang faktor-faktor perilaku manusia.

Heuristik Afeksi dan Bias

Heuristik adalah teknik yang dirancang untuk memecahkan masalah yang mengabaikan apakah solusi dapat dibuktikan benar, tapi biasanya menghasilkan solusi yang baik. Atau singkatnya ketika manusia dihadapkan pada pertanyaan yang sulit dan tidak ada ukuran dan informasi yang pasti, biasanya manusia akan mengganti pertanyaannya dengan pertanyaan yang lebih sederhana dan lebih mudah dijawab.

Contoh yang paling relatable misalnya Pemilu. Ketika dihadapkan pada pertanyaan 'apakah orang ini pantas menjadi presiden?', umumnya manusia awam atau rakyat pada umumnya tidak memiliki ketersediaan informasi mengenai 'bagaimana presiden yang baik itu?'. Karenanya, kita secara sadar maupun tidak mulai mengganti pertanyaannya dengan yang lebih mudah, seperti "Bagaimana kandidat dalam menjawab pertanyaan publik?', "Bagaimana kemampuan berbahasanya sebagai wakili negara?", hingga yang kurang rasional seperti "saya suka kemeja yang dia pakai," atau "wajahnya mirip dengan paman saya." Yang terakhir ini yang dikenal dengan heuristik afeksi. Rasional? Biasanya tidak. Namun sudah pasti efektif untuk menjawab pertanyaan.

Kenyataannya bias-bias ini diperlukan untuk membuat pilihan, biasanya untuk pilihan yang tidak mudah. Untuk alasan yang sama, umumnya kandidat petahana bisa berlanjut di periode selanjutnya, karena setidaknya sekarang tersedia informasi yang bisa diakses Sistem 1 dan Sistem 2 tentang pengalaman selama dia menjabat. Kecuali tentu saja jika kesalahan yang dibuat terlalu serius untuk diabaikan oleh Pemilih. Heuristik afeksi juga rentan terhadap pengalaman dan informasi terkini.

Resensi selanjutnya masih dari buku ini akan membahas tentang pandangan Kahneman tentang Sifat Manusia yang Tidak Mau Rugi, Bagaimana Hal Buruk lebih kita ingat jika dibandingkan Hal Baik, dan favorit saya.. Rumus Kesuksesan

Please look forward for Part 2/2 :)

Until then.. Happy Reading and let's get inspired!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun