Pagi tadi sekitar pukul 08:00 WITA, nelayan di perairan Pulau Kapota, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, dikejutkan dengan penemuan seekor Paus Sperma yang terdampar di pesisir pantai.
Ketika ditemukan, paus tersebut sudah dalam keadaan mati dan mulai membusuk. Melihat kondisinya yang sudah mulai hancur, diperkirakan paus tersebut sudah mati sejak 2 minggu yang lalu.
Hal yang paling mengejutkan adalah ketika perut paus itu dibuka, ditemukan sampah dengan berat total sekitar 5,9 kilogram. Sampah di dalam perut ikan paus tersebut terdiri atas sampah gelas plastik 750 gram (115 buah), plastik keras 140 gram (19 buah), botol plastik 150 gram (4 buah), kantong plastik 260 gram (25 buah), serpihan kayu 740 gram (6 potong), sandal jepit 270 gram (2 buah), karung nilon 200 gram (1 potong), tali rafia 3.260 gram (lebih dari 1000 potong).
Temuan ini cukup memprihatinkan, mengingat paus merupakan mamalia laut terbesar yang hidupnya berada di laut dalam sampai bisa terdampar ke pinggir laut.
Menurut salah satu petugas Yayasan Wakatobi, Saleh Hanan, ditemukannya paus mati terdampar dan adanya sampah plastik di dalam perut maka secara ilmiah hal tersebut dapat menjelaskan terjadinya disorientasi navigasi paus. Di mana paus tidak mampu membedakan makanan dan non makanan, atau habitatnya sudah tercemar sampah.
Terdamparnya berbagai jenis makhluk laut bukanlah kali pertama ini terjadi. Setidaknya ada puluhan ekor ikan seperti Paus dan Hiu mati setiap tahunnya karena terdampar.
Sebagian besar dari isi perut ikan-ikan tersebut sama-sama ditemukan berbagai jenis sampah plastik. Seharusnya hal ini menjadi teguran keras untuk kita sebagai manusia. Para penghuni laut juga merupakan ciptaan yang harus dijaga kelestariannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H