4. Afeksi dan resolusi. Meditasi bukan hanya soal kesadaran dalam ranah pikiran atau akal budi semata. Meditasi yang baik juga harus mampu menyentuh hati. Sentuhan hati ini mendorong kita untuk membagikan rahmat Tuhan yang kita terima setiap hari. Kita juga termotivasi untuk mencintai Tuhan dan alam sekitar. Dalam tahap ini, kita bisa membuat 1-2 niat konkret yang akan kita jalankan hari itu. Kita bisa menulisnya atau cukup mengingatnya dalam hati.Â
5. Penutup. Bersyukurlah atas kesempatan meditasi yang boleh kita jalankan. Santo Fransiskus de Sales menggambarkan meditasi sebagai sebuah perjalanan di sebuah taman bunga bersama Tuhan Yesus. Pada tahap ini, kita bisa memetik satu bunga kecil untuk kita bawa selama hari itu. Bunga yang dimaksud adalah metafora untuk sentuhan hati yang kita rasakan selama meditasi. Bunga kecil itu bisa berupa kalimat pendek yang diinspirasikan oleh Sabda Tuhan.
Bagaimana menjalankan meditasi ini?
Dalam praktiknya, meditasi ini biasanya dilakukan di kapel atau Gereja yang di dalamnya terdapat Sakramen Mahakudus. Meskipun meditasi ini sifatnya personal, tetapi dijalankan bersama dengan komunitas. Bagi religius (termasuk Salesian), meditasi termasuk dalam praktik kesalehan yang wajib dilakukan. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi awam untuk menjalankan meditasi seperti ini.
Kelima metode di atas hanyalah garis besarnya saja. Setiap orang memiliki keunikan dalam cara bermeditasi. Intinya adalah perjumpaan pribadi dengan Pribadi Yesus sendiri.Â
Tradisi meditasi lainnya, misalnya Teresia dari Kanak-Kanak Yesus, menjelaskan bahwa meditasi mencakup juga doa batin. Doa ini berlangsung sepanjang hari, maka tidak terbatas pada 5-10 menit saja. Saat siang dan malam hari, periksalah niat yang telah anda buat pada pagi hari. Tutuplah hari Anda dengan sebuah pemeriksaan batin.Â