Eric Weiner | Geography of Bliss | 2019 | Edisi Keempat | Penerbit Qanita | ISBN : 978-602-402-150-4 | Versi terjemahan Bahasa Indonesia  | halaman 555
Catatan Keliling Dunia
Tiap orang melakukan perjalanan dengan berbagai macam alasan. Kerja, liburan, ibadah, merantau, berpetualang, hijrah, dan sebagainya. Kesamaan dari semua perjalanan adalah adanya tujuan. Buku ini merupakan kisah yang menceritakan perjalanan seorang wartawan bernama Eric Weiner dengan tujuan mencari tempat paling membahagiakan di muka bumi.
Weiner sendiri mengaku sebagai orang yang pesimis, penggerutu, dan tidak mudah bahagia. Namun, melalui gaya berceritanya yang santai dan humoris saya berpendapat bahwa sebenarnya kepribadiannya tidak seburam yang dia yakini.Â
Privilege dirinya sebagai seorang wartawan senior yang sudah melanglang buana, Weiner punya banyak relasi, informasi dan sumberdaya yang mendukungnya untuk melakukan perjalanan ini.
Buku ini ditulis dengan bentuk narasi laporan perjalanan Weiner ke 10 negara dengan tujuan menelaah apakah ada hubungannya antara rasa bahagia seseorang dengan tempat dimana dia tinggal. Buku ini juga merupakan bagian dari seri "Geography of.. " oleh Weiner, bersama dengan Geography of Jenius dan Geography of Faith. Setelah membaca buku ini, saya berencana untuk memasukkan keduanya dalam daftar baca saya tahun ini.
Melalui data bernama Database Kebahagiaan Dunia (World Database of Happiness) oleh Ruut Venhoven -- ternyata benar-benar ada orang yang meneliti hal ini - Weiner kemudian memilih 10 negara yang ingin dia selidiki untuk keperluan misinya itu. Berikut catatannya..
Kebahagiaan di 10 Negara (1-5)
BelandaÂ
Kebahagiaan adalah toleransi. Orang Belanda paham sekali sepertinya bahwa kebahagiaan itu sifatnya subjektif, sehingga mereka toleran pada siapapaun, bahkan pada orang yang tidak punya toleransi. Namun, toleransi yang berlebihan cenderung pada ketidakpedulian.
Swiss
Saat ditanya apa yang membuat orang Swiss bahagia, mereka menjawab : kebersihan. Katanya, toilet umum di Swiss itu bersih sekali. Orang Swiss juga menghargai alamnya, percaya alam itu membawa rasa damai. Mereka juga percaya bahagia itu tidak menonjolkan diri, supaya tidak menimbulkan rasa iri pada orang lain, karena rasa iri merupakan musuh kebahagiaan. Gembira sekaligus tenang.
Bhutan
Negara kecil yang menerapkan kebijakan Kebahagiaan Nasional Bruto sebagai tolak ukur kemajuan bangsanya. Penulis juga menjabarkan bahwa apapun yang dikerjakan dengan sepenuh hati itu harusnya sudah cukup. Cukup merupakan kunci kebahagiaan. Dan dengan cara mengetahui keterbatasan diri mereka lah orang Bhutan menjalani versi 'kehidupan bahagia' mereka.Â
Orang umumnya merasa tidak bahagia ketika mereka memiliki terlalu sedikit. Sebaliknya, tidak banyak orang yang memiliki banyak hal mampu berkata 'ini sudah cukup'. Rasa cukup bisa mendekatkan kita dengan perasaan bahagia.
Qatar
Jika anda pernah mendengar pepatah lama 'uang tidak dapat membeli kebahagiaan', maka di Qatar orang-orang bersikap seakan-akan pepatah itu cuma basa-basi. Hedonic treadmill adalah istilah ketika orang berjalan mengejar gaya hidup hedonis, gaya hidup sumber ketidakbahagiaan, dimana sesungguhnya mereka tidak berjalan kemana-mana, seperti treadmill.Â
Orang Qatar tidak ada yang miskin, namun apakah mereka bahagia itu lain soal. Kemalasan dan gaya hidup generasi muda mereka, yang dibesarkan oleh tim orang bayaran -- yang tidak punya wewenang penuh sebagai pewaris kebijaksanaan dan norma layaknya orang tua, mulai menjadi isu kekhawatiran di negara itu. Â
Islandia
Negara yang hampir sepanjang tahun dijalani penduduknya dalam kegelapan karena kurangnya sinar matahari ini punya cara sendiri untuk berbahagia. Rentan dengan penyakit SAD (Seasonal Affectionate Disorder), kondisi dimana kegelapan cenderung membawa stress dan keinginan untuk melahap karbohidrat yang menyebabkab obesitas dan kemudian menambah stress itu sendiri.Â
Orang Islandia menuangkan 'kesedihan' mereka dalam kegatan seni. Kreativitas dipercaya peneliti dapat membahagiakan. Kebahagiaan sendiri bukan cita-cita nalar namun cita-cita imajinasi seseorang. Secara mengejutkan Islandia merupakan salah satu negara yang penduduknya paling bahagia.
Berikutnya Weiner akan menjelajah arti kebahagiaan di lima negara lainnya. Please look forward for the second part, dari link berikut
Until then, Happy Reading and lets get inspired!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H