Mahasiswa PMM UMM kelompok 63 gelombang 1 yang beranggotakan 5 orang pada Selasa (22/02/2022) hingga Kamis (24/02/2022) mengadakan kelas membatik bersama siswa SLB-BC Dharma Wanita 01. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menyalurkan kreatifitas anak berkebutuhan khusus yang ada di SLB-BC Dharma Wanita 01 melalui membatik. Kegiatan ini berlangsung selama 3 hari dengan pengawasan penuh oleh DPL (Dosen Pembimbing Lapang) Titik Agustiyaningsih, S. Kep, Ns, M.Kep.
Membatik merupakan salah satu seni menggambar atau menghias kain dengan teknik menutup kain menggunakan lilin atau malam pada bagian yang tidak diinginkan untuk diwarna. Membatik memerlukan alat canting untuk menggambar pada kain dengan lilin yang sudah dipanaskan. Motif batik biasanya bermacam-macam mulai dari bunga, kerang, maupun abstrak.
Membatik sangat memerlukan kesabaran, ketelitian, dan ketekuan agar kualitas batik yang dihasilkan maksimal. Hal ini dapat diterapkan pada anak berkebutuhan khusus untuk melatih dan meningkatkan konsentrasi dalam melakukan aktivitas.
Adapun beberapa tahap yang harus dilakukan dalam membatik. Tahap pertama sering disebut dengan istilah menyungging yaitu proses pembuatan pola atau gambar pada kain. Tahap kedua nglowong yaitu menutup pola atau mengisi pola menggunakan lilin yang sudah dicairkan. Ketiga adalah tahap membabar atau mewarnai yaitu dimana kain yang sudah di pola menggunakan lilin diberikan warna yang beraneka ragam. Zat warna yang umum digunakan yaitu remasol dan napthol. Proses keempat adalah memopok, yaitu proses menutup bagian yang tidak ingin diwarnai. Dan proses terakhir ini, mlorot yaitu proses meghilangkan lilin dengan menyelupkan kain di dalam air mendidih.
Mahasiswa PMM UMM kelompok 63 gelombang 1 ini mengatakan bahwa bukan hanya membantu sekolah dalam proses pembuatan batik saja, melainkan dalam proses pemasaran produk batik juga. "Kegiatan yang kami lakukan ini bukan hanya terfokus pada pembuatan atau produksi batik yang dihasilkan oleh siswa SLB-BC Dharma Wanita 01 saja. Disamping membantu mereka dalam proses produksi, kami juga membantu mereka dalam hal pemasaran. Harapannya, batik yang dihasilkan oleh anak berkebutuhan khusus ini bisa menyaingi produk batik di pasaran", Ujar Yuwono Ariyanto selaku anggota kelompok.
"Kami juga memberikan sedikit bantuan seperti alat dan bahan dalam proses pembuatan batik ini. Mungkin tidak banyak tetapi harapan saya sebagai koordinator kelompok bantuan yang kami berikan dapat bermanfaat bagi sekolah.", Ujar Elia Huatika selaku koordinator kelompok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H