Mohon tunggu...
David Olin
David Olin Mohon Tunggu... Pustakawan - Pemerhati Bahasa, Memberi Hati Pada Bahasa, Meluaskan Dunia Lewat Bahasa

Setiap kali menatap mentari, bulan selalu mendapat cahaya baru.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Membaca Resep Obat dan Pentingnya Konsep Perkalian Sederhana

28 Mei 2024   06:00 Diperbarui: 28 Mei 2024   07:01 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Selama masih bersekolah di SD dan SMP, saya sering diantar orang tua ke rumah sakit. Setelah diperiksa oleh dokter, saya mendapat obat dari apotek. Setelah beranjak dewasa, saya mencoba menggali makna “membaca resep”. Rupanya, kemampuan membaca resep mengandaikan sebuah konsep yang sederhana tetapi sangat menentukan. Konsep yang dimaksud adalah perkalian (dan penjumlahan) sederhana.

Sebagai contoh, ketika saya mendapat resep obat 3x2 dan 2x3, saya tidak bisa meminum kedua obat tersebut dengan cara yang sama. Sebab, dosis masing-masing obat tentu berbeda. Pada kasus obat 3x2, yang saya pahami adalah minum 2 tablet sebanyak 3 kali (umumnya pagi, siang dan malam). Pada kasus obat 2x3, yang saya pahami adalah minum 3 tablet obat sebanyak dua kali (umumnya di pagi dan malam).  

Persoalan ini bisa dipahami dengan lebih baik ketika kita membuat perbedaan antara “isi” dan “kelompok. “Isi” berarti sesuatu yang termuat, terkandung”. Sementara itu, “Kelompok” berarti “kumpulan, golongan atau gugusan”. Pada kasus minum obat 3x2, kelompoknya adalah 3 kali minum (pagi, siang dan malam, tiga kelompok waktu yang berbeda). Lalu, isinya adalah 2 tablet (jumlah yang harus diminum pada setiap kelompok waktu).

Akan tetapi, pada kasus minum obat 2x3, kelompoknya adalah 2 kali minum. Setiap kali minum, saya harus meminum tiga tablet. Bayangkan suatu saat kita keliru memahami resep obat, pasti efeknya tidak hanya berupa kesalahan konseptual, tetapi nyawa kita pun menjadi taruhannya (misalnya karena overdosis).

Persoalan ini juga menarik ketika kita mendapat ilustrasi berikut ini. “Sejumlah pisang disusun dalam lima kelompok. Setiap kelompok isinya empat.” Jika dihitung, jumlah seluruh pisang adalah: 5x4=20. Akan tetapi, jika soalnya dibalik, yaitu “Sejumlah pisang disusun dalam empat kelompok. Setiap kelompok isinya lima.” Secara matematis persamaannya ditulis: 4x5=20. Meskipun jumlahnya sama, bahasanya sama sekali berbeda. Dalam soal 5x4, jumlah kelompoknya lebih banyak daripada jumlah isinya. Sementara itu, dalam soal 4x5, jumlah kelompoknya lebih sedikit daripada jumlah isinya.

Pemahaman konseptual terhadap masalah matematis yang sangat sederhana ini perlu diperkenalkan sejak dini agar tidak terjadi kerancuan. Selain itu, orang tua murid tidak perlu protes dan marah kepada guru yang memberikan penjelasan bahwa 2x3 dan 3x2 itu berbeda secara konseptual. Memang hasilnya sama persis, tetapi proses penalarannya sama sekali berbeda. 2x3 itu sama halnya 3 + 3. Sementara itu, 3x2 berarti 2+2+2. Dengan demikian, saat belajar hal-hal sederhana, kita tidak langsung melompat pada kesimpulan tanpa tahu proses yang terjadi.

Sekian, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun