Mohon tunggu...
David Olin
David Olin Mohon Tunggu... Pustakawan - Pemerhati Bahasa, Memberi Hati Pada Bahasa, Meluaskan Dunia Lewat Bahasa

Setiap kali menatap mentari, bulan selalu mendapat cahaya baru.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Tujuh Bagian Misa

22 Mei 2022   08:00 Diperbarui: 22 Mei 2022   08:03 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Beberapa anak muda pernah mengeluh, “Ah, misa bikin boring, selalu ngikutin pola yang sama, itu-itu aja”. Sebagai frater, tetap sadar dari awal hingga akhir misa adalah perjuangan berdarah-darah (banyak nyamuk di kapel). Keinginan akan misa yang "variatif, kreatif dan inovatif" juga timbul dalam jiwa muda saya.

Sebenarnya, ada banyak tempat dimana kita bisa menemukan variasi: di mall, pasar, youtube, dll. Untuk setiap kegiatan, ada tempatnya. Kalau ingin fashion, bisa ke acara Paris Fashion Week. Kalau ingin berjumpa bintang musik terkini, bisa beli tiket konser. Kalau ingin ikut partisipasi dalam Misteri Kehadiran Tuhan Yesus secara Nyata (Riil), mari ikut Perayaan Ekaristi (hadir secara langsung, real presence). 

Ekaristi selalu dirayakan dalam pola yang sama karena Ekaristi adalah “bingkai seluruh perayaan Surgawi”. Jika bingkainya berubah-ubah, bayangkan saja apa yang akan terjadi: selalu tidak pas. Ekaristi mengungkapkan kehadiran nyata Tuhan Yesus Kristus sendiri. Misa (Perayaan Ekaristi) adalah kesatuan tak terpisahkan antara dua kenyataan: Ilahi dan Insani. 

Pada prinsipnya, Ekaristi terdiri atas dua bagian utama, yakni Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi. Ketujuh bagian ini dibuat hanya demi kepentingan pengenalan/penghayatan dan sama sekali tidak menggantikan Rubrik Misa. Kita tak akan pernah bisa memahami misteri ilahi seagung ini sepenuh-penuhnhya. 

Paling tidak,"Dengan merayakan, kita mengerti (dan mencintai) lebih baik. Dengan mengerti, kita ikut merayakannya dengan lebih baik pula".

Ritus Pembuka

Nabi Musa sendiri pernah diminta, “Tanggalkanlah kasutmu, sebab tempat di mana engkau berdiri adalah kudus”. Pesan ini menyatakan pentingnya “kerendahan hati” dalam mengikuti misa. Kita mengkhususkan bukan hanya waktu tapi segenap perhatian, cinta dan maksud untuk Tuhan, bukan untuk yang lain. Segenap jiwa dan ragaku hadir saat ini, sepenuh-penuhnya. Aku akan segera masuk ke pintu yang membawaku ke dalam misteri penyelamatan Allah, kini (waktu) dan di sini (tempat). Bila kadang kala kita menjalani hari tanpa “jiwa”, Ekaristi membantu kita untuk menjiwai setiap kegiatan (menyadari dimensi ilahi dari setiap tindakan manusiawi).

Mendengarkan Sabda Tuhan

Orang yang mengikuti Misa (Harian dan Mingguan) selama 3 tahun sudah mendengar 90% isi kitab suci, yaitu: 71.5% Perjanjian Baru, 13.5% Perjanjian Lama, dan sisanya Mazmur Tanggapan (Felix Just, SJ). Allah bersabda dan keheningan adalah kondisi yang perlu untuk sabda itu nyangkut pada otak dan hati. Bising tidak hanya berasal dari luar, tetapi dari dalam diri. Bahkan ada orang yang setelah mengatakan “syukur kepada Allah”, tidak ingat lagi dari mana bacaan tersebut diambil. Seperti air yang menyejukkan tanah, sabda Allah yang didengar, dibaca ulang dan direnungkan akan memberi kehidupan dari dalam diri kita. Ini adalah “Meja Pertama” darimana kita memperoleh hidup bagi jiwa kita. Apa yang dikatakan pada “Meja yang pertama” akan menjadi kenyataan dalam “Meja yang Kedua”, yakni Altar.

Doa Umat Beriman: Aku Percaya dan Doa Umat

Segala persembahan umat yang beraneka ragam (sakit, sehat, senang, kematian, kegagalan, penyesalan, harapan) disatukan di depan altar. Semua ini disatukan dengan doa yang sama: “Jadikan segalanya Tubuh Kristus” yaitu Gereja sendiri. Kita berdoa agar kita semakin dikuduskan sebagai “Mempelai Kristus”.

Persiapan Persembahan: Roti dan Anggur

Bisa dibilang, ini adalah permulaan pengenangan peristiwa perjamuan Malam Terakhir. Layaknya acara makan-makan, “piring dan gelas disiapkan”. Bukan sembarang piring, tetapi Patena dan Piala. Di atas patena akan diletakkan roti yang akan diubah menjadi Tubuh Kristus. Di dalam piala akan dituang anggur (yang dicampur sedikit air) dan akan diubah menjadi Darah Kristus. Mengapa air dan anggur harus dicampur? Ini menyatakan: Yesus adalah sungguh Allah dan Sungguh Manusia. Demikian pula manusia bukan hanya binatang yang berakal budi, tapi sungguh-sungguh citra Allah.

Doa Syukur Agung (DSA)

Inilah momen persis di mana mukjizat sungguh-sungguh terjadi. Lagu “Kudus” seperti pembuka pintu surga sehingga tiga Gereja yang berbeda bisa turut berpartisipasi dalam Misa: “Gereja yang sudah Mulia , Gereja yang Menderita, dan Gereja Peziarah”.

Dalam Epiklese, Roh Kudus turun atas roti dan anggur yang disiapkan  dan mengubahnya menjadi Sungguh-Sungguh Tubuh dan Darah Kristus. Saat Hosti Kudus dan Piala diangkat, umat memandang dan menyadari misteri kehadiran Tuhan. Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian pula Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang memandang (percaya) kepada-Nya beroleh kehidupan.

Kemudian, perayaan dilanjutkan dengan Anamnese. Inilah hidup Tuhan Yesus sendiri yang sudah diberikan kepada Dunia! Untuk menjadi Sakramen (pemberi hidup), Yesus berkurban (Sengsara dan Wafat). Misa adalah pengenangan (re-enactment) dari peristiwa Kalvari. "Biji gandum harus mati agar manusia bisa makan Roti." Ekaristi, pada dasarnya adalah pengenangan akan Kurban Kristus: Sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. DSA ditutup dengan Doksologi (“Dengan pengantaraan Kristus…) dan dijawab dengan “Amin Meriah.” Inilah misteri yang dirayakan, diimani dan dihidupi.

Komuni: Penerimaan Tubuh Kristus

Diawali dengan "Doa Bapa Kami". Dengan ikut mendoakan Doa Yesus sendiri, kita menjadi “anak angkat Allah”, yaitu ahli waris Kerajaan-Nya. “Kita adalah apa yang kita makan”, kata Feuerbach. Dengan menerima Tubuh Kristus, kita menjadi Tubuh Kristus, yaitu satu kesatuan dengan Allah dan sesama, khususnya mereka yang kita anggap “musuh dan sampah masyarakat”. Masing-masing mendapat “sepotong kecil saja”, mengingatkan kita pada peristiwa dimana Yesus memberi makan ribuan orang. Yesus memberi kita makanan yang cukup untuk satu hari.

Ritus Penutup: Perutusan

Kini pintu akan ditutup dan masing-masing orang akan berangkat menuju tanah misinya. Umat biasannya berdoa dan mengucap syukur atas misteri agung yang barusan kita rayakan. Siapa mampu bersujud di hadapan Tuhan akan mampu kuat dan tahan menghadapi dunia, bukan untuk menghakiminya, melainkan untuk menyelamatkannya.

NB: Hosti Kudus akan dengan cepat masuk ke dalam sistem pencernaan, menyebar menjadi darah dan dagingku. Demikian pula hidupku telah diubah: Kristus sudah tinggal dan hidup di dalamku (tambahan penulis). 

Sumber utama:

Grun, Anselm. The Seven Sacraments. Translated by John Cumming. (New York: Continuum), 2003

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun