Mohon tunggu...
Ema Rahmadhani Fitri
Ema Rahmadhani Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswA

seorang mahasiswa jurusan agroteknologi fakultas pertanian dan memiliki hobi berenang.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Bedah Buku Madura, Modul Nusantara Kebhinekaan Kelompok 2 Cakraningrat PMM 4 Universitas Trunojoyo Madura

24 Mei 2024   14:10 Diperbarui: 24 Mei 2024   14:27 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi mahasiswa pertukaran merdeka merupakan sebuah kesempatan emas untuk menjelajahi cakrawala baru, baik dalam hal pendidikan, budaya, maupun personal. Pengalaman ini membuka pintu menuju petualangan yang tak terlupakan, penuh dengan momen-momen berharga dan pembelajaran yang tak ternilai. 

Semangat untuk menjelajahi dunia baru dan memperluas wawasan menjadi motivasi utama saya mengikuti program pertukaran merdeka. Perjalanan ini bukan tanpa hambatan. Perbedaan budaya, bahasa, dan gaya hidup menjadi tantangan yang harus dihadapi. Namun, tekad dan semangat untuk belajar dan beradaptasi menjadi kunci untuk melewati setiap rintangan. 

(kelompok 2 cakraningrat)
(kelompok 2 cakraningrat)

Pada Modul Nusantara ke-11, Kelompok 2 Cakraningrat mendapatkan kesempatan berharga untuk membedah sebuah buku berjudul "MADURA 1". Buku ini bagaikan jendela yang membuka gerbang menuju kekayaan budaya dan tradisi masyarakat Madura.Melalui bedah buku ini, para peserta diajak untuk menyelami berbagai aspek kehidupan masyarakat Madura, mulai dari sejarah, adat istiadat, bahasa, hingga kesenian. Bedah buku ini menjadi wadah untuk bertukar pikiran, memperluas wawasan, dan memperkuat rasa cinta tanah air.

Topik yang dibahas meliputi masyarakat, budaya, media, dan politik. Orang Madura dikenal dengan etos kerja dan keuletan mereka. Pulau Madura dikelilingi oleh lautan, tetapi sebagian besar penduduknya bukan nelayan. Sebuah lagu populer, Tanduk Majeng, menceritakan tentang kehidupan seorang nelayan. Namun, sebagian besar orang Madura bukan nelayan. Lagu ini populer karena mencerminkan identitas Madura.

Etos Kerja dan Keuletan Orang Madura: Semangat Gigih Mengarungi Kehidupan

Etos kerja dan keuletan merupakan ciri khas yang melekat pada orang Madura. Semangat pantang menyerah dan kegigihan mereka dalam bekerja telah menjadi legenda, tertanam kuat dalam budaya dan tradisi masyarakat Madura. Hal ini terlihat dalam berbagai aspek kehidupan mereka, mulai dari mata pencaharian, tradisi, hingga nilai-nilai yang dipegang teguh.

Mata Pencaharian:

Banyak orang Madura terkenal dengan kegigihan mereka dalam mencari nafkah. Mereka tidak segan untuk merantau ke berbagai daerah, bahkan ke luar negeri, demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Di tanah rantau, mereka dikenal sebagai pekerja keras yang tekun dan ulet. Kegigihan ini tercermin dalam berbagai pekerjaan yang mereka geluti, seperti menjadi pedagang, buruh, atau pengusaha.

Tradisi:

Nilai-nilai etos kerja dan keuletan juga tertanam dalam tradisi masyarakat Madura. Tradisi "Carok", misalnya, meskipun dikenal sebagai budaya kekerasan, sebenarnya memiliki akar dari semangat pantang menyerah dan kegigihan dalam mempertahankan harga diri dan martabat. Tradisi lain seperti "Sapi Kerapan" juga menunjukkan ketangguhan dan keuletan dalam melatih dan merawat sapi untuk perlombaan.

Nilai-nilai:

Etos kerja dan keuletan juga menjadi bagian integral dari nilai-nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat Madura. Nilai-nilai seperti "Bhagha Laen" (bekerja keras), "Pantang Arep Nyerah" (tidak mudah menyerah), dan "Tanpa Tedhuh" (pantang mundur) ditanamkan sejak dini kepada anak-anak melalui berbagai pepatah dan contoh dari orang tua dan tokoh masyarakat.

(kelompok 2 cakraningrat)
(kelompok 2 cakraningrat)

Fenomena Unik: Mayoritas Penduduk Madura Bukan Nelayan, Terlepas dari Kedekatan dengan Laut

Meskipun dikelilingi oleh lautan luas, mayoritas penduduk Madura tidak memilih mata pencaharian sebagai nelayan. Fenomena unik ini menarik untuk ditelusuri lebih dalam, dengan mempertimbangkan berbagai faktor sejarah, ekonomi, dan sosial budaya yang mempengaruhinya.

Faktor Sejarah:

  • Sejarah Kolonial: Pada masa penjajahan Belanda, Madura menjadi wilayah penghasil garam utama. Hal ini mendorong banyak orang Madura untuk bekerja di industri garam, alih-alih menjadi nelayan.
  • Perang: Perang saudara yang sering terjadi di Madura pada masa lampau juga dapat menjadi faktor pendorong masyarakat untuk beralih dari mata pencaharian tradisional sebagai nelayan.

Faktor Ekonomi:

  • Kesuburan Tanah: Sebagian wilayah Madura memiliki tanah yang cukup subur, memungkinkan penduduknya untuk bertani dan bercocok tanam sebagai sumber penghasilan utama.
  • Peluang Lainnya: Perkembangan sektor perdagangan dan industri di Madura membuka peluang kerja yang lebih menjanjikan bagi penduduknya, dibandingkan dengan menjadi nelayan.
  • Keterbatasan Infrastruktur: Kurangnya infrastruktur maritim yang memadai, seperti pelabuhan dan akses ke pasar ikan, dapat menjadi kendala bagi pengembangan sektor perikanan di Madura.

Faktor Sosial Budaya:

  • Nilai-nilai: Nilai-nilai budaya Madura yang lebih menekankan pada kerja keras di darat, seperti bertani dan beternak, dapat memengaruhi pilihan mata pencaharian masyarakatnya.
  • Stigma: Stigma sosial yang melekat pada profesi nelayan di masa lampau, yang dianggap sebagai pekerjaan yang kasar dan berisiko tinggi, dapat mendorong masyarakat Madura untuk memilih pekerjaan lain.
  • Pendidikan: Akses pendidikan yang terbatas di sektor maritim dapat membuat masyarakat Madura kurang tertarik untuk berkarir sebagai nelayan.

Pentingnya Memahami Fenomena Ini:

Memahami fenomena ini penting untuk:

  • Mengembangkan Kebijakan: Merumuskan kebijakan yang tepat untuk mendorong pertumbuhan sektor perikanan di Madura, dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang melatarbelakangi fenomena ini.
  • Menjaga Kearifan Lokal: Menjaga dan melestarikan kearifan lokal masyarakat Madura yang terkait dengan laut, meskipun mayoritas penduduknya tidak berprofesi sebagai nelayan.
  • Meningkatkan Kesadaran: Meningkatkan kesadaran masyarakat Madura tentang potensi ekonomi dan sosial dari sektor perikanan, mendorong mereka untuk mempertimbangkannya sebagai pilihan mata pencaharian.

Penulis: Ema Rahmadhani Fitri dan Kresensia Ivoni S. Seingo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun