Mohon tunggu...
Yusuf Yusuf
Yusuf Yusuf Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang yang selalu bermimpi dan berusaha merealisasikannya...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Harga Naik Mari Puasa Lebih Khusu!!

21 Juli 2012   06:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:45 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aduh pa...ko harga-harga berganti ya....bisa-bisa kita ga bisa pulang kampung nih..!!mana barang dipegadaian belum ditebus...mau gadaiin apa lagi nih pa"...pa..mikir dong cari tambahan...

mungkin itulah fragmen dialog yang sering ditemui dikalangan grass root di awal bulan Ramadhan ini..belum lagi siaran radio, televisi dan berita koran...yang kalo didengar, dibaca dan dilihat  membuat kepala bapak rumah tangga semakin nambah uban dan membuat para ibu rumah tangga ingin melempar penggorengannya..hehe.

puasa yang harusnya khusyu, ramadhan yang harusnya menjadi bulan untuk menyucikan diri..menahan hawa nafsu dan memperbanyak ibadah..pada kenyataannya, pada bulan ini manusia Indonesia menjadi lebih "ganas" mencari remah-remah dunia..

padahal...Puasa, berarti pengurangan makan, Ramadhan adalah pengekangan nafsu..hingga kita menjadi manusia yang bertaqwa..

anehnya, untuk melawan itu semua, pemerintah hanya bilang, gembar-gembor sana-sini..stok aman..mencukupi..tenang saja...hmm...semua juga tahu itu, cuma stok duit dikantong yang tidak aman...dan yang terakhir pemerintah malah menganjurkan, jika harga tidak mau naik, yaaa jangan beli beras dan daging..waaddduuh...mereka yang dibayar oleh pajak rakyat  untuk berpikir "eling" saja sudah mulai "kurang eling"...itulah menghadapi masalah perut yang naek ke kepala..pikiran semua orang menjadi "kurang eling"..Ups..puasa puasa...:)

Atau cara lain menenangkan rakyat adalah dengan kalimat pamungkas ini:

"Harga naik..itu hanya penyesuian/adjusment yang bersifat temporer, karena dorongan permintaan yang selalu ada dibulan ini..."sekian...

saudara-saudara...maaf saya ko jadi teringat pepatah yang guru SD saya ajarkan untuk menjawabnya.."keledai saja tidak akan jatuh dilubang yang sama.." maksudnya semua sudah tahu kan..:)

Kenapa harga-harga selalu naik di bulan Ramadhan?

Teori ekonomi bilang karena adanya permintaan yang tinggi sedangkan stok tidak mencukupi, sehingga harga sebagai indikator kelangkaan menyesuaikan menjadi naik, atau permintaan yang tetap saja namun penawaran/supply berkurang...dalam mikroekonomi lebih lanjut ada faktor demand full atau cost push..

Derivatif penyebab dari dua faktor tersebut bisa banyak hal..

misal harga naik karena permintaan naik, lya bisa karena jumlah penduduknya makin banyak, pendapatan makin banyak, selera penduduk makin bagus, dan sebagainya...atau berkurangnya supply karena kegagalan produksi, kenaikan harga ongkos produksi, tutupnya usaha..jadi banyak faktor analisa yang menjadi penyebab itu semua, yang dalam kenyataannya bisa jadi kompleks karena ada faktor interaksi kedua penyebab harga naik tersebut..

Kenyataannya, Faktor utama penyebab harga naik dibulan ramadhan cuma dua hal berikut :1) panic buying (borong banyak karena takut harga naik di akhir bulan menjelang ramadhan)..2).Spekulasi pedagang/produsen dengan menimbun barang, tentunya untuk mengambil untung sebanyak-banyaknya.

Kembali ke pepatah diatas..ini kan hal yang berulang..yang berarti semua bisa diantisipasi..sebab jadwal bulan puasa kan selalu pasti tiap tahun ada, walau kadang beda2 dikit dengan kalender karena perdebatan hilal..maka pepatah "sedia payung sebelum hujan" bisa kita hadiahkan kepada tuan-tuan disana..

misal, untuk panic buying, kembali ke rasionalitas manusia yang selalu mengoptimalkan kepuasan, hal ini suatu yang wajar,  panic buying banyak terjadi pada negara yang memang gagal mengatur sistem ekonominya, negara yang bisa meyakinkan warga negaranya akan ketersediaan dan kestabilan harga didalam negeri tidak akan dilanda penyakit ini, pengumuman diberbagai media mengenai stok ama..stok aman..tapi realitas harga naik malah menurunkan "citra"..sebab sekali lagi, rasionalitas logika manusia yang menjadi dasar logika teori ekonomi menyatakan, bukti nyata lebih penting daripada pengakuan..

untuk penimbunan dan penaikan harga oleh pedagang dan supplier..ketegasan hukum lah jawabannya, beserta penguasaan instrumen ekonomi khususnya pangan di tangan pemerintah.

jadi, bicara riil untuk mengatasi masalah ini : kembalikan fungsi bulog, tegakkan hukum di ranah ekonomi tanpa pandang bulu, sebab apapun alasannya penimbunan adalah melanggar hukum.

tapi..

sudah lah..mari kita hadapi bersama saja pergantian harga ini...nanti juga lewat...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun