Pedagogi Salib: Review Buku Misteri Tujuh Sabda
Penulis: Fulton J. Sheen
Judul Asli: Seven Words of Jesus and Mary: Lesson on Cana and Calvary
Edisi Bahasa Indonesia, diterjemahkan oleh John Nurung.
Jakarta: Obor, 2003
101+vi halaman
Fulton J. Sheen (1895-1979) adalah seorang Uskup Agung, filsuf, pengkhotbah, pendidik, penulis, dan pakar media rohani asal Amerika Serikat. Uskup Sheen menulis renungan tentang Tujuh Sabda Yesus yang terakhir dengan Tujuh Sabda Bunda Maria yang tercatat dalam keempat Injil dalam tujuh bab. Secara lugas, cara membaca seperti ini membuka kemungkinan-kemungkinan penafsiran baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Tidak heran jika buku ini dikatakan sebagai sebuah karya penuh inspirasi.
Di dalam peristiwa Salib, Sabda Yesus dan Sabda Bunda Maria dalam Injil menjadi jelas dan nyata. Salib adalah sekaligus paradigma, prinsip dan sikap. Salib merupakan cara orang beriman melihat kehidupan batin, fisik dan relasinya dengan manusia serta alam sekitar. Sebagai prinsip, salib merupakan dasar yang memampukan setiap orang untuk menanggung segala suka dan duka dalam hidup ini. Sebagai sikap, memikul salib merupakan jalan yang pasti menuju kesempurnaan.
Bab Pertama, "Nilai Sebuah Ketidaktahuan" merupakan buah renungannya atas Sabda Bunda Maria dalam Lukas 1:34, "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" dan Sabda Yesus dalam Lukas 23:34, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Uskup Sheen membahas anggapan umum yang menyatakan bahwa kejahatan hanya bisa dicegah dengan memberikan sebanyak mungkin pengetahuan di dalam pendidikan (hlm. 11). Padahal, ketidaktahuan yang dimaksud di sini bukanlah ketidaktahuan terhadap kebenaran, melainkan ketidaktahuan terhadap dosa/kejahatan.
Menurut Uskup Sheen, manusia menjadi jahat karena perbuatannya yang jahat dan bukan hanya karena ia tidak tahu. Karena itu, untuk menghindari kejahatan, setiap anak perlu dibina untuk menghendaki serta memilih yang baik dan bukannya belajar melalui pengalaman melakukan kejahatan. Hal ini tidak bisa dilakukan dengan kekuatan manusiawi belaka, melainkan perlu didukung oleh rahmat Tuhan. Mungkin ini alasannya mengapa selalu terjadi perang (sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan). Manusia sudah tahu bahwa membunuh itu dosa, tetapi ia lebih memilih pembunuhan ketimbang menjaga kehidupan.
Bab Kedua, "Misteri Kesucian" merupakan renungan atas Sabda Bunda Maria dalam Lukas 1:38, "Jadilah padaku menurut perkataanmu itu" dan Sabda Yesus dalam Lukas 23:34, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan berada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus". Bagi Uskup Sheen, kesucian tidak lain adalah tinggal dalam kebaikan dan menyerahkan diri kepada kehendak Allah yang suci (hlm. 26).