Mohon tunggu...
David Olin
David Olin Mohon Tunggu... Pustakawan - Pemerhati Bahasa, Memberi Hati Pada Bahasa, Meluaskan Dunia Lewat Bahasa

Setiap kali menatap mentari, bulan selalu mendapat cahaya baru.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsuf Terbesar Sepanjang Sejarah (Menurut Beberapa Orang)

6 April 2022   07:56 Diperbarui: 21 Mei 2022   11:03 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Thomas Aquinas (1224-1274) adalah filsuf besar. Bagi sebagian orang, ia merupakan filsuf terbesar, paling tidak dalam tradisi Kristiani. Berikut ini saya akan memberikan beberapa alasan mengapa ia bisa disebut sebagai filsuf terbesar. Alasan pertama bersifat anekdotal dan dua alasan lain bersifat sangat serius.

Pertama, Thomas merupakan filsuf yang sangat gemuk (berbadan besar). Konon, ia mampu menahan hawa nafsu badaniah apapun (yaitu seks dan nafsu untuk mengetahui), kecuali nafsu makan. Ini bisa dimaklumi, mengingat ia melakukan karya intelektual yang membutuhkan banyak kalori.

Kedua, jumlah tulisannya. Thomas Aquinas diperkirakan menulis lebih dari delapan juta kata selama hidupnya. Tulisannya yang paling termahsyur adalah Summa Theologica (lebih dari 1.5 juta kata). Bagi saya, yang membuat tulisan ini besar bukanlah pertama-tama isi doktrinnya, melainkan struktur tulisannya. Ia selalu menulis dengan format yang seragam dan tertata rapi. Hal ini menunjukkan sisi intelektualnya yang tertata dengan baik dan bisa menjadi contoh cara berpikir (mungkin juga cara menulis) yang runut dan terstruktur.

Ketiga, hal paling penting yang membuatnya menjadi filsuf terbesar adalah kerendahan hatinya. Konon suatu malam, ia bermimpi bertemu dengan Tuhan (Tritunggal Mahakudus). Ketika bangun, ia menyuruh orang membakar seluruh tulisannya karena ia menganggap semuanya "jerami" di hadapan Tuhan. Hal ini menunjukkan arah filsafatnya yang tidak ditujukan bagi kemahsyuran diri, melainkan kecintaan pada Tuhan, Sang Pengetahuan Sejati.

Bagi St. Thomas, "Kebenaran bisa datang dari mulut siapapun juga, bahkan dari orang yang dianggap paling tidak penting". Bobot suatu kebenaran ditentukan oleh "getarannya" dan bukan dari "sumbernya". 

Lebih daripada itu, ia adalah filsuf yang mampu menghasilkan sintesis iman dan akal budi (fides et ratio) tanpa merusak kedua-duanya. 

Keterangan lebih mendetail mengenai St. Thomas Aquinas bisa dicari pada berbagai sumber, termasuk  menanyakan para Dominikan. Masih ada banyak filsuf lain bertebaran dengan pemikiran-pemikiran besar yang sayang untuk dilupakan. Karena itu, siapa filsuf terbesar menurut Anda?

NB: Dalam Summa Theologica, struktur tulisannya dapat diurutkan demikian: 1) Judul Artikel; 2) Pertanyaan-pertanyaan, semacam catatan berapa poin yang akan dibahas; 3) Keberatan-keberatan atas tesis atau poin yang akan dibahas; 4) Argumentasi Thomas Aquinas; 5) Tanggapan atas keberatan-keberatan atau opini yang disebutkan di bagian awal. Urutan ini bisa saya sederhanakan dengan rumus: "diketahui -- ditanya/diklarifikasi -- dijawab".  Karena itu, dapat dikatakan bahwa Thomas menghargai pendapat orang lain dan memberikan tanggapan dengan alasan yang memadai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun