Mohon tunggu...
PKPA Indonesia
PKPA Indonesia Mohon Tunggu... -

PKPA Indonesia adalah lembaga independen yang konsern terhadap perlindungan anak.\r\n\r\nsite: www.pkpaindonesia.org

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masyarakat Siosar Kelola Kotoran Puyuh Jadi Pupuk Organik

1 Februari 2018   11:38 Diperbarui: 1 Februari 2018   11:50 1850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karo. Masyarakat korban erupsi Gunung Sinabung asal Desa Suka Meriah, yang direlokasi di Perbukitan Siosar, Kabupaten Karo tahun 2015 lalu yang tergabung dalam kelompok Meriah Ukur saat ini telah mengelola kotoran puyuh menjadi pupuk organik untuk dimanfaatkan di area pertanian mereka.

Minggu lalu (27/01/2018), sebanyak 25 orang peternak puyuh di desa ini yang dibina oleh Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) atas dukungan Dompet Dhuafa ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam mengolah kotaran puyuh menjadi pupuk organik.

Ismail Marzuki, yang dipercaya PKPA mengelola proyek ini, mengatakan bahwa lembaganya sejak setahun lalu telah mengembangkan proyek lanjutan peternakan puyuh sebagai alternatif livelihood bagi masyarakat korban erupsi Gunung Sinabung di Siosar, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo.

"Peternakan puyuh kita pilih karena penghasilannya bersifat harian dan pengelolaannya dapat dilakukan sampingan sehingga masyarakat tetap dapat bertani dan bagi PKPA peningkatan kesejahteraan keluarga merupakan bagian penting dari upaya agar keluarga dapat memenuhi hak-hak anak mereka" ujar Ismail menjelaskan latar belakang dukungan PKPA tersebut.

Terkait pelatihan pengelolaan kotoran puyuh menjadi pupuk organik yang difasilitasi PKPA di Aula Kantor Desa Suka Meriah di Siosar tersebut, menurut Ismail Marzuki, dimaksudkan agar peternak puyuh tidak membuang kotoran puyuh yang ada setiap hari.

Bachtiar, dari Sekolah Pengolahan dan Pemanfaatan Sampah (SP2S) Medan, yang dihadirkan sebagai pelatih menmbahkan bahwa kotoran puyuh menjadi satu bahan yang baik dalam proses komposting kandang. Menurutnya, untuk membuat kompos kotoran puyuh yang baik dengan ukuran satu goni, setidaknya bahan tambahan yang diperlukan adalah sekam padi satu goni, dedak ayam kg dan tambahkan bakteri pengurai yang dalam pelatihan ini menggunakan jamu rajahara h yang merupakan asil temuan Bachtiar sendiri.

"Kotoran puyuh itu memiliki unsur hara yang sangat tinggi untuk menyuburkan tanah, unsur C-organiknya sangat tinggi yang mencapai 17.61% yang berarti akan sangat baik untuk dikelola dan dimanfaatkan peternak puyuh sebagai pupuk organik di lahan pertanian mereka, apalagi kita tahu mereka seluruhnya petani sayur-mayur" tegasnya.

Menilik manfaat dari skema pendampingan yang dilakukan PKPA tersebut, Kepala Desa Suka Mariah di Sihosar, Yani Ginting, berharap agar program alternatif livelihood dapat dikembangkan lagi bagi semua masyarakat penyintas Gunung Sinabung yang telah direlokasi.

"Selain puyuh, misalnya peternakan ayam, lembu atau kambing dapat dikembangkan lagi sehingga masyarakat memiliki sumber penghasilan tambahan, karena kalau dari pertanian saja tidak cukup untuk kesejahteraan anak dan keluarga, apalagi lahan penyintas yang diberikan pemerintah hanya 0,5 hektare jadi sangat perlu program alternatif terus dikembangkan" harapnya.

Ismail Marzuki menerangkan bahwa peternakan puyuh bagi penyintas erupsi Gunung Sinabung ini secara ekonomis telah kelihatan dampaknya bagi keluarga dari hasil penjualan telur puyuh yang dilakukan setiap hari.

Ridwan Nasution, seorang anak yang membantu orang tuanya menernakkan puyuh petelur ini menuturkan bahwa setiap hari keluarganya telah menjual antara 200-300 butir/hari, dengan pendapatan Rp. 70-80 ribu.

"Terasa kali, bang. Tiap hari kami sudah ada tambahan uang dari ternak puyuh ini, uang itu untuk jajan atau untuk uang transport ke sekolah, ada juga untuk tabungan orang tua, kamipun dapat makan telur puyuh tiap hari agar tubuh kita sehat" ujarnya bersemangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun