Homo Deus -- Masa Depan Umat Manusia | Yuval Noah Harari | 2015 | PT Pustaka Alvabet | Terjemahan Indonesia, 2018 | Cetakan Kelima Juli 2019 |ISBN 978-602-6577-33-7 | Genre Sejarah | Halaman 457
Masa depan Homo sapiens
Setelah membaca Sapiens sulit bagi saya untuk tidak tergelitik membaca buku ini. Namun, jika belum membaca Sapiens pun buku ini tetap relevan ketika dibaca terpisah. Walaupun sedikit di bawah ekspektasi saya, Homo Deus tetap memberikan insight-insight menarik dari seorang dosen sejarah yang mencoba memberikan versinya tentang gambaran masa depan spesies manusia.
Buku ini terbagi menjadi tiga bagian yang tiap pembahasan bagiannya tidak terlalu signifikan berbeda, namun tetap akan saya jadikan urutan dalam resensi ini.
Bagian Satu -- Homo sapiens menaklukan dunia
Manusia mulai menyadari segala sesuatu sebagai sebuah algoritma. Algoritma sendiri merupakan rangkaian kode yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Misalnya jika ingin membuat kue, maka algoritmanya memerlukan rangkaian langkah-langkah seperti mencampur bahan, mengaduk, mencetak dan memanggang. Dunia kemudian dianggap sebagai sebuah algoritma yang bisa dikuasai manusia dengan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menaklukannya.
Manusia dengan segala kemajuan ilmu pengetahuannya kemudian menjadi sombong dan mendominasi dunia. Bahkan, seperti yang digambarkan penulis, manusia saat ini merasa lebih adidaya dibanding Tuhan.
Ketika doa dan puja-puji dianggap belum tentu memberikan secara nyata/berwujud/materil apa yang diinginkan manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi menjanjikan suatu kepastian hasil, terlepas dampaknya terhadap dunia (dan kaum manusia itu sendiri).
Penulis juga menjabarkan pengembangan senjata biologis dan senjata data yang dikembangkan untuk mengontrol dunia. Konspirasi atau bukan, Harari menjabarkan logika 'persenjataan' ini secara masuk akal.
Bagian Dua -- Homo sapiens memberi makna bagi dunia