JEMBER - Menindaklanjuti permasalahan yang ditemukan pada potensi Desa Plalangan sebagai desa pembudidaya ikan, tentang mahalnya pakan ikan hias dan konsumsi. Kelompok KKN Kolaboratif 179 yang terdiri dari (Mukhammad Ibadhus Sholikhin, Gita Rahmawati, Sri Widayanti, Amelia Salsabella, Nadiyatul Millah, Novi Purwaningtyas, Dwi Noviyanti, Fitria Cahyanti, Bayu Adi Wiyoso, dan Abied Aulan Faqih) mengadakan sosialisasi dan pelatihan pembuatan pakan alternatif berupa budidaya Maggot pada Rabu (03/08).
Sosialisasi dan pelatihan yang digelar di Balai Desa Plalangan, dihadiri oleh beberapa Perangkat Desa, dan sejumlah 23 tamu undangan, para peternak ikan maupun unggas dari perwakilan masing-masing Dusun yang ada di Desa Plalangan. Enam perwakilan Dusun Curahlembu, enam perwakilan Dusun Krajan, lima perwakilan Dusun Jambuan, dan sembilan perwakilan Dusun Plalangan.
"Harapan kami setelah diadakannya sosialisasi dan pelatihan ini, supaya para peternak ikan maupun unggas kedepannya dapat mengatasi hambatan mengenai alternatif pakan ternak yang terjangkau dan lebih bisa menghasilkan ternak yang berkualitas." Tukas Ketua Panitia, Abied Aulan Faqih (22) dalam sambutannya.
Permasalahan utama yang dihadapi para pembudidaya ikan dan unggas adalah mahalnya harga pakan buatan pabrik dengan harga yang cenderung meningkat. Proporsi biaya pakan dapat mencapai 70% dari biaya yang dikeluarkan. Sedangkan sistem budidaya ikan dan unggas yang intensif memerlukan ketersediaan kualitas pakan yang baik, jumlah yang cukup dan pemberian secara tepat. Dan serangga adalah salah satu alternatif yang dapat dijadikan pakan ternak. Jenis serangga yang dapat dimanfaatkan salah satunya adalah larva dari BSF (Black Soldier Fly).
Larva lalat BSF atau Maggot merupakan organisme pada fase kedua setelah telur BSF menetas. Larva BSF memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat dan konversi pakan yang tinggi serta dapat memanfaatkan berbagai sumber makanan termasuk sampah bahan organik sebagai sumber konsumsi Maggot. Panen Maggot dapat dilakukan mulai dari usia 15-24 hari. Yakni ketika telur BSF sudah menetas dan memasuki fase larva yang dapat tumbuh sekitar 15-20 mm hingga sebelum memasuki fase pupa.
Larva BSF atau Maggot yang berusia 15 hari memiliki kandungan protein kasar sebesar 36,6%. Larva BSF kaya akan kandungan AMP (Anti Mikrobial Peptide) yang berfungsi selain dapat membunuh bakteri dan jamur, juga berperan dalam pertahanan diri.
"Maggot juga memiliki kandungan asam laurat yang tinggi, yakni sekitar 49,18% yang berfungsi sebagai anti bakteri," jelas pemateri, Mukhammad Ibadhus Sholikhin (21) yang dikutip dari (Harlystiaarini, 2017).