Nilai-nilai etos kerja dan keuletan juga tertanam dalam tradisi masyarakat Madura. Tradisi "Carok", misalnya, meskipun dikenal sebagai budaya kekerasan, sebenarnya memiliki akar dari semangat pantang menyerah dan kegigihan dalam mempertahankan harga diri dan martabat. Tradisi lain seperti "Sapi Kerapan" juga menunjukkan ketangguhan dan keuletan dalam melatih dan merawat sapi untuk perlombaan.
Nilai-nilai:
Etos kerja dan keuletan juga menjadi bagian integral dari nilai-nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat Madura. Nilai-nilai seperti "Bhagha Laen" (bekerja keras), "Pantang Arep Nyerah" (tidak mudah menyerah), dan "Tanpa Tedhuh" (pantang mundur) ditanamkan sejak dini kepada anak-anak melalui berbagai pepatah dan contoh dari orang tua dan tokoh masyarakat.
Fenomena Unik: Mayoritas Penduduk Madura Bukan Nelayan, Terlepas dari Kedekatan dengan Laut
Meskipun dikelilingi oleh lautan luas, mayoritas penduduk Madura tidak memilih mata pencaharian sebagai nelayan. Fenomena unik ini menarik untuk ditelusuri lebih dalam, dengan mempertimbangkan berbagai faktor sejarah, ekonomi, dan sosial budaya yang mempengaruhinya.
Faktor Sejarah:
- Sejarah Kolonial: Pada masa penjajahan Belanda, Madura menjadi wilayah penghasil garam utama. Hal ini mendorong banyak orang Madura untuk bekerja di industri garam, alih-alih menjadi nelayan.
- Perang: Perang saudara yang sering terjadi di Madura pada masa lampau juga dapat menjadi faktor pendorong masyarakat untuk beralih dari mata pencaharian tradisional sebagai nelayan.
Faktor Ekonomi:
- Kesuburan Tanah: Sebagian wilayah Madura memiliki tanah yang cukup subur, memungkinkan penduduknya untuk bertani dan bercocok tanam sebagai sumber penghasilan utama.
- Peluang Lainnya: Perkembangan sektor perdagangan dan industri di Madura membuka peluang kerja yang lebih menjanjikan bagi penduduknya, dibandingkan dengan menjadi nelayan.
- Keterbatasan Infrastruktur: Kurangnya infrastruktur maritim yang memadai, seperti pelabuhan dan akses ke pasar ikan, dapat menjadi kendala bagi pengembangan sektor perikanan di Madura.
Faktor Sosial Budaya:
- Nilai-nilai: Nilai-nilai budaya Madura yang lebih menekankan pada kerja keras di darat, seperti bertani dan beternak, dapat memengaruhi pilihan mata pencaharian masyarakatnya.
- Stigma: Stigma sosial yang melekat pada profesi nelayan di masa lampau, yang dianggap sebagai pekerjaan yang kasar dan berisiko tinggi, dapat mendorong masyarakat Madura untuk memilih pekerjaan lain.
- Pendidikan: Akses pendidikan yang terbatas di sektor maritim dapat membuat masyarakat Madura kurang tertarik untuk berkarir sebagai nelayan.
Pentingnya Memahami Fenomena Ini:
Memahami fenomena ini penting untuk:
- Mengembangkan Kebijakan: Merumuskan kebijakan yang tepat untuk mendorong pertumbuhan sektor perikanan di Madura, dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang melatarbelakangi fenomena ini.
- Menjaga Kearifan Lokal: Menjaga dan melestarikan kearifan lokal masyarakat Madura yang terkait dengan laut, meskipun mayoritas penduduknya tidak berprofesi sebagai nelayan.
- Meningkatkan Kesadaran: Meningkatkan kesadaran masyarakat Madura tentang potensi ekonomi dan sosial dari sektor perikanan, mendorong mereka untuk mempertimbangkannya sebagai pilihan mata pencaharian.