Mohon tunggu...
Pmm ngijo Kelompok 37 gl 5
Pmm ngijo Kelompok 37 gl 5 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

kami mahasiswa PMM UMM kelompok 37 gelombang 5

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mahasiswa PMM UMM Sukses Mengadakan Nobar dan Bedah Film Dokumenter "Kutukan Nikel"

25 Agustus 2024   21:50 Diperbarui: 25 Agustus 2024   21:53 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan Pengabdian Masyarakat Oleh Mahasiswa (PMM) Universitas Muhammadiyah Malang merupakan suatu agenda yang wajib dilakukan bagi semua mahasiswa aktif di universitas tersebut. Kegiatan ini merupakan bentuk kontribusi mahasiswa yang dilakukan kepada masyarakat. Kegiatan pengabdian mahasiswa kepada masyarakat ini dilakukan oleh kelompok 37 gelombang 5 dimulai pada tanggal 18 july 2024. PMM ini menjadi sarana bagi para mahasiswa untuk menyalurkan berbagai kegiatan positif kepada masyarakat. Kegiatan Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) ini adalah untuk mengaplikasikan Hilirisasi hasil Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Pada Selasa, 30 Juli 2024, kelompok kami mengadakan acara nonton bareng (nobar) film berjudul Kutukan Nikel di Waroeng Marisukakoi, Dusun Leses, RT.05/RW.09, Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Acara ini bertujuan untuk mengangkat kesadaran mengenai dampak penambangan nikel terhadap lingkungan dan masyarakat lokal di Indonesia.

Kutukan Nikel merupakan film dokumenter yang diproduksi oleh Watchdoc, film tersebut bukanlah film sembarangan. Menurut Ibu Ajeng Ria Apriliana, narasumber acara ini, film tersebut memiliki kekuatan besar dalam menyentil kebijakan pemerintah dan memperlihatkan dampak buruk penambangan nikel. "Film ini menceritakan bagaimana kita bisa melakukan perubahan dan pergerakan di masa depan," jelasnya.

Indonesia kini berada di tengah sabuk tambang emas, dan penambangan nikel adalah salah satu isu lingkungan terbesar. Keberadaan tambang nikel sering kali dihubungkan dengan kerusakan lingkungan yang parah dan pelanggaran hak asasi manusia. Ibu Ajeng menyoroti fakta bahwa meskipun Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, banyak dari kekayaan tersebut justru dinikmati oleh segelintir orang dan perusahaan, sementara masyarakat lokal sering kali menjadi korban.

Eki Prayogo, salah satu pembicara acara, menekankan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap isu-isu seperti ini. Menurutnya, acara nobar ini tidak hanya untuk menonton film tetapi juga sebagai pemicu untuk tindakan lebih lanjut. "Hari ini ada kepedihan yang menjadi energi untuk kita melawan, dan seharusnya ruangan tadi hanya sebagai pemantik bahwa akan ada pergerakan besar di luar ruangan ini," ungkapnya.

Isu penambangan nikel sering kali tidak mendapatkan perhatian yang layak di media sosial. Banyak dari masalah ini, terutama di wilayah seperti Papua, jarang terdengar di publik. Eki berharap agar diskusi ini bisa memicu percakapan yang lebih luas di media sosial dan di kalangan masyarakat umum, bukan hanya berkisar pada berita selebritis.

gambar 2. bedah film kutukan nikel
gambar 2. bedah film kutukan nikel

Film ini juga diharapkan dapat mendorong diskusi yang lebih mendalam tentang kriminalisasi aktivis dan masyarakat adat yang menolak penambangan nikel. Eki Prayogo menambahkan, "Jika ada satu orang yang dikriminalisasi karena melawan penambangan, suara kita harus langsung lantang. Jangan hanya menunggu petisi."

Harapan utama dari acara ini adalah agar Kutukan Nikel menjadi titik awal untuk diskusi yang lebih luas dan mendalam mengenai hak-hak masyarakat adat dan dampak penambangan terhadap lingkungan. Eki menegaskan pentingnya untuk tidak berhenti di sini, melainkan terus meneruskan perjuangan dan diskusi ini dalam berbagai bentuk, baik melalui media sosial maupun bentuk lainnya.

Film ini diharapkan menjadi alat untuk membuka mata masyarakat terhadap realitas yang ada, dan menjadi motivasi untuk tindakan yang lebih berarti. Dalam konteks ini, film Kutukan Nikel bukan hanya sebuah karya seni, tetapi sebuah panggilan untuk kesadaran dan aksi nyata dalam melindungi lingkungan dan hak-hak masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun