Pagi ini semburat biru mulai tampak. Mencoba membangunkan manusia yang lelap dalam tidurnya. Hawa sejuk yang telah terasa semenjak malam menghasillkan embun-embun yang menggelantung di dedaunan. Burung-burung kecil bersenandung di halaman rumah Rama, bocah 9 tahun yang menuturkan impiannya kepada kami.
Selepas mencium tangan ibunya, ia mengambil tas yang penuh jahitan tangan ibunya itu. Lalu, ia bergegas turun dari rumahnya. Sambil berlarian kecil menuruni anak tangga dan segera mengejar teman-temannya. Hari ini menjadi hari yang penting baginya.
Perkenalkan ini adalah pengalamanku #MenebarKebaikan dan mengabdi di pelosok negeri menjadi anggota Pencerah Nusantara. Saya adalah bagian dari tim Pencerah Nusantara yang mendapatkan tugas untuk mengisi kekosongan tenaga kesehatan di perbatasan dan pelosok negeri. Terdiri dari dokter, bidan, perawat, kesehatan masyarakat dan pemerhati kesehatan.
Bekerja secara lintas sektoral, memberikan inovasi, memahami budaya baru dan tentunya menyelesaikan masalah kesehatan.
Kami mendapatkan lokasi penugasan yang cukup jauh, berada di kecamatan Onembute, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Saya baru mendengar lokasi itu ketika bergabung disini. Sebuah lokasi dimana listrik belum mengalir sepenuhnya, ada beberapa desa yang belum teraliri listrik dan setiap hari mati lampu 2-6 jam karena memang daya yang masih terbatas.
Ada juga sebagian desa masih belum ada sinyal komunikasinya, kalau kemarau tiba susah benar mencari airnya karena sumur kering. Kecamatan Onembute didominasi oleh masyarakat asli Suku Tolaki dan masyarakat pendatang, Suku Bugis.
Mayoritas orang-orang berkebun, kondisi tanah yang kering membuat sebagian orang beralih menjadi pekerja pembuat batu bata. Beragam usia ada disana. Mulai dari remaja, dewasa, orang tua dan ibu-ibu.
Sehari-hari kami bertugas di puskesmas, tempat dimana kami melayani pasien. Pasiennya tak banyak, jangan dibayangkan dengan di Pulau Jawa, sehari mungkin hanya 10 orang.
Bukan karena tidak ada yang sakit, melainkan akses masyarakat ke Puskesmas masih belum baik, baik karena faktor jarak yang sangat jauh maupun akses secara kesadaran masih rendah. Oleh karena itulah kami bersama petugas puskesmas lebih sering mengadakan puskesmas keliling agar mampu menjangkau seluruh masyarakat.
Selama bertugas dengan menggunakan puskesmas keliling, selalu ramai oleh anak-anak. Mereka selalu menantikan kami menyalakan video senam dan ice breaking yang mereka nantikan.
Ya, program kami tidak hanya pengobatan medis saja. Saya sebagai tenaga promosi kesehatan ingin berkontribusi dengan mengajak para peserta untuk senam bersama. Ternyata hal inilah yang menjadikan nilai tambah dalam kedatangan kami, memberikan inovasi.
Berawal dari Impian Kecil Rama
Kami senang berbincang dengan masyarakat sekitar, tak terkecuali anak-anak. Mereka adalah pelipur lara kami di perantauan. Kami mengajak anak-anak di sekitar rumah untuk belajar bersama di rumah dinas setiap sore.
Hal itu kami lakukan sebagai bentuk balasan terhadap orang sekitar yang selalu baik kepada kami. Namun, di sore itu ada sesuatu yang sedikit berbeda.
Sebentar lagi memasuki bulan puasa, kami mencoba meminta anak-anak untuk menuliskan harapannya di bulan puasa ini. Berawal dari situlah kami mulai mengenal Rama, bocah 9 tahun yang menggugah hati kami.
“Rama, coba ceritakan ke kakak, Ramadhan kali ini harapannya apa”, tanyaku.
“Rama pengen puasanya lengkap to kak”, jawab ia polos disambut tawa temannya.
“Apalagi Rama, barangkali punya keinginan gitu”
Sambil tersenyum malu dan menaruh kedua tangan kebelakang dia berkata,
“Hmmm, Rama pengen ngasih hadiah mukena dan sajadah ke ibu dan sarung ke ayah, Kak”.
“Wah mulia sekali Rama ingin memberikan hadiah ke Ibu dan Ayah”
Ya, Rama memang baru berusia 9 tahun. Namun, kepekaannya untuk berbagi sudah sangat tinggi. Mungkin Rama sudah terbiasa melihat ibunya mandi keringat didepan tungku membakar batu bata. Sesekali mungkin dibenaknya ia ingin melihat senyum ibunya lebar dan bangga kepadanya dengan memberikannya hadiah.
Ide menginisiasi Gerakan Sosial #THRAnakKonawe
Perlahan suara tarhim sholat ashar mulai menggema, menandakan waktu sharing kami akan segera berakhir. Sambil membereskan bukunya, adek-adek melafalkan doa selesai belajar sembari mata melirik ke kanan dan kirinya. Jam belajar bersama memang dimulai sebelum ashar, karena setelah ashar kami masih sibuk untuk mengurusi program.
Namun, entah angin apa yang membawa kami berlima untuk sejenak memikirkan bagaimana mewujudkan harapan Rama dan anak-anak lainnya. Sembari meluruskan kaki yang sudah lama duduk bersila, aku mencoba memecahkan hening sejenak.
“Enaknya kita bikin apa ya buat bantu mereka?”
“Patungan aja yuk, diambil dari gaji kita”. celetuk Chacha, Bidan di tim kami.
“Kalau patungan, bisa sih, tapi kan hasilnya cuma buat anak-anak tadi aja, padahal masih banyak yang perlu dibantu” timpal Bunga pemerhati kesehatan kami.
“Iya juga sih kak” jawabku, sambil berfikir bagaimana caranya menggalang lebih banyak dana.
“Nanti ajak juga orang-orang puskesmas untuk ikut donasi biar tambah banyak”, jawab Chacha.
“Iya setuju aja aku, ikut sama kalian”, ujar dokter Cut. Sambil terus mengetik didepan handphonenya. Maklum dari kami berlima,
hanya dokter Cut yang sudah berkeluarga, jadi rasa rindu dan kangen pasti selalu ada disetiap detiknya.
“Gini aja Jok, kita coba crowdfunding aja. Lewat donasi online, jadi kita buka donasi online, nanti biar aku carikan kenalan biar lebih
banyak yang mau ikut”. Ujar Isti, perawat lulusan kampus ternama dari Kota Depok itu.
“Pasti banyak kok galang dana online, apalagi aku punya jejaring yang lumayan banyak”, tambahnya.
“Ya udah, kita sepakat ya buat bikin project di Ramadhan kali ini. Biar kedatangan kita disini juga semakin bermanfaat, gak hanya
di kesehatan tapi juga sosial dan agama. Seperti biasanya sebagai ketua, saya selalu menyimpulkan diskusi di kelompok ini.
“Oke Joko, siap.” Ujar teman-teman sembari mulai menatap layar ponselnya.
Setelah mencari informasi dan kenalan, niat baik kami bersambut dengan komunitas Patriot Ramadhan dari Jakarta. Memang koneksi Kak Isti ini kenceng banget. Setelah berdiskusi secara online kami memutuskan untuk meluncurkan gerakan sosial #THRAnakKonawe.
Kami pun bergegas menyusun media dan bahan untuk gerakan sosial #THRAnakKonawe. Mulai dari narasi donasi, poster ajakan donasi dan membuat foto campaign gerakan #THRAnakKonawe. Semangat berbagi kebaikan menjadi kian berlipat mengingat pahala yang dilipatgandakan dalam bulan puasa ramadhan.
Kolaborasi lintas batas #MenebarKebaikan
Selain bersama Patriot Ramadhan, kami juga melibatkan semua elemen masyarakat untuk berpartisipasi. Kami mengajak Kepala Puskesmas, Bapak yang menerima kedatangan kami pertama kali disini.
Beliau kami libatkan sejak ide awal ini dimulai. Awalnya memang ada sedikit perdebatan alot dengan beliau. Mulai dari itu bukan tugas kami, karena kami memang punya tugas cukup banyak di puskesmas. Kami diminta fokus saja disitu. Tapi setelah berdiskusi akhirnya beliau setuju dengan satu usulan tambahan.
“Nanti sa minta hasil galang dananya tidak untuk alat sholat saja, tapi juga alat sekolah. Kasihan pale mereka seragamnya lusuh semua”.
Iya pak, sahutku.
“Dan tolong nanti ko pilih benar-benar pi siapa yang harus dapat bantuan. Jangan salah sasaran, ajak pi bidan desa di semua desa
buat mendata. Karena mereka orang paling tahu siapa yang benar-benar membutuhkan. Kalau kalian kan masih baru, jadi belum tahu,
ujar beliau dengan logat Khas Tolakinya.
“Iyee’ pak, nanti sa koordinasikan dengan bidan desa. Tabe (permisi), Sa pergi dulu.” Ujarku permisi sambil menirukan
logat Tolaki walaupun masih kental medhognya.
Berawal dari mimpi kecil Rama, sekarang niat baik itu menggelinding bak bola salju. Semakin besar dan jauh larinya. Selain Kepala Puskesmas dan Bidan Desa, kami pun mengajak Ibu Camat dan Perangkat Desa untuk ikut berpartisipasi mengkampayekan gerakan #THRAnakKonawe ini. Hal ini kami lakukan agar rasa memiliki dari gerakan ini dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
Memetik Buah #MenebarKebaikan
Perlahan namun pasti. Satu demi satu notifikasi donasi mulai masuk di akun kami. Hati kami sangat senang. Ternyata semangat berbagi dari pelosok negeri ini mulai membuahkan hasil.
Ada yang berdonasi mulai dari sepuluh ribu, lima puluh ribu dan bahkan satu juta. Kami jadi semakin optimis, ada harapan besar #MenebarKebaikan ini akan berhasil.
Siapa sangka, dalam waktu tidak sampai sebulan kami berhasil menghimpun dana Rp 12.622.143. Dana itu terhimpun di akun crowdfunding kami, selain itu banyak masih banyak bantuan dari masyarakat sekitar secara langsung kepada kami. Baik itu baju muslim, seragam dan makanan untuk mengadakan buka bersama di masjid bersama anak-anak.
Kami sadar banyak orang diluar sana yang ingin menyalurkan sedekah, zakat dan infaqnya pada bulan ramadhan. Apalagi menyalurkan bantuan ke pelosok negeri mampu menimbulkan added value bagi donatur karena berkontribusi terhadap pemerataan pembangunan.
Uang yang sudah terkumpul kami belikan alat sholat seperti mukena, sajadah, Al Quran, sarung, eragam sekolah serta buku tulis. Kami membagikan bantuan dari para donatur itu ke 10 desa di Kecamatan Onembute, sebanyak 80 anak mendapatkan manfaat dari #THRAnakKonawe.
Seperti aliran sungai, kebaikan itu terus mengalir. Bidan desa dan perangkat desa setempat tak mau ketinggalan ikut memberikan bantuan ketika di detik detik pembagian. Khusus untuk impian Rama, kami memberikan sesuai apa yang diimpikannya dan memintanya langsung memberikan ke ibunya.
Kini langit biru bersemu jingga. Semburat jingganya menciptakan lukisan Allah SWT yang sangat indah. Di dalam rumahnya, Rama merajut harapan dan impiannya.
Rama berasal dari suku Bugis, rumahnya merupakan rumah tinggi. Terdapat anak tangga tepat didepan pintunya. Dindingnya terbuat dari papan kayu yang disusun sedemikian rupa dan masih menyisakan celah untuk angin masuk ke dalam rumahnya.
Matanya terus menatap jarum jam, kali ini bukan adzan magrib yang ditunggunya melainkan ibunya yang sebentar lagi pulang. Senyum Rama terlihat lebih lebar hari ini. Ia sudah tidak sabar memberikan mukena dan sajadah untuk ibu tercintanya.
Memilih Lembaga Zakat yang Tepat
Berzakat, infaq dan sedeqah bisa dimana saja. Tidak perlu untuk menjadi kaya terlebih dahulu. Seperti kisah Rama, mulai dari impian kecilnya mampu menggerakkan puluhan orang untuk #MenebarKebaikan. Namun, kita tetap harus memilih lembaga zakat yang terpercaya dan amanah menyalurkan donasi kita. Jangan sampai niat baik untuk berbagi disalahgunakan oleh oknum tertentu.
Salah satu lembaga zakat terpercaya di Indonesia ini adalah Dompet Dhuafa. Dompet Dhuafa adalah lembaga Amil Zakat milik masyarakat yang berdiri pada tahun 1993 yang berkhidmar mengangkat harkat sosial kemanusiaan dan mendayagunakan dana Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf (ZISWAF) serta dana sosial lainnya baik dari individu, kelompok maupun perusahaan. Bahkan pada bulan Maret 2020 ini Dompet Dhuafa mendapatkan penghargaan sebagai The Most Favorite National Islamic NGO yang diberikan dari Ikatan Dai Indonesia (IKADAI).
Dompet Dhuafa berkomitmen untuk menunjukkan sebuah pola pengelolaan zakat yang tak hanya memberikan solusi singkat, praktis, dan sederhana dalam menanggulangi berbagai masalah di Indonesia. Lebih dari itu, setiap permasalahan harus diselesaikan dari hal yang paling mendasar. Kami ingin membuktikan kontribusi zakat yang lebih meluas.
Zakat yang kami kelola juga mampu mengentaskan kemiskinan melalui program pemberdayaan ekonomi. Melalui pemberdayaan, kita bukan saja “memberi ikan”, namun “memberi kail” dan melatih para mustahik agar mampu bertahan bahkan berpindah dari mustahik (penerima zakat) menjadi muzzaki (pemberi zakat).
Dompet Dhuafa memiliki 5 pilar program utama yang memiliki tujuan besar dalam mengentaskan kemiskinan. 5 Pilar tersebut diantaranya adalah
Dompet Dhuafa berkomitmen menyediakan akses pendidikan seluas-luasnya untuk kaum dhuafa. Program yang sudah berjalan diantaranya Beastudi Indonesia, Makmal Pendidikan, Sekolah Literasi Indonesia, School for Refugees dan masih banyak program pendidikan yang lainnya.
Dompet Dhuafa di program kesehatan, mendirikan berbagai lembaga kesehatan yang bertujuan untuk melayani seluruh mustahik dengan sistem yang mudah dan terintegrasi. Banyak program kesehatan yang telah berjalan diantaranya Rumah Sehat Dompet Dhuafa, Klinik Dompet Dhuafa, Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC)
Dompet Dhuafa memberdayakan masyarakat bebasis potensi daerah untuk mendorong kemandirian umat. program utama yang sudah berjalan antara lain pertanian sehat, peternakan rakyat, UMKM dan Industri Kreatif, Pengembangan Kawasan, Pengembangan Keuangan Mikro Syariah serta program yang lain.
Dompet Dhuafa merespon cepat permasalahan masyarakat sesuai dengan kebutuhanya. program yang sudah berjalan antara lain Disaster Management Center (DMC), Pusat Bantuan Hukum(PBH), Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS), Tebar Hewan Kurban dan masih banyak program lainnya lagi.
Dompet Dhuafa tidak akan melupakan budaya yang merupakan warisan leluhur zaman dulu yang mengandung nilai-nilai kebaikan.
Bagaimana, keren kan program dari Dompet Dhuafa. Bukan hanya kuantitas programnya yang banyak, namun juga sangat terstruktur, tepat sasaran dan mengatasi masalah umat dari akarnya. Dompet Dhuafa sangat cocok sebagai tempat kita menyalurkan #Zakat #Infaq dan #Shodaqoh.
Cara memberikan donasinya juga gampang, tidak perlu repot-repot ke kantor cabang, atau antri di atm terdekat, karena sekarang donasi bisa dilakukan di layar handphone anda. Pembayarannya juga banyak metode, mulai dari transfer, m-bangking dan online payment dengan menggunakan e-wallet. Yuk #MenebarKebaikan bersama Dompet Dhuafa, langsung saja bisa klik disini https://donasi.dompetdhuafa.org/
“ Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H