Mohon tunggu...
David Olin
David Olin Mohon Tunggu... Pustakawan - Pemerhati Bahasa, Memberi Hati Pada Bahasa, Meluaskan Dunia Lewat Bahasa

Setiap kali menatap mentari, bulan selalu mendapat cahaya baru.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Malaikat Penunjuk Jalan, Satpam

17 Mei 2022   08:00 Diperbarui: 17 Mei 2022   08:09 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lagu "Alamat Palsu" yang pernah dilantunkan oleh Ayu Ting-Ting hampir menjadi kenyataan pagi ini. Bagaimana bisa sebuah gang sepanjang 200 meter bisa memiliki dua nama yang berbeda dan sama-sama sah? 

Ditambah lagi, nomor-nomor rumah dalam gang itu tidak berurutan. Pusingnya mencari alamat di Jakarta membuat kami harus datang ke tempat yang sama tiga kali. Apalagi hari ini saya mengantar "atasan" saya yang sangat kami hormati.

Sang pemilik alamat tujuan belum bisa menggunakan share location. Kami beralih dari gang yang ditunjukkan oleh Google Maps menuju perumahan di seberang jalan. 

Padahal, alamat jalan diberikan dapat terbaca dengan jelas. Rasa pusing yang mendera hampir memaksa kami untuk pulang saja, walau waktu tempuh dari rumah ke alamat tujuan hanya 16 menit naik mobil.

Di titik nadir itulah datang seorang malaikat yang mengenakan jubah satpam (Anggota Satuan Pengamanan). Mungkin ia melihat mobil kami yang salah parkir. 

Setelah kami memberi info tentang nama sang pemilik rumah, ia memberi petunjuk jalan: "Jembatan, belok kiri, gang kedua, kanan. Kalau tidak ketemu, saya akan antar." Saya turuti perintahnya dan datang persis ke gang yang sudah kami datangi dua kali.

Setelah mengetahui bahwa usaha kami akan sia-sia, kami meminta bantuan kepada satpam itu untuk mengantar kami. Ia menuntun kami dengan sepeda motor mendahului mobil yang kami tumpangi. Ia berhenti di depan sebuah rumah, tak jauh dari jalan masuk. Ternyata nomor rumah itu tertutup oleh daun pohon kamboja.

Rumah-rumah di Jakarta tak selalu mengikuti rumus deret hitung. Para penghuninya juga sering tak biasa menyatakan suatu hal secara eksplisit: "A atau B". Akan tetapi, kebaikan hati dan disposisi satpam yang satu ini sungguh luar biasa. 

Bagaikan malaikat, ia sudah menghilang dari pos sebelum kami sempat mengucapkan terima kasih. Mungkin itu alasannya kami harus selalu berdoa sebelum memulai suatu perjalanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun