PROLOG
Seperti tema lagu, Kau Adalah Dosa Terindah, dan sampai sekarang aku sedang berusaha bagaimana mengurangi dosa yang sedang kulakukan.
Bagiku ujian tersulit di dunia adalah ujian hubungan dengan sesama manusia yaitu hubunganku denganmu
PERTEMUAN
Mendapat pekerjaan di kota Soera sebenarnya aku dipenuhi rasa kawatir yang seharusnya tidak perlu muncul, karena kelemahan diriku adalah ketika disuruh ke kota lain dimana kota terssebut begitu asing maka yang muncul dalam benak diriku adalah kawatir, nanti bagaimana, nanti ketemu siapa, nanti kalau bertemu orang jahat bagaimana ? itu yang menyebabkanibuku dn kakakku jengkel denganku, mempunyai kekawatiran yang berlebih
Tapi pekerjaan di Soera ini yang paling aku tunggu, setelah kontrak habis dan aku menyelesaikan thesisku setahun yang lalu aku belum bekerja lagi, ibuku sudah senewen melihatku tidak punya status yang jelas, bekerja belum dan menikah juga belum, padahal usia sudah menjelang 40 tahun
Well ...memang aku harus menerima pekerjaan ini, karena organisasi itu satu satunya yang menerimaku, dan aku butuh uang
&&&
Pagi hari aku sudah sampai di kantor, dan bertemu denganmu, perawakanmu kurus, hitam, dan baju yang kau pakai jauh dari kata modis. bibirmu tipis, dan kau sudah menikah.
pertemuan pertama kesanku kau tidak masuk dalam daftarku, dan aku tidak ada niat merusak rumah tangga orang.
1 Tahun Pertama
1 tahun berlalu, anak keduamu lahir, aku juga ikut berkunjung, mengucapkan selamat dan ba bla
"siapa akhirnya ama anakmu ?" Tanyaku waktu itu kita duduk di meja dapur sambil menikmati makan siang "kau sudah menentukan nama?"
" Okto sakti"" jawabmu dengan bangga
"ha.... Apa karena dia lahir bulan oktober dan lahir selamat karena 8 bulan ?
"iya, perjuangan kami ingin punya anak lagi" jawabmu dengan penuh rasa syukur
Aku cuma tersenyum membenarkan, rasa simpatiku muncul padamu, karena kau memang laki laki yang siaga.
Sikapku dalam bekerja yang tegas cenderung arogan membuat hubungan kita jadi agak sensitif, kau selalu mencibirku
“Apa kau tidak bisa menunggu driver minum sebentar, atau bernfas sejenak sebelum berangkat lagi ! “ teriakmu ketika aku meminta pak Kidi untuk pergi lagi mengambil invoice di suplier ketika dia baru datang dari mengantar salah satu advisor berkunjung ke salah satu komunitas dampingan
“ Kau tidak tahu ya kalau aku dikejar deadline, kau seharusnya paham sebagai kepala transportasi kau bisa mengatur jadwal siapa saja yang urgent menggunakan mobil!” teriakku membela diri
Kau hanya mencibir “biarkan pak Kidi istirahat invoice bisa menunggu besok” jawabmu kalem sambil berlalu di hadapanku, membuatku kesal
“ni orang gak punya etika...belum selesai bicara sudah pergi” gumamku kesal
Hari yang lain, entah karena tekanan pekerjaan dan sifatku yang selalu menuntut pekerjaan harus segera dilaksanakan membuat penilaianmu terhadapku semakin buruk, masalah sepele selalu terjadi pertengkaran.
aku menyadari hal itu dan sering kuungkapkan ketika kita bicara santai. Seperti siang ini di pantri dapur aku duduk diatas tumpukan kertas A4, dan kau di kursi kayu bulat
“Yah memang ku akui, tapi kalau tidak begini pekerjaan tidak akan jalan, kau tahu pekerjaan admin dan keuangan di project posisinya seperti isi burger” sambil memutar mutar gelas kosong
“Isi burger ?”
“ ya ditekan atasan dan ditekan bawahan, kau tahukan ?”
“ aku hanya merasa ini merupakan proyek aneh”
“aneh?”
“di projectku sebelumnya tidak seperi ini, disini demandnya terlalu tinggi, sedang dana yang tersedia pas pasan”
Aku tidak menjawab tapi dalam hati mengiyakan, kulihat wajahmu terlihat lelah.
“Aku minta maaf kalau selama ini marah marah” kataku sambil berdiri
Jam 13.30.
Kau melihatku dengan tatapan aneh
“kenapa ada yang aneh?”
“tidak” jawabmu masih memandangku dengan tatapan aneh
Tahun ke dua
Tenaga admin baru datang membantuku, dan aku ikut menjadi salah satu pewawancara posisi admin yang baru. Admin yang baru bernama Ruri, orangnya charming ramah dan pandai merebut hati orang, dan dalam waktu sekejap semua orang di project suka dengannya termasuk dirimu
Dan yang membuatku kurang suka padanya adalah dia sealu berkata tidak ada yang memberitahu kepadanya tentang informasi kegiatan, ketika dia berbuat kesalahan.
Selain itu setiap orang di kantor akan dengan sukarela membantu dia, kau bahkan rela menungguinya selesai bekerja kemudian mengantarnya pulang ketika hujan deras. Rela kembali ke kantor setelah melakukan perjalanan, karena ingin menunjukkan ruang meeting di Hotel Go padanya
Kau dengan santai cerita padaku waktu minum teh sore di pantry keesokan harinya
“tadi malam aku mengajak Ruri melihat ruang meeting d hotel Go”
“Oww..kenapa kau tiba tiba mengajak dia ?”
“ya biar di tahu saja kondisi hotel Go, favorite tempat meeting project kita”
“rupanya kau juga suka survey, tiap kuajak survey kau selalu ogah ogahan” kataku dengan nada tidak suka tidak bisa aku sembunyikan,
Benar aku tidak suka sikapmu yang cenderung pro dia. Dan setiap kali aku menyuruh driver bawahanmu untuk mengambil invoice, entah hanya perasaanku yang berlebihan atau tidak, aku merasa kau selalu menomor dua kan permintaanku sekalipun untuk kepentingan project
Puncaknya adalah atasan menegurku karena aku tidak pernah memberinya informasi pekerjaan kepadanya.
Sebagai manusia biasa jelas mungkin rasa benci dan iri memenuhi hatiku. dan aku tidak bisa menolak perasaan tersebut tumbuh subur di hatiku,
Aku tidak bisa membendungnya ketika kau dengan terbuka menolakku di depan Ruri ketika aku merasa tidak enak badan, dan meminta tolong kau mengantarku pulang karena sedang hujan deras.
“ Aku menunggu Ruri, bisakah kau menunggu Ruri” jawabmu tanpa exresi
Pst!!!! aku benar benar marah besar, tanpa berkata apa apa aku langsung meninggalkanmu,
“ kali ini sikapmu tidak bisa ditolerir” gumamku kesal
&&&
Keesokan harinya kau bersikap biasa saja seolah tidak ada kejadian apa apa, padahal aku sedang marah besar padamu, semua sikapmu dalam satu hari ini rasannya mengejekku. Kemarahanku tidak bisa di bendung ketika kau menunda permintaanku untuk mengambil PO yang sudah di tandatangani di hotel Go,
Siang itu begitu melihatmu sendirian di ruang meeting aku menghampirimu
“bisakah kita bicara sebentar?” kataku
Kau sedang mengecek laporan transportasi menghentikan kegiatanmu menoleh ke arahku,
“Kau tahu, disini aku bukan bawahan Ruri !, maaf kalau omonganku menyinggungmu, kau ini seenaknya saja menuruti dia, kalau kau suka dia silahkan, tapi aku sangat tersinggung jika kau selalu menolak, apa aku ini kau anggap angin lalu, apa permintaanku tidak aku anggap penting, kalau tidak hujan aku tidak akan meminta bantuanmu!!”
Kau menarik nafas, “ maksudku supaya kita bsa pulang bareng bareng, jadi sekalian kita pulangnya”
“ terserah !!” kataku
Sejak saat itu hubunganku denganmu jadi hanya sekedar say helo
Tahun ke 3
Kejadian yang membuat titik balik hubungan kita,
“ satu mobil kita dilarikan driver”kata Ruri pagi pagi
“membawa tamu siapa ?”tanyaku
“Salahsatu expatriat, dan expatriat itu di turunkan paksa di jalan “ kata Ruri dia mendengus kesal, dia kemudian menelpon seseorang
“siapa yang kau telpon?”
“ siapa lagi kalau bukan si kepala divisi transportasi, dulu driver itu atas rekomendasi dia”
Aku tidak berkomentar dengan apa yang dikatakan Ruri. Pepatah akibat nila setitik rusakah susu sebelanga ternyata memang benar, aku bisa melihat prakteknya, bagaimana sifat manusia pada umumnya selalu melihat manusi lain dari sisi kesalahan, kejadian ini menyorot kepadamu dan lima puluh persen orang di kantor ini mulai mencibir padamu.
Makan siang, dimana kau biasanya kumpul bareng bareng, kau jadi sering sendirian, jajaran pimpinan mulai tidak memberimu tugas.
&&&
“Silahkan di minum tehnya” kataku sambil meletakkan mug kecil berisi teh hangat,siang itu di musim hujan kau makan siang sendirian duduk di tumpukan kardus. di gudang belakang
Sambil mangunyah makanan kau menerima mug berisi teh .” Terimakasih “ katamu setelah menelan kau langsung meminumnya, aku duduk di di depanmu ku buka bungkus kertas timah berisi menu makan siangku.
" kau tidak perlu berbaik hati menemaniku makan" katamu sambil meneruskan makanmu, seolah olah aku tidak di depanmu
"Kebetulan semua orang di kantor sudah makan aku ingin makan ditemani" kataku juga dengan nada cuek, pura pura tidak memperdulikan mu, padahal aku tahu kau sedang memandangku dengan sorot mata yang berbeda dari biasanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H