Mohon tunggu...
Nita Harani (Syamsa Din)
Nita Harani (Syamsa Din) Mohon Tunggu... Guru - Guru Madrasah Ibtidaiyah

I'm Nothing Without Allah SWT. Guru Madrasah Ibtidaiyah. pengagum senja, penyuka sastra. Love to read, try to write, keep hamasah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sarung Ayah

16 Desember 2015   15:36 Diperbarui: 23 Desember 2017   15:49 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

    Menjelang waktu Asar, aku tiba di rumah. Cepat kutenggak segelas air mengusir dahaga, aku mengernyitkan dahi sambil tersenyum saat membuka tudung saji, tak ada makanan yang tersisa, kulirik pintu kamar ayah masih tertutup. Ck...plastik hitam di sudut dapur  mengeluarkan aroma tak sedap menusuk hidungku, sudah beberapa hari aku tak membuang sampah. Cepat kuraih kantong hitam itu, tapi diatasnya tertumpuk kantong plastik berawarna putih yang diikat rapat, membuatku penasaran saja, kantong belum terbuka sempurna, tapi..mataku menangkap corak itu, ya corak yang tak asing lagi, karena kulihat hampir setiap pagi, ya..sarung ayah! Segera ku buang sampah dan kantong putih. Tiba – tiba ada perasaan lega yang melapangkan, nyeri di hati yang bersekutu berangsur surut, nampaknya ayah benar –benar berpikir keras untuk melepaskan sarung itu, sehingga ia harus memeram diri hingga beberapa hari di kamar yang temaram.

    Jum’at yang manis, dengan hati – hati aku merapikan rambut dan jenggot tipisku, mengelap kaca mata minus, kuraih peci hitam  yang tergantung di belakang pintu kamarku, amboi…aku tersenyum tipis, kupastikan sekali lagi penampilanku, sarung berwarna abu – abu dan baju koko berwarna senada. Aku terkejut saat pintu kamarku bergetar – getar digedor ayah “Syarif...cepatlah, apo wa’ang indak dengar khotbah Jum’at hampir dimulai, indak parlu berdandan lagi, Syuhada la tepikat dengan wa’ang” mendengarnya aku hampir tak percaya, seketika aku langsung sujud syukur penuh kemenangan layaknya striker yang usai mencetak gol tunggal di injury time…

kakek2-5a3e18c816835f5c95765e93.jpg
kakek2-5a3e18c816835f5c95765e93.jpg
 

Senja Andalas, awal Juli 2013

Tidak ada mediator, perantara, atau broker untuk berhubungan dengan Allah SWT, mempercayai  benda – benda yang dianggap keramat tidak lebih dari pada lambang keraguan seseorang yang menghadapi realitas hidup tanpa adanya confidence ( keyakinan diri )

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun