Mohon tunggu...
David Olin
David Olin Mohon Tunggu... Pustakawan - Pemerhati Bahasa, Memberi Hati Pada Bahasa, Meluaskan Dunia Lewat Bahasa

Setiap kali menatap mentari, bulan selalu mendapat cahaya baru.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tri Hari Suci: Berbeda-beda tetapi Tetap Satu

15 Mei 2022   08:00 Diperbarui: 15 Mei 2022   08:01 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap tahun, Gereja (Katolik) merayakan misteri terbesar karya Penebusan dalam Pribadi Yesus Kristus mulai dari (Malam) Kamis Putih, dilanjutkan ke Jumat Agung dan ditutup pada Malam Minggu Paskah (Vigili). Tiga hari suci ini dinamakan “Tri Hari Penyaliban, Pemakaman dan Kebangkitan”. Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Suci adalah satu kesatuan. Meskipun masing-masing hari memiliki kekhasan dalam hal liturgi, ketiganya tidak dapat dipisahkan. Kali ini saya akan membagikan salah satu tanda konkret yang menampilkan kesatuan tersebut.

Rangkaian perayaan dalam tiga hari ini dimulai dengan “Tanda Salib” pada awal Misa Kamis Putih dan baru ditutup dengan “Berkat Meriah Paskah” pada Malam Paskah (Vigili Paskah).

Sementara itu, hari Jumat Agung adalah satu-satunya hari dalam satu tahun dimana tidak ada Misa (Perayaan Ekaristi). Ibadat Jumat Agung tidak dibuka maupun ditutup dengan Tanda Salib. Rasa-rasanya inilah hari berkabung yang tak terkatakan, di saat dunia meratapi “Putera Tunggal Allah”. Ini mirip seperti pengalaman kehilangan seorang anak tunggal di dalam keluarga yang meninggal pada usia muda. Imam yang memimpin perayaan ibadat ini masuk dan keluar dari Gereja seperti orang yang baru “kalah perang”. Dari lambung Yesus yang tertikam, mengalirlah seluruh Sakramen (pemberi hidup) Gereja. 

Perubahan yang mencolok terlihat pada warna liturgi yang digunakan dalam tiga hari tersebut. Pada Malam Kamis Putih, warna liturgi yang digunakan adalah Putih. Pada hari Jumat Agung, warna liturgi yang digunakan adalah Merah sejak Minggu Palma (beberapa orang Katolik masih salah kaprah dengan warna Ungu). Sementara itu, warna liturgi pada Malam Paskah adalah putih.

Selalu ada yang istimewa dalam Paskah setiap tahun. Paskah 2022 bagi saya adalah sebuah momen “perubahan”. Liturgi “Pekan Suci” hanya bisa diresapi maknanya apabila disiapkan, dirayakan dan direfleksilkan dengan sungguh-sungguh. Liturgi Gereja itu seperti kristalisasi berbagai misteri teologis yang mengagumkan, menggetarkan dan mengubah hati. Bukan hanya warnanya yang berubah, aku pun turut berubah

Sumber:

Pantia Liturgi KAS, Pekan Suci: Buku Umat, Edisi Revisi (2006)

Jacobus Tarigan, Memahami Liturgi, Jakarta: Cahaya Pineleng, 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun