Mohon tunggu...
alwindo Colling
alwindo Colling Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Sindiran yang elegan adalah sindiran yang dituangkan dalam bentuk tulisan ~ Aku Menulis Maka Aku Ada***

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Pembantaian di Sigi, Pemerintah Harus Lakukan Terobosan Baru untuk Tindakan Pencegahan

1 Desember 2020   11:09 Diperbarui: 1 Desember 2020   11:22 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terjadi lagi pembantaian satu keluarga di Sulawesi yang di duga pelakunya adalah kelompok teroris. yang menghalalkan dara manusia mengatasnamakan kebenaran menurut doktrin yang mereka aminkan sehingga menumpas sesama manusia menghalalkan darahnya untuk tertumpah dan mengkafirkan orang yang tidak se-pemahaman dengan apa yang mereka yakinkan.

menurut saya ini adalah pelanggaran berat yang tidak dibenarkan oleh setiap insan yang bertuhan, sejatinya agama mengajarkan titah/perintah Sang Maha Kuasa kepada setiap manusia yang beragama dan yang mempunyai satu keyakinan yang pasti, yaitu Tuhan. 

lantas mereka yang mengkafirkan orang yang tidak sepikir dengan mereka kita sebut apa? dapat saya kategorikan sebagai kelompok yang mengagungkan agama tetapi lupa akan Tuhan. Agama mengajarkan kebaikan kebenaran yang tolak ukurnya menurut kitab suci dari setiap agama yang kita yakini.

menurut saya jika mereka bertuhan, tentulah tidak ada pembantaian yang sasarannya adalah umat yang berseberangan agama dengan mereka. Tuhan mengajarkan kita untuk saling mengasihi sesama umat manusia sebagaimana para nabi sebagai utusan Tuhan untuk menyampaikan kebenaran, keselamatan hidup kekal dan abadi.

lalu apakah benar jika mereka berdosa atau dalam konteks agama mereka berbeda,  apakah halal dan layak untuk di musnahkan/dibunuh? menurut saya tidak demikian. karena jika mereka masih berdosa ada waktunya mereka akan bertobat, di dunia ini tidak ada satu pun manusia yang tidak berdosa semuanya berdosa.

Maka paradigma berpikir yang demikian " Berbeda agama" harus di bantai adalah pemikiran yang sangat salah. Ini adalah pemikiran "manusia adalah serigala bagi mereka yang berbeda agama/keyakinanya".

menurut saya jika menginginkan satu sistem pemerintahan yang condong ke Agama untuk di terapkan di Indonesia, menurut hemat saya ini adalah keliru, karena jika kita berbicara konteks keindonesiaan maka untuk diterapkan satu sistem pemerintahan "AGAMA" tertentu menurut saya tidak akan cocok  dengan manusia Indonesia dan berpotensi menimbulkan permasalahan yang baru dan bukan tidak mungkin akan terjadi konflik vertikal serta konflik horizontal.

karena Indonesia adalah negara yang plural yang didiami oleh puluhan bahkan ribuan suku bangsa dan tentunya mempunyai agama dan kepercayaannya masing-masing di luar dari agama yang di akui oleh pemerintah Indonesia.

jika saya melihat insiden pembantaian umat beragama yang terjadi di Indonesia (Intoleran) antara umat beragama, bukan hari ini saja terjadi tetapi hampir setiap tahun menghiasi layar televisi kita, maka sudah sepatutnya dan seharusnya pemerintah beserta alat-alatnya lebih serius lagi dalam menyikapi insiden ini sebagai alasan untuk bergerak lebih serius.

pemerintah jangan terfokus pada tindakan yang sudah terjadi, tetapi harus melakukan tindakan pencegahan  agar hal yang memiluh-kan bagi bangsa ini tidak terulang kembali. pencegahannya dengan melakukan penyadaran terhadap masyarakat, mulai ditata dari sistem pendidikan kita, kesejahteraan dan tentunya keadilan sosial sebagaimana yang tertuang dalam silah kelima Pancasila.

kelompok teroris menginginkan suatu pemerintahan yang condong ke "Agama" karena menurut keyakinannya konsep tersebut adalah yang ideal, karena jika kita sederhanakan bahasanya, mereka galau dengan ketidakadilan yang terjadi di negara  ini, sehingga menurut keyakinannya yang ideal adalah pemerintahan yang tata kelolanya dengan sistem agama yang diyakininya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun