Mohon tunggu...
David Olin
David Olin Mohon Tunggu... Pustakawan - Pemerhati Bahasa, Memberi Hati Pada Bahasa, Meluaskan Dunia Lewat Bahasa

Setiap kali menatap mentari, bulan selalu mendapat cahaya baru.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

"Ilmu Padi" dan Rasa Lapar Anak Muda

12 Mei 2022   08:00 Diperbarui: 12 Mei 2022   08:06 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ilmu Padi

Kepada siapa Padi yang berisi itu merunduk?

Pada Mentari yang memberinya isi

Mengisi mulut-mulut lapar

Tak peduli apa kata yang akan terucap setelah kenyang.

(Jakarta, 11/5/2022)

Puisi ini merupakan pengantar untuk membicarakan rasa lapar manusia, khususnya anak-anak muda. Semua manusia merasa lapar, namun rasa lapar bagi anak-anak muda adalah sesuatu yang istimewa. Apa saja dimakan, tetapi seolah masih saja ada ruang untuk diisi.

Saya akan membagi rasa lapar itu menjadi empat jenis: 1) rasa lapar secara fisik; 2) lapar secara intelektual (rasa ingin tahu/kepo); 3) kangen (rasa lapar secara afektif);  dan 4) rasa lapar secara spiritual. Pemahaman kita tentang rasa lapar yang satu akan menerangi pemahaman tentang rasa lapar yang lain. 

Setiap rasa lapar perlu dipuaskan. Rasa lapar fisik dipuaskan dengan makanan bergizi. Rasa lapar intelektual dipuaskan bukan hanya dengan informasi-informasi receh, melainkan pengetahuan yang sehat dan wajar. Upaya studi merupakan salah satu upaya untuk memuaskannya. Rasa lapar secara afektif ditunjukkan dengan upaya menarik perhatian lawan jenis dan kebutuhan akan persahabatan sejati. Sementara itu, rasa lapar secara spiritual hanya bisa dipuaskan oleh Yang Tak Terbatas. Bagi seorang Katolik, hanya Roti Hidup yang mampu memuaskannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun