Perubahan iklim menjadi salah satu isu paling mendesak yang dihadapi umat manusia saat ini. Dampaknya tidak hanya terasa pada lingkungan, tetapi juga pada kesehatan, ekonomi, dan kesejahteraan sosial.Â
Setiap tahun, kita menyaksikan cuaca ekstrem yang lebih sering terjadi banjir, kebakaran hutan, badai, dan kekeringan, yang semakin mengancam kehidupan jutaan orang di seluruh dunia.
 Di tengah situasi yang semakin genting ini, muncul pertanyaan yang sering diperdebatkan: siapa yang seharusnya memikul tanggung jawab dalam menangani krisis ini? Apakah perubahan iklim menjadi tanggung jawab individu, ataukah ini merupakan kewajiban pemerintah untuk menyelesaikannya?
Banyak yang berpendapat bahwa setiap individu memiliki peran penting dalam upaya mengurangi dampak perubahan iklim. Argumen ini berakar pada keyakinan bahwa tindakan kecil, jika dilakukan secara kolektif, dapat menciptakan dampak besar. Penggunaan kantong belanjaan ramah lingkungan, mengurangi konsumsi plastik sekali pakai, beralih ke kendaraan listrik, dan mengurangi konsumsi daging adalah contoh tindakan yang kerap disarankan untuk mengurangi jejak karbon pribadi.
Kesadaran lingkungan di tingkat individu tentu sangat penting. Sebagai konsumen, pilihan kita dalam membeli produk dapat memengaruhi permintaan pasar terhadap produk-produk ramah lingkungan.Â
Meningkatnya permintaan atas energi bersih, misalnya, dapat memaksa perusahaan untuk beralih dari energi fosil ke sumber energi terbarukan. Selain itu, banyak gerakan masyarakat yang menekankan pentingnya pola hidup berkelanjutan, seperti "zero waste" dan "minimalisme", yang mencoba mengurangi limbah dan jejak karbon pribadi.
Namun, terlepas dari peran penting individu, tantangan terbesar dalam pandangan ini adalah bahwa krisis perubahan iklim bersifat sistemik. Banyak dari dampak perubahan iklim dihasilkan oleh industri besar, bukan oleh perilaku individu. Hanya dengan tindakan kolektif yang lebih luas dan pengaruh struktural yang lebih signifikan, perubahan substansial dapat terjadi.
Di sisi lain, banyak yang berpendapat bahwa pemerintah memegang peranan paling penting dalam menangani perubahan iklim. Mereka memiliki wewenang untuk menciptakan kebijakan yang dapat mendorong perubahan dalam skala besar, mulai dari regulasi emisi karbon hingga investasi dalam teknologi energi bersih. Kebijakan ini mencakup segala hal, dari peraturan kendaraan yang lebih ramah lingkungan hingga pemberlakuan pajak karbon yang dapat mengubah cara bisnis beroperasi.
Dalam pandangan ini, kebijakan lingkungan yang ketat dan pengawasan terhadap perusahaan besar dianggap sebagai langkah yang paling efektif untuk mengatasi perubahan iklim. Pemerintah juga memiliki peran dalam mendanai penelitian dan pengembangan energi terbarukan, yang memerlukan investasi besar yang mungkin sulit dilakukan oleh sektor swasta tanpa dukungan regulasi yang jelas.
Selain itu, perubahan iklim sering kali melibatkan dampak yang tidak proporsional terhadap negara-negara berkembang dan komunitas berpenghasilan rendah, yang sering kali paling sedikit berkontribusi terhadap masalah tetapi paling terdampak. Di sinilah pemerintah memiliki kewajiban moral untuk melindungi warganya dan menciptakan keadilan iklim.
Meski tanggung jawab utama sering kali dibebankan pada pemerintah, individu juga memiliki peran dalam mendukung kebijakan yang lebih berkelanjutan. Tanpa dukungan publik, kebijakan yang pro-lingkungan mungkin sulit diimplementasikan, terutama di negara-negara di mana sektor industri besar memiliki pengaruh kuat dalam proses legislasi.Â