Mohon tunggu...
Muhammad Arkandiptyo
Muhammad Arkandiptyo Mohon Tunggu... -

Hanya seseorang di pojok kota Jakarta yang selalu apa adanya. Penggemar berat masakan tradisional Jawa & Peranakan, musik Light Jazz dan pecinta sejati seseorang kalau sudah sekali cinta.\r\nPS Untuk semua Ingatlah Selalu: Ing Madya Mangun Kersa & Bhinneka Tunggal Ika!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Crashpack Bumi Ngapak (I): Suwi Ora Dalan

5 Mei 2011   15:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:02 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sing nggilani, Batere Alkaline untuk Kameraku, di Stasiun, LARANG MEN, MUAHAL. 12 Ribu Broo! Biasanya Alfamart 8900 juga dapet. Gila bro. lonjakan 30%. Duh, ini pasti gara-gara harga buka lapaknya juga mahal....yo pihak stasiun netepin harga sewa tempat lapak ya yang murah juga lah.....toh untuk kesejahteraan rakyat bersama ini. Tapi akhirnya aku beli 2 juga, untuk jaga-jaga

Hadirlah jam 8.15, ternyata belum muncul juga kereta Sawunggalih itu. Kutunggu 5 menit kemudian baru datanglah ia. Kereta api bisnis Sawunggalih itu. Bukan masalah, aku ambil tempat dudukku, disebelahku wong Kebumen, bapak-bapak usia 35-an. Aksen Bumennya masih ada meski sudah agak termakan desakan 'meng-Indonesia' dari Jakarta

Ia bilang ia balik ke Kebumen nengok keluarga, kami mengobrol banyak di jalan, mulai dari rumah, keluarga, olahraga, hobi, keadaan di jalan....cukup enak dan friendly orangnya, seperti halnya kebanyakan orang Indonesia lainnya. Aku salut. Dia sudah cukup lama di Jakarta namun masih mempertahankan sisi positif dari ke-'kampung'-annya. Tidak seperti yang aku lihat di beberapa orang yang menjadi terlalu 'kapitalis' dan...egoitik.

Perjalanan awalnya mulus-mulus saja, aku berusaha untuk tertidur tapi tidak bisa, sementara si mas'e sebelah ku ini setelah meninggalkan area Jabotabek sudah mulus tertidur, tapi akhirnya, aku juga tertidur. Tapi hanya sekitar 2 jam. Meskipun rasanya seakan sudah lama sekali. Aku kira waktu pertama kali bangun, "Huf, bentar lagi Cirebon....5 jam, jam 12-1 an, kok gw belum laper ya?". Ta' cek Jam dan ternyata baru jam 10.30. walah. Tapi tak lama kemudian jam 11 kami sampai di Cirebon.

Ku pesan makanan dan minum, komplit, Nasi Rames dan Es Teh, sengaja karena pedagang asongan mulai banyak masuk, 'meneror' dan 'menggoda' iman kami penumpang yang ingin berhemat. Dagangan banyak dijajakan, komplit, makanan? Wah jangan ditanya, Nasi Rames, Pecel, Pop Mi, Mi Jawa, Rujak, ada. Kudapan alias makanan kecil? Apa lagi. Biskuit, Sale Pisang, Wingko Babat, Jenang/Dodol... bahkan yang aneh-aneh pun ada, Kacamata Hitam, Mainan Bayi yang kalo ditarik ujungnya keluar bunyi Tenottenanenanot *Norak bener*....Komplit. Aku pikir lagi. Perkataan orang-orang kalau katanya Kereta itu Pasar Bergerak benar juga.

Aku habiskan makananku untuk Rp 19000. Anehnya bahkan setelah habis makanan dan jarum jam di jam tangan mulai bergeser condong ke arah pukul 12, kereta belum bergerak, malahan, kami 'disalip' kereta lain yang lebih cepat berhenti di Cirebon. WUSH. Kok iso? Ono opo iki? Aku pun tidak tahu. Tapi kami tersendat di Cirebon cukup lama. Yang nggilani nya, pedagang-pedagang itu seakan tidak pernah berhenti, selalu ada menjajakan barang dagangannya. Dan berkali-kali pula aku harus mengatakan berkali-kali kepada para pedagang itu, "wonten mas" atau "wonten mbak" *wonten=kata menolak/nggak*.

Tapi akhirnya iman ku jatuh pula, aku putuskan untuk membeli dari salah satu pedagang itu, segelas Wedang Jahe Anget berharga 3 ribu rupiah. Ya, karena aku masih dilematis mengenai tidur setelah makan atau tidak, karena dalam pikiranku aku paranoid, takut kebablasan sampe final destination kereta ini, alias Kutoarjo, yang notabene 25 Kilometer dari Karanganyar. Yang artinya gonta-ganti angkot beberapa kali. Aku pikirJahe akan membantu, ternyata tidak banyak. Betul, ketika kita minum jahe rasanya tenggorokan lega, gitu juga kuping jadi anget dan dada juga, tapi tidak ngilangin ngantuk, cuman rileks.

Aku coba nikmati lama 'pitstop' di Cirebon dengan Wedang Jahe itu. Setidaknya lebih rileks dan lebih sabaran...hehehe, sambil lalu aku juga mengamati para pedagang, berjibaku mencari setidaknya sekedar simpati dahulu dari para pelanggan, yang kelak bisa dikembangkan untuk menjadi simpati untuk membeli produk *duh bahasanya*.

Para pedagang asongan ini, uniknya, memakai satu rompi yang sama, warna hijau fluorescent seperti di rompi pekerja proyek bangunan (yang bener, bukan yang eseng-esengan) dengan cap "Persatuan Pedagang Asongan Stasiun Cirebon". Salut juga aku, mereka berani membuat semacam Paguyuban. Tapi sampai batas apakah Paguyuban mereka dapat berkarya? Itu yang aku tak tahu, tapi setidaknya, kesan pertama dengan rompi seragam itu memberikan pesan baik.

Akhirnya kami keluar juga dari daerah Cirebon, lanjutkan perjalanan, tapi setelah sudah agak lama. Tak lama kemudian, di Ketanggungan dan Prupuk, kami berhenti lagi, kali ini cukup lama pula. ARGH. Kali ini tidak ada pengalih perhatian, aku gusar, bosan, gak sabaran. Dan mulai ngaco, aku pun mendendangkan dengan Lama (LAgu MAksa buatan sendiri) sekali, berdasar dari lagu 'Suwe ora Jamu'


"Suwe ora dalan
Dalanin sepurne
Sepurne ora dalan
Yo jam piro aku nang Krangnyar...."

(Lama gak jalan, jalanin keretanya, keretanya gak jalan, ya jam berapa aku di Karanganyar)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun