Fumio Sasaki | goodbye, things -- hidup minimalis ala orang jepang | 2015 |
ISBN : 978-602-03-9840-2 | Cetakan kelima : April 2019 | halaman : 242
Kategori : Self Improvement, non-fiksi
Buku yang sudah cukup lama dibeli ini (sekitar 8 bulan yang lalu di bulan Juni 2019), akhirnya dibuka dan dibaca juga. Kenapa sempet nongkrong begitu lama di  lemari buku sampai akhirnya dibaca?
Mungkin karena dari judulnya saja bikin saya takut.. takut karena minimalis yang identik dengan kerapihan itu berkebalikan banget dengan saya. Takut 'tertampar' dengan hal-hal yang akan dibahas di dalamnya.
Lihat saja gambar covernya, sekilas saya kira itu settingan. Tapi ternyata di beberapa halaman pertama dijelaskan that it is actually the writer's house. Pancingan yang keren, but believe me it gets even better.
Awal buku bercerita tentang masalah yang menimpa si penulis. Persepsi diri akan hidupnya yang terasa gitu-gitu aja, cemas, selalu membandingkan apa yang dia punya dengan orang lain, iri, lelah dan intinya unhappy di umurnya yang 30 something and still single.
Hal ini kemudian diikuti dengan perilaku yang merugikan dirinya sendiri seperti ga produktif di kantor, relationship issues, terlalu banyak alcohol, terlalu banyak membeli barang-barang ga berguna untuk membuktikan eksistensinya di mata orang lain. Untungnya dia sadar bahwa hal itu menjerumuskan, dan akhirnya memutuskan untuk berubah dan berbenah diri for the sake of himself.
Bapak Fumio Sasaki ini kemudian mulai mendalami konsep minimalis yang ternyata bukan hanya konsep, tetapi juga menjadi praktik nyata untuk kehidupan. Apa sih minimalis yang dimaksud? Intinya minimalis itu hidup dengan teliti dan disiplin terhadap wants and needs kita.. bijaksana membedakan keduanya serta focus terhadap apa yang bener-bener penting dalam hidup. Misalnya relationship dengan manusia, dengan Tuhan, dengan Alam, apapun itu yang membuat manusia menjadi manusia dan barang hanya penunjang kebutuhan hidup kita, tidak lebih.
Buku ini berisikan 55 kiat supaya kita bisa mencoba gaya hidup ini. Setelahnya ada 12 kiat tambahan menuju minimalisme.
Salah satu yang paling saya suka adalah kiat tentang membuang barang yang menjadi koleksi kita. Bapak ini bilang kalau rumah kita bukan museum jadi ga perlulah untuk mengkoleksi barang karena barang yang benar-benar penting pasti akan dikoleksi secara serius. Hmm..