Meledaknya media online di Indonesia membuat banyak orang mulai berlomba-lomba mendirikan media onlinenya. Satu persatu media online mulai bermunculan, disinyalir orang-orang berlomba-lomba untuk mencai keuntungan. Namun prediksi itu salah pada tahun 2003 media online tersebut secara satu-persatu mulai tutup. Sekitar 500-an media online yang ada di Indonesia tersebut tidak bertahan lama dan berujung pada gulung tikar.Â
Media online seperti Satunet.com, berpolitik.com, astaga.com, satuwanita.com dan masih banyak lagi mulai tak tampak lagi dipermukaan.Jika kita membicarakan tentang media online tentunya tidak lepas dari sebuah aktivitas jurnalistik. Â Kedua hal tersebut memang tidak dapat dipiahkan dan sangat erat hubungannya. Mengapa demikian? Karena konten-konten yang tersaji dalam sebuah media massa merupakan hasil dari produksi kegiatan jurnalistik. Tentunya media online pun memiliki sejarah menarik tersendiri yang perlu kita ketahui.
Bagaimana Jurnalisme Online mulai masuk Indonesia ?
Jurnalisme online sendiri mulai ada di Indonesia mulai tahun 2000an. Jurnalisme online di Indonesia diawali dengan pemberitaan mundurnya Soeharto dari kursi presiden pada tanggal 21 Mei tahun 1998. Berita-berita ini tersebar melalui mailing list yang dikala itu terkenal dikalangan mahasiswa dan aktivis. Media online Indonesia pertama kali hadir sama persis dengan versi cetaknya, tidak ada pembedaan dari konten isinya sama sekali. Kemudian pada awal tahun 1998 akhirnya muncul media online yang menyajikan informasi atau berita secara real time.
Pada tahun 2000-an mulailah bermunculan situs-situs pribadi yang menyajikan dan membagikan laporan jurnalistik yang dikenal dengan istilah webblog, websideblog atau blog. Nah itu dia sekilas tentang perkembangan jurnalisme media online. Hingga saat inipun semakin banyak media online yang bermunculan dan seperti yang kita tahu bahwa media online tidak memiliki batasan-batasan tertentu dalam menggunakannya. Maka dari itu kita sebagai pembaca harus pandai-pandai dalam mencari dan memahami isu-isu atau informasi yang dibagikan.
Lalu apa bedannya Jurnalisme Online dan Multimedia ?
Disimpulkan dari dua pengertian diatas bahwa jurnalisme multimedia merupakan konten yang mengkombinasikan audio, video, foto, teks, dan animasi grafis menjadi satu kemasan (Kurniawati, 2013). Bisa dibilang bahwa jurnalisme multimedia sifatnya lebih luas bila dibandingkan dengan jurnalisme online karena jurnalisme multimedia memuat lebih banyak "tools" dan bisa melakukan interaksi dengan pembacanya. Sedangkan jurnalisme online hanya berbentuk tulisan dan disertai gambar. Secara psikologis, orang akan lebih tertarik untuk membaca berita yang dilengkapi dengan gambar, animasi maupun video karena dinilai lebih menarik daripada sekadar membaca tulisan, terutama bagi kaum remaja.
Jurnalisme multimedia ada dan berkembang karena adanya internet yang semakin canggih dan memadai sehingga perusahaan media berusaha untuk menciptakan "inovasi" dalam menarik minat pembaca. Selain teknologi internet dan web, jurnalisme multimedia tidak akan muncul tanpa digitalisasi teknologi fotografi. Terutama sejak munculnya kamera DSLR tahun 1999 dan pada tahun 2008 dengan fitur perekam video berkualitas HD. Sejak saat itu, jurnalisme multimedia marak dan semakin berkembang. Menurut McAdams (2005) dalam Kurniawati (2013) bentuk teknologi terakhir adalah perangkat lunak yang awalnya digunakan untuk memproduksi jurnalisme multimedia yaitu Macromedia Flash.Â
Tanpa adanya Flash, audio, video, foto, teks, dan animasi tidak dapat digabungkan menjadi satu produk.Sejarah MultimediaJurnalisme multimedia pertama kali dikenal saat gempa bumi melanda sebuah kota di utara India pada tahun 2001. Ketika media-media lain hanya menampilkan artikel berita dengan gambar, Associated Press (kantor berita yang bermarkas di New York) mengemas pemberitaan bencana gempa ini dalam bentuk audio-photo slide show. Sejak saat itu mulai banyak media yang menampilkan jurnalisme multimedia ke dalam kontennya.Â
Di Indonesia, tampilkan ini mulai diterapkan Harian Kompas dengan proyeknya yang bernama Ekspedisi Cincin Api, harian Media Indonesia, majalah Detik, majalah Tempo dan media besar lainnya. Tampilan jurnalisme multimedia biasa dipublikasikan melalui web berita, web resmi kantor berita maupun melalui alat komunikasi mobile seperti smartphone dan tablet PC. (Kurniawati, 2013).
Fitur dalam multimedia