Masihkah saya menyebut hidup sebagai religius dengan segala kepenuhannya ini patut ditinggalkan? Realitas mengajarkan saya tentang kerasnya hidup, sambil menyimpan harapan dalam senyuman mereka semua di antara tumpukan lem dan nyanyian hati, yang menyaingi bising.
Jika tidak ada lagi harapan, itu baru namanya kematian.
Matilah bagi kecenderungan iri (banding-bandingkan)
Tetaplah miskin dalam iman, karena itulah jalan ALLAH.
MHC, Pray for Us and Them as well.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!