Pembahasan mengenai ada-tidaknya asosiasi (hubungan) antara satu hal dan hal lainnya merupakan salah satu bahasan yang terus berkembang dalam ilmu statistika dan banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang, termasuk di dalamnya adalah pada bidang ketahanan energi. Salah satu cara sederhana yang umumnya digunakan untuk mengetahui ada-tidaknya asosiasi adalah melalui scatter plot. Secara visual, melalui scatter plot, dapat diduga ada-tidaknya asosiasi antara hal yang satu dan hal yang lainnya.
Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, mari perhatikan dua ilustrasi gambar (plot / grafik) berikut ini. Data yang digunakan adalah data produksi dan konsumsi minyak bumi di Indonesia dari tahun 2000 – 2011 yang diperoleh dari Direktorat Umum Minyak Bumi dan Gas.
Gambar 1: Diagram Garis Produksi dan Konsumsi Minyak Bumi di Indonesia (tahun 2000-2011)
Gambar 2: Scatter Plot Produksi dan Konsumsi Minyak Bumi di Indonesia (tahun 2000-2011)
Apabila kita perhatikan secara seksama, Gambar 1 dan Gambar 2 memberikan informasi yang berbeda. Perhatikan bahwa pada Gambar 1, elemen waktu (dalam hal ini adalah ‘tahun’) merupakan elemen penting dan sangat berkaitan dengan informasi yang akan kita peroleh melalui Gambar 1. Untuk setiap tahunnya, dari tahun 2000 – 2011, kita dapat mengetahui besar produksi dan konsumsi minyak bumi di Indonesia setiap tahunnya. Selain itu, dapat pula diperoleh informasi mengenai kecenderungan naik dan turunnya produksi dan konsumsi minyak bumi di Indonesia dari tahun ke tahun berikutnya.
Namun demikian, berbeda halnya dengan Gambar 2, kita tidak dapat memperoleh informasi mengenai besar produksi dan konsumsi minyak bumi di Indonesia setiap tahunnya, juga kecenderungan naik dan turun setiap tahunnya melalui Gambar 2. Dengan kata lain, pada Gambar 2, elemen waktu tidak dilibatkan sama sekali. Apa yang dimaksud dengan scatter plot adalah plot pada Gambar 2. Seperti penjelasan yang sudah dipaparkan sebelumnya, melalui scatter plot dapat diperoleh informasi atau dugaan mengenai ada-tidaknya hubungan secara visual (deskiptif).
Perhatikan kembali scatter plot tersebut. Melalui scatter plot tersebut kita dapat menduga bahwa dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2011, terdapat kecenderungan semakin besar nilai produksi, akan semakin besar pula nilai konsumsi secara deskriptif. Dengan kata lain, kita dapat menduga terjadi asosiasi positif antara produksi dan konsumsi minyak bumi Indonesia di tahun 2000 - 2011. Pertanyaan selanjutnya yang mungkin akan muncul di benak kita adalah, apakah dugaan ada-tidaknya asosiasi secara deskriptif memberikan informasi yang valid. Untuk tahapan lebih lanjut, tetap saja dibutuhkan suatu ukuran untuk menentukan seberapa besar hubungan atau asosiasi yang terjadi dan juga bagaimanakah asosiasi yang terjadi antara dua hal.
Berbicara mengenai besaran atau ukuran, tentunya kita akan memerlukan suatu ukuran kuantitatif untuk menyatakan seberapa besar asosiasi yang terjadi di antara keduanya. Selanjutnya akan diperkenalkan salah satu jenis ukuran asosiasi yang dikenal dengan nama Kendall’s Tau. Ukuran asosiasi Kendall’s Tau merupakan ukuran asosiasi yang digunakan untuk mengetahui besar asosiasi antara dua hal atau lebih bertipe linear ataupun non-linear yang monoton. Semakin nilainya mendekati |1|, artinya asosiasi yang terjadi semakin kuat dan ketika mendekati angka 0, artinya asosiasi yang terjadi semakin lemah (mendekati tidak ada). Hasil perhitungan Kendall’s Tau untuk produksi dan konsumsi minyak bumi di Indonesia tahun 2000-2011 menghasilkan angka 0,3939. Sehingga dapat dikatakan, antara produksi dan konsumsi minyak bumi cukup berasosiasi secara positif.
Selanjutnya, berdasarkan Pusdatin (2010), model sistem energi adalah model yang komponen-komponennya mempunyai karakter saling bergantung (oleh karena itu memiliki asosiasi) dan melibatkan persamaan non-linear. Komponen-komponen yang dimaksud adalah variabel pertumbuhan ekonomi yang diwakilkan melalui produk domestik bruto (PDB) dan populasi penduduk Indonesia. Oleh karena itu, sangat tepat menggunakan Kendall’s Tau sebagai ukuran asosiasi untuk mengukur besar asosiasi komponen-komponen yang terlibat dalam sistem energi.
Berkaitan dengan hal tersebut, berikut ini akan diberikan scatter plot antara konsumsi minyak bumi, populasi penduduk, dan PDB Indonesia dari tahun 2000 – 2011.
Keterangan: Data Populasi dan PDB diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik).
Setelah dilakukan perhitungan Kendall’s Tau ternyata diperoleh hasil 1 untuk populasi dan PDB. Kemudian diperoleh pula hasil yang sama, yaitu -0,3636 untuk konsumsi dan populasi,juga untuk konsumsi dan PDB.
Menurut Pusdatin pula, sasaran pengembangan energi nasional ditetapkan atas dasar pertimbangan ketahanan energi nasional, yaitu menciptakan sistem energi yang mandiri dan berkelanjutan. Dua hal utama yang dilakukan pemerintah adalah dengan menetapkan kebijakan harga energi dan melakukan konversi energi secara bertahap untuk sektor-sektor pengguna energi tertentu. Ingat kembali konversi minyak tanah ke LPG untuk keperluan rumah tangga beberapa tahun yang lalu. Konversi tersebut merupakan salah satu langkah pemerintah dalam rangka memperkuat ketahanan energi nasional.
Dengan mendorong pemanfaatan energi lain yang ketersediannya cukup banyak atau energi yang terbarukan, diharapkan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap minyak bumi yang cenderung semakin mahal sementara cadangan domestik dan kemampuan produksi nasional semakin menurun. Namun demikian, untuk dapat mewujudkan ketahanan energi nasional membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Banyak infrastruktur yang harus dibangun untuk mendukung pemanfaatan energi alternatif lain.
Tentunya keadaan ini sangat mendesak mengingat cadangan minyak bumi Indonesia yang semakin sedikit dari tahun ke tahun. Bisa dikatakan, Indonesia harus sudah siap untuk menggunakan energi alternatif lain dilengkapi dengan infrastruktur pendukung saat cadangan minyak bumi sudah habis (Indonesia tidak dapat lagi bergantung pada minyak bumi sebagai sumber energi). Berikut ini adalah plot cadangan minyak bumi Indonesia dari tahun ke tahun (data diperoleh dari Direktorat Umum Minyak Bumi dan Gas).
Gambar 4: Cadangan Minyak Bumi Indonesia (2000-2011)
Oleh:
Octavina
Magister Matematika ITB 2012
Mahasiswa Program Fast Track ITB 2012/2013
Penerima Beasiswa Bakrie Graduate Fellowship tahun 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H