Mohon tunggu...
Pody Ken
Pody Ken Mohon Tunggu... -

Hanyalah seorang mantan Jurnalis yang masih senang menulis.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Keindahan Karma Seorang Arimbi

17 Agustus 2012   12:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:37 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu siang, bel apartemen saya berbunyi dan Suami saya pun menjawab via intercom. Ah, ternyata si Pak Pos yang mengatakan ada paket kecil yang ditujukan untuk saya dan tidak bisa dimasukan dalam box kami karena saya harus menandatangani bukti terima secara langsung.  Well, saya pun turun. Dalam lift, rasa penasaran muncul. Paket apa? dari siapa? Mengingat sudah beberapa tahun saya menetap di Brussels dan seringkali keluarga, teman, saudara, mengirim bingkisan apa saja untuk menghibur saya yang jauh dari keluarga di Indonesia. "Excuse moi Madame, mais il faut que vous signez " ucap Pak Pos bule itu meminta maaf karena mengharuskan saya menerima langsung. "C'est pas grave," jawab saya tersenyum. Saat menerima bingkisan cokelat  itu, saya langsung menebak dalam hati. Ini pasti sebuah buku. Voila! Tebakan saya benar. Iya, ini buku, Tak lain kiriman spesial dari teman baik saya Arimbi Bimoseno yang beberepa waktu lalu mengirimkan pesan melalui Blackberry Messenger jika ia telah menerbitkan sebuah buku berjudul KARMA. Senang? Jelas. Meski hanya sebuah buku, namun saya merasakan energi spirit saya menjadi dua kali lipat setelah menerima buku itu. Bukan karena teman baik saya yang menulis, namun saya tahu buku ini sarat dengan nilai-nilai kehidupan yang apa adanya. Hidup adalah hidup. Hidup adalah pilihan manusia. Banyak potret kehidupan direkam dalam mata hati seorang Arimbi, kemudian bercampur dengan kegalauannya, kebahagiaannya, keingintahuannya. Saya tahu persis Arimbi sangat jujur untuk urusan perasaan dan kegelisahan akan sekitarnya. Sudah pasti buku ini enak dibaca. Saya masih ingat beberapa tahun lalu di saat saya masih di Indonesia, di saat luang, di tengah padatnya pekerjaan, kami menyempatkan diri berbicara mengenai makna hidup. Berdiskusi kecil bahkan kadang sedikit ngotot untuk mengemukakan apa yang ada dipikiran, hati dan sikap atas sebuah fenomena yang kami lihat sehari-hari. Mengapa begini? Mengapa begitu? Bagaimana ini? Apakah ini? Itulah kegelisahan seorang Arimbi. Kecintaan Arimbi akan kehidupan dengan kejutan-kejutan Karma yang diperlihatkan di sekelilingnya bukan bualan belaka. Ia tahu betul bagaimana meramu sebuah realita dalam tulisannya yang dalam. Dengan istilah-istilah yang membuat pembacanya mengerti titik poin yang dimaksud. Meski saya tidak suka membaca tulisannya soal korupsi, karena saya sudah lelah membaca kasus ini terus menerus di portal berita Indonesia, bukan berarti paparan Arimbi akan karma pelaku korupsi tak menarik. Sekali lagi, dia memaparkan sebuah kegelisahan yang lain. Tak melulu soal nyanyian cinta atau sketsa kehidupan di masa kecil. Karma hanya soal kata. Boleh dipercaya, boleh juga tidak. Namun yang saya tahu setiap perbuatan baik maka tujuan akhir pun akan baik. Begitu pun sebaliknya. Tinggal bagaimana kita memilih mau berjalan di rel yang mana. Saya yakin Arimbi pun bermaksud baik mengumpulan catatan-catatan kecilnya  dalam buku ini. Semoga pun menghasilkan Karma positif bagi dirinya sendiri yang telah berbagi cermin hidup, realita, dan pengetahuan. Dan saya pun menikmati keindahan KARMA Arimbi di sore hari sambil menyeruput teh manis dan sepiring pastel goreng. Hmm....Heaven. Nikmat mana lagi yang kau dustakan?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun