Mohon tunggu...
David Olin
David Olin Mohon Tunggu... Pustakawan - Pemerhati Bahasa, Memberi Hati Pada Bahasa, Meluaskan Dunia Lewat Bahasa

Setiap kali menatap mentari, bulan selalu mendapat cahaya baru.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meditasi Kristiani Bersama "St Fransiskus de Sales"

16 Juni 2020   11:12 Diperbarui: 16 Juni 2020   11:37 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tahukah Anda, bahwa meditasi itu sangat beragam? 

Hampir setiap agama besar (Islam, Katolik, Hindu, Buddha) memiliki tradisi yang unik tentang meditasi. Bukan hanya itu. Bahkan dalam satu agama saja ada berbagai metode untuk melakukan meditasi.

Kali ini saya akan membagikan metode meditasi a la St. Fransiskus de Sales (1567-1622). Metode ini diambil dari salah satu karya kondangnya, Introduction to A Devout Life. Buku ini adalah sebuah bimbingan rohani bagi umat yang ditulisnya saat ia menjabat sebagai uskup di Jenewa (sekarang kota di Swiss). 

Meditasi merupakan salah satu (dan bukan satu-satunya) aspek penting dalam kehidupan seorang Kristiani. Ungkapan "devout life" bisa diartikan secara harfiah sebagai "hidup yang saleh". Namun, untuk pembahasan ini, saya lebih suka mengartikannya sebagai hidup dalam kekudusan Kristiani. 

Seorang Kristiani yang baik mengikuti jejak Kristus, untuk hidup dalam segala kelimpahan. Kekudusan menurut Fransiskus de Sales mirip seperti "karakter"-nya Aristoteles. Hal ini beliau analogikan dengan ilustrasi burung unta, ayam, dan elang. Orang yang memiliki aspirasi untuk hidup secara kudus namun belum menjalaninya bisa dianalogikan seperti burung unta yang ingin terbang, namun tidak bisa terbang. 

Orang yang hanya sesekali berbuat baik dianalogikan seperti ayam yang hanya bisa terbang sesaat, namun kembali ke tanah setelah beberapa saat. Akhirnya, orang yang sudah memiliki kebiasaan hidup yang baik atau kudus itu ibarat burung rajawali yang terbang tinggi.

Sering sekali meditasi itu hanya dikaitkan dengan usaha rohani. Anggapan ini cuma benar sebagian saja. Sebab, sebagai manusia, kita tidak hanya terdiri dari "roh, jiwa", tetapi juga dari tubuh. Itu sebabnya meditasi juga masuk dalam ranah latihan fisik dan batin sekaligus (askesis). Namun yang membedakan meditasi Kristiani pada umumnya dengan meditasi dalam tradisi kerohanian yang lain adalah relasi pribadi dengan Yesus Kristus, Putera Allah.

Sekarang kita akan masuk satu per satu dalam langkah-langkah meditasi a la Fransiskus de Sales.

1. Mohon bantuan Tuhan. Meditasi adalah upaya manusiawi, tetapi membutuhkan bantuan Tuhan agar bisa berjalan dengan baik. Dalam langkah ini, kita mohon terang Roh Kudus supaya membimbing hati kita kepada kebenaran yang ingin kita renungkan selama meditasi. Saat kita akan menjalankan meditasi, pikiran dan hati kita juga harus siap, artinya batin kita berada dalam keadaan berahmat. Kita juga harus mempersiapkan bahan meditasi sebelumnya, dengan membaca bacaan rohani. Kitab Suci menduduki tempat yang istimewa sebagi makanan bagi jiwa kita. 

2. Menggunakan imajinasi. Pada zaman Fransiskus de Sales, belum ada teknologi virtual, audio, dan video yang sudah kita nikmati saat ini. Imajinasi bisa menghadirkan misteri yang akan kita renungkan. Bahan renungan yang sudah kita "diputar" dalam potongan-potongan scene tertentu. Dengan pengalaman kita menonton video rohani (yang paling menonjol misalnya "The Passion of The Christ), kita bisa memiliki imajinasi yang lebih hidup.

3. Menyadari kebenaran dari misteri yang sedang kita renungkan. Dalam tahap atau bagian ini, pikiran kita terarah pada karya Allah dalam sejarah hidup kita. Meditasi Kristiani berbeda secara radikal dengan metode meditasi lainnya yang terpusat pada penyempurnaan diri. Sebaliknya, semakin kita menyadari karya Tuhan, kita akan semakin bersyukur atas keselamatan yang telah dianugerahkan kepada kita. Selain itu, kita akan semakin menyadari bahwa ada orang lain di sekitar kita yang membutuhkan bantuan kita. 

4. Afeksi dan resolusi. Meditasi bukan hanya soal kesadaran dalam ranah pikiran atau akal budi semata. Meditasi yang baik juga harus mampu menyentuh hati. Sentuhan hati ini mendorong kita untuk membagikan rahmat Tuhan yang kita terima setiap hari. Kita juga termotivasi untuk mencintai Tuhan dan alam sekitar. Dalam tahap ini, kita bisa membuat 1-2 niat konkret yang akan kita jalankan hari itu. Kita bisa menulisnya atau cukup mengingatnya dalam hati. 

5. Penutup. Bersyukurlah atas kesempatan meditasi yang boleh kita jalankan. Santo Fransiskus de Sales menggambarkan meditasi sebagai sebuah perjalanan di sebuah taman bunga bersama Tuhan Yesus. Pada tahap ini, kita bisa memetik satu bunga kecil untuk kita bawa selama hari itu. Bunga yang dimaksud adalah metafora untuk sentuhan hati yang kita rasakan selama meditasi. Bunga kecil itu bisa berupa kalimat pendek yang diinspirasikan oleh Sabda Tuhan.

Bagaimana menjalankan meditasi ini?

Dalam praktiknya, meditasi ini biasanya dilakukan di kapel atau Gereja yang di dalamnya terdapat Sakramen Mahakudus. Meskipun meditasi ini sifatnya personal, tetapi dijalankan bersama dengan komunitas. Bagi religius (termasuk Salesian), meditasi termasuk dalam praktik kesalehan yang wajib dilakukan. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi awam untuk menjalankan meditasi seperti ini.

Kelima metode di atas hanyalah garis besarnya saja. Setiap orang memiliki keunikan dalam cara bermeditasi. Intinya adalah perjumpaan pribadi dengan Pribadi Yesus sendiri. 

Tradisi meditasi lainnya, misalnya Teresia dari Kanak-Kanak Yesus, menjelaskan bahwa meditasi mencakup juga doa batin. Doa ini berlangsung sepanjang hari, maka tidak terbatas pada 5-10 menit saja. Saat siang dan malam hari, periksalah niat yang telah anda buat pada pagi hari. Tutuplah hari Anda dengan sebuah pemeriksaan batin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun