Desa Kebobang terletak di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Desa ini merupakan salah satu dari sekian banyak desa di Kabupaten Malang yang terkenal dengan keindahan alamnya dan budaya lokal yang masih terjaga dengan baik. Desa Kebobang memiliki topografi yang beragam, mulai dari dataran rendah hingga perbukitan, yang memberikan potensi alam yang melimpah. Dengan iklim tropis yang mendukung, desa ini menjadi daerah yang subur dan ideal untuk pertanian dan peternakan. Penduduk Desa Kebobang mayoritas bekerja sebagai petani, peternak, dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Jumlah penduduk di Desa Kebobang terus berkembang dari tahun ke tahun, mencerminkan dinamika demografi yang dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan migrasi.
Masyarakat di desa ini umumnya hidup dalam lingkungan yang erat dengan nilai-nilai gotong royong dan kekeluargaan yang kuat. Perekonomian Desa Kebobang sangat bergantung pada sektor pertanian dan UMKM. Produk-produk pertanian yang dihasilkan mencakup padi, jagung, sayuran, dan buah-buahan. Selain itu, peternakan juga menjadi sumber penghasilan utama bagi beberapa keluarga, dengan komoditas seperti sapi, kambing, dan ayam. UMKM di Desa Kebobang sebagian besar yaitu industri rumah tangga dan makanan dan minuman olahan seperti keripik pisang, jamu tradisional. Produk-produk lokal ini tidak hanya dipasarkan di sekitar desa, tetapi mulai merambah pasar yang lebih luas.
Teknologi finansial atau fintech adalah inovasi di bidang jasa keuangan yang menggunakan teknologi digital untuk menyediakan layanan keuangan yang lebih, efisien, aman dan mudah di akses. Perkembangan fintech telah mengubah cara orang berinteraksi dengan layanan keuangan, memungkinkan transaksi yang lebih cepat, mudah, dan terjangkau. Digitalisasi merujuk pada integrasi teknologi digital ke dalam semua aspek kehidupan, termasuk bisnis dan pemerintahan. Dalam konteks ekonomi, digitalisasi memungkinkan pengumpulan dan analisis data secara real-time, memperbaiki proses bisnis, dan menciptakan peluang baru melalui platform online dan aplikasi mobile. Digitalisasi membuka akses ke pasar global, mempercepat inovasi, dan meningkatkan efisiensi operasional. Seperti hal-nya pedesaan lainnya, permasalahan yang sering ditemui adalah kesulitan dalam memahami dan menggunakan teknologi finansial (fintech).
Pengetahuan dan keterampilan yang terbatas mengenai penggunaan aplikasi pembayaran digital, dan penjualan digital menjadi kendala utama. Banyak pelaku umkm yang masih mengandalkan metode konvensional dalam mengelola keuangan mereka, sehingga tidak dapat memanfaatkan kemudahan dan efisiensi yang ditawarkan oleh teknologi fintech. Kurangnya sosialisasi dan edukasi mengenai fintech menjadi faktor penyebab utama keterbatasan ini. Tanpa pemahaman yang cukup, UMKM enggan untuk mencoba teknologi baru yang dianggap rumit atau tidak relevan dengan usaha mereka.
Hal ini mengakibatkan rendahnya adopsi fintech dan menghambat perkembangan bisnis mereka. Selain kurangnya pengetahuan, UMKM di Desa Kebobang juga menghadapi keterbatasan akses informasi mengenai platform dan layanan fintech. Banyak pelaku usaha yang tidak mengetahui berbagai opsi fintech yang tersedia dan bagaimana cara mengaksesnya. Keterbatasan ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kurangnya infrastruktur komunikasi yang memadai, jarak geografis dari pusat informasi, dan minimnya inisiatif dari pihak penyedia layanan fintech untuk menjangkau daerah pedesaan. Akibatnya, UMKM di Desa Kebobang tidak dapat memanfaatkan potensi fintech untuk mengembangkan usaha mereka.
Implementasi teknologi fintech di kalangan UMKM Desa Kebobang juga terkendala oleh minimnya dukungan dan pelatihan yang memadai. Meskipun beberapa pelaku UMKM mungkin memiliki pengetahuan dasar tentang fintech, mereka seringkali membutuhkan bimbingan praktis untuk mengimplementasikannya dalam operasi bisnis sehari-hari. Minimnya program pelatihan dan pendampingan yang fokus pada penggunaan teknologi fintech membuat UMKM kesulitan dalam menerapkan solusi digital. Tanpa dukungan yang memadai, pelaku UMKM cenderung kembali ke metode konvensional yang sudah mereka kuasai. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, penyedia layanan fintech, dan organisasi non-profit untuk memberikan edukasi, informasi, dan pelatihan yang diperlukan. Program-program yang dirancang khusus untuk meningkatkan literasi digital dan keuangan di kalangan UMKM pedesaan dapat membantu mereka mengadopsi teknologi fintech dan memanfaatkannya untuk mengembangkan usaha mereka.
Desa Kebobang adalah salah satu dari banyak desa di Indonesia yang masih menghadapi tantangan dalam mengakses layanan keuangan, khususnya melalui platform digital. Meskipun perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah merambah ke berbagai sektor, desa ini masih tertinggal dalam hal adopsi teknologi finansial (fintech). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain keterbatasan infrastruktur digital, rendahnya literasi digital, dan minimnya pengetahuan tentang manfaat teknologi finansial. Pendekatan yang lebih komprehensif dan spesifik diperlukan untuk mengatasi tantangan ini. Perlu adanya analisis mendalam mengenai kebutuhan dan potensi Desa Kebobang dalam mengadopsi teknologi finansial. Ini mencakup pemahaman tentang struktur ekonomi desa, perilaku keuangan penduduk, dan hambatan-hambatan yang mereka hadapi dalam mengakses layanan keuangan. Dengan demikian, strategi yang tepat dapat dirancang untuk meningkatkan akses finansial melalui digitalisasi.
Pelatihan akses finansial berbasis teknologi sangat diperlukan di Desa Kebobang untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan layanan keuangan digital. Saat ini, banyak penduduk desa yang masih bergantung pada metode tradisional dalam mengelola keuangan mereka. Pelatihan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mengajarkan penggunaan platform fintech yang dapat membantu mereka mengelola keuangan dengan lebih efisien, mendapatkan akses ke pinjaman, dan memanfaatkan berbagai layanan keuangan lainnya. Kurangnya pelatihan dan pengetahuan tentang fintech memiliki dampak negatif yang signifikan bagi UMKM di Desa Kebobang. Tanpa pemahaman yang memadai, UMKM tidak dapat memanfaatkan berbagai peluang yang ditawarkan oleh platform fintech, seperti pinjaman mikro, pembayaran digital, dan layanan investasi. Akibatnya, mereka tetap terjebak dalam keterbatasan akses modal, efisiensi operasional yang rendah, dan kesulitan dalam mengembangkan usaha mereka. Hal ini memperlambat pertumbuhan ekonomi desa dan membatasi kesejahteraan masyarakat. Intervensi yang didasarkan pada riset sangat penting untuk menciptakan solusi yang efektif dan berkelanjutan bagi Desa Kebobang. Melalui riset, dapat diperoleh data yang akurat mengenai kebutuhan dan potensi masyarakat desa dalam mengadopsi teknologi finansial. Riset ini juga membantu mengidentifikasi hambatan-hambatan spesifik yang dihadapi oleh masyarakat dalam mengakses layanan keuangan digital. Dengan demikian, solusi yang dirancang dapat lebih tepat sasaran dan memiliki dampak jangka panjang yang positif. Intervensi yang berbasis riset juga memastikan bahwa program pelatihan dan pengembangan yang diimplementasikan sesuai dengan konteks lokal dan kebutuhan masyarakat. Secara keseluruhan, peningkatan akses finansial melalui digitalisasi di Desa Kebobang memerlukan pendekatan yang komprehensif, dimulai dari identifikasi kebutuhan dan potensi, pelatihan yang tepat, serta intervensi yang didukung oleh riset. Hal ini akan membantu mendorong inklusi keuangan, memberdayakan UMKM, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa secara keseluruhan.
Desa Kebobang memiliki banyak pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berpotensi untuk berkembang lebih pesat dengan bantuan teknologi finansial (fintech). Namun, banyak dari mereka yang masih kurang familiar dengan penggunaan fintech dalam operasional bisnis mereka. Oleh karena itu, penting untuk memberikan pelatihan khusus yang dapat membantu mereka memahami dan memanfaatkan fintech. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan literasi digital dan keuangan, sehingga pelaku UMKM dapat lebih percaya diri dalam menggunakan berbagai aplikasi dan platform fintech untuk mendukung bisnis mereka. Pelatihan ini juga perlu menekankan manfaat konkret dari fintech, seperti kemudahan dalam mengakses modal, efisiensi dalam pengelolaan keuangan, serta peluang untuk ekspansi pasar. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang fintech, pelaku UMKM di Desa Kebobang dapat lebih efektif dalam mengelola keuangan mereka, mulai dari pencatatan transaksi hingga perencanaan keuangan jangka panjang. Hal ini akan membantu mereka mengatasi hambatan-hambatan yang selama ini menghalangi pertumbuhan bisnis mereka.
Proses digitalisasi UMKM adalah langkah penting dalam meningkatkan efisiensi operasional dan akses pasar. Dengan memanfaatkan teknologi digital, UMKM dapat mengotomatisasi berbagai proses bisnis, seperti penjualan, inventaris, dan manajemen pelanggan. Ini tidak hanya menghemat waktu dan biaya, tetapi juga membuka peluang untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Desa Kebobang, dengan dukungan pemerintah dan lembaga terkait, dapat memfasilitasi pelatihan dan penyediaan infrastruktur digital yang memadai untuk mendukung proses ini. Tidak semua teknologi finansial cocok untuk setiap jenis UMKM. Oleh karena itu, penting untuk mendorong adopsi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan spesifik setiap bisnis. Ini bisa mencakup aplikasi untuk manajemen keuangan, platform untuk mendapatkan pinjaman mikro, atau solusi pembayaran digital. Dengan memilih teknologi yang tepat, UMKM di Desa Kebobang dapat lebih mudah beradaptasi dan memaksimalkan manfaat dari fintech.
Untuk menciptakan ekosistem finansial yang inklusif, diperlukan kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk penyedia layanan fintech, lembaga keuangan lokal, dan pemerintah. Jaringan kerja sama ini dapat membantu menyediakan akses yang lebih luas dan lebih mudah bagi UMKM di Desa Kebobang terhadap berbagai layanan finansial. Melalui kemitraan strategis, UMKM dapat mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk mengembangkan bisnis mereka, mulai dari modal kerja hingga solusi manajemen keuangan. Selain akses ke layanan keuangan, UMKM juga memerlukan dukungan dalam membangun strategi finansial yang berkelanjutan. Teknologi finansial dapat memainkan peran kunci dalam hal ini, dengan menyediakan alat dan platform yang membantu dalam perencanaan keuangan, analisis risiko, dan pengelolaan aset. Dengan bimbingan dan dukungan yang tepat, UMKM di Desa Kebobang dapat mengembangkan strategi yang kuat dan berkelanjutan, yang tidak hanya membantu mereka bertahan, tetapi juga berkembang dalam jangka panjang. Dengan pendekatan ini, Desa Kebobang dapat bergerak menuju inklusi finansial yang lebih baik, memberdayakan UMKM, dan menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan.
Selama kegiatan PKM Departemen Ilmu Ekonomi berlangsung, adapun kegiatan yang dilakukan merupakan pelatihan yang dapat membantu masyarakat di desa Kebobang dalam mengakses platform digitalisasi. Kegiatan pertama ialah “Pengantar Digitalisasi” yang bertujuan untuk memberikan wawasan dasar mengenai pentingnya digitalisasi dalam mendongkrak perekonomian dan menumbuhkan UMKM di era globalisasi. Selanjutnya para peserta diberikan pelatihan dalam penggunaan marketplace Shopee untuk menunjang bisnis UMKM agar tetap eksis, efisien, dan efektif di era globalisasi. Selain itu, para peserta juga diberikan pelatihan dengan menandai bisnis mereka di Google Maps. Hal ini bertujuan agar ketika ada wisatawan atau pelancong yang datang dapat secara langsung melihat melalui smartphone untuk menjangkau audiens yang lebih luas.
Selama masa observasi dan monitoring, Ibu Hermin Supriyatin, pemilik usaha jamu instan Mugo Jodo dan salah satu peserta dalam kegiatan PKM Departemen Ilmu Ekonomi, menyatakan bahwa beliau sangat terbantu dengan diberikannya pelatihan terhadap akses marketplace Shopee dan Google Maps. Pelatihan ini telah memungkinkan usahanya untuk menjangkau lebih banyak pelanggan dan meningkatkan visibilitas bisnisnya secara signifikan. Berdasarkan hasil observasi dan monitoring menunjukan adanya peningkatan akses digitalisasi dalam UMKM di desa Kebobang seperti pemilik bisnis Toko Bakso Arema Bu Raudotul Ima, Jamu Mugo Jodo Bu Hermin, Widya Bakery Bu Widya, dan Joe’s Bakery Bu Anis yang dapat dilihat di aplikasi Shopee dan atau Google Maps. Secara keseluruhan, program pengabdian yang dilaksanakan oleh Departemen Ilmu Ekonomi FEB UB, yaitu digitalisasi penggunaan marketplace dan Google Maps dalam UMKM di desa, telah memberikan dampak positif yang signifikan. Program ini tidak hanya meningkatkan aksesibilitas dan visibilitas bisnis para pelaku UMKM, tetapi juga membuka peluang baru untuk pertumbuhan dan pengembangan ekonomi di tingkat desa. Dengan adanya pelatihan dan pendampingan ini, diharapkan para pengusaha UMKM dapat lebih kompetitif dan berdaya saing tinggi di era digital .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H