Ilmu Padi
Kepada siapa Padi yang berisi itu merunduk?
Pada Mentari yang memberinya isi
Mengisi mulut-mulut lapar
Tak peduli apa kata yang akan terucap setelah kenyang.
(Jakarta, 11/5/2022)
Puisi ini merupakan pengantar untuk membicarakan rasa lapar manusia, khususnya anak-anak muda. Semua manusia merasa lapar, namun rasa lapar bagi anak-anak muda adalah sesuatu yang istimewa. Apa saja dimakan, tetapi seolah masih saja ada ruang untuk diisi.
Saya akan membagi rasa lapar itu menjadi empat jenis: 1) rasa lapar secara fisik; 2) lapar secara intelektual (rasa ingin tahu/kepo); 3) kangen (rasa lapar secara afektif); Â dan 4) rasa lapar secara spiritual. Pemahaman kita tentang rasa lapar yang satu akan menerangi pemahaman tentang rasa lapar yang lain.Â
Setiap rasa lapar perlu dipuaskan. Rasa lapar fisik dipuaskan dengan makanan bergizi. Rasa lapar intelektual dipuaskan bukan hanya dengan informasi-informasi receh, melainkan pengetahuan yang sehat dan wajar. Upaya studi merupakan salah satu upaya untuk memuaskannya. Rasa lapar secara afektif ditunjukkan dengan upaya menarik perhatian lawan jenis dan kebutuhan akan persahabatan sejati. Sementara itu, rasa lapar secara spiritual hanya bisa dipuaskan oleh Yang Tak Terbatas. Bagi seorang Katolik, hanya Roti Hidup yang mampu memuaskannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H