Mohon tunggu...
PK KasmanSingodimedjo
PK KasmanSingodimedjo Mohon Tunggu... Guru - Bergetar melihat ketidakadilan

merupakan suatu komisariat yang ada di Cabang Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penghalang dalam Menuntut Ilmu

29 Maret 2019   19:11 Diperbarui: 29 Maret 2019   19:50 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENGHALANG DALAM MENUNTUT ILMU

Menuntut ilmu memiliki beberapa penghalang yang menghalangi antara ilmu itu sendiri dengan orang yang mencarinya. Di antara penghalang tersebut adalah:

1. Niat yang Rusak

Niat adalah dasar sekaligus rukun amal. Apabila niat dari awal itu sudah salah dan rusak, maka amal yang dilakukannya pun ikut salah dan rusak sebesar salah dan rusaknya niat.

2.  Ingin Terkenal dan Ingin Tampil

Ingin terkenal atau tampil adalah penyakit yang tidak mudah ditangani. Tidak seorang pun dapat selamat darinya, kecuali orang-orang yang memang sudah dijaga oleh Allah SWT. Apabila niat seseorang penuntut ilmu itu adalah agar terkenal, ingin dielu-elukan, ingin dihormati, ingin dipuji, ingin disanjung, dan yang diinginkan adalah itu semua, maka ia telah menempatkan posisi dirinya pada posisi yang berbahaya atau salah. Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya "Wahai bangsa arab (3x), sesuatu yang paling aku takutkan kalian adalah riya' dan syahwat yang tersembunyi." [ HR. Thabrani ].  Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan maksud dari syahwat yang tersembunyi di dalam hadits ini adalah keinginan agar orang lain melihat amalnya.

3. Lalai Menghadiri Majelis Ilmu

Para Ulama Salaf dahulu mengatakan bahwa ilmu itu didatangi, bukan mendatangi. Tetapi, apa yang kita lihat zaman sekarang, ilmu itu mendatangi kita dan sebaliknya kita tidak mendatangi ilmu itu sendiri. 

Jika kita tidak memanfaatkan majelis ilmu yang dibentuk dan pelajaran yang disampaikan, niscaya kita akan sepenuhnya penyesalan. Seandainya kebaikan yang ada dalam majelis-majelis ilmu hanya berupa ketenangan bagi yang menghadirinya dan rahmat Allah yang meliputi mereka, cukuplah dua hal ini sebagai pendorong untuk menghadirinya. Lalu bagaimana jika ia mengetahui bahwa orang yang menghadirinya memperoleh dua keberuntungan, yaitu ilmu yang bermanfaat dan ganjaran pahala di akhirat? Rasulullah SAW bersabda:

 

Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap orang islam, dan sesungguhnya orang yang menuntut ilmu dimintakan ampunan Allah untuknya oleh segala sesuatu, hingga ikan-ikan yang ada di laut. [HR. Abdil Barr dari Anas, dalam Jami'us Shaghir juz 2, hal. 132, no. 5266]

4. Beralasan dengan Banyaknya Kesibukan

Alasan ini dijadikan syaitan sebagai penghalang dalam menuntut ilmu. Berapa banyak saudara kita yang telah dinasihati dan dimotivasi untuk menuntut ilmu syar'i, tetapi syaitan menggoda dan membujuknya agar terlena dengan kegiatan duniawi. Orang yang menyia-nyiakan kesempatan mencari ilmu, maka kesibukannya membuat ia tidak dapat menghadiri majelis ilmu. Ia menjadikannya sebagai bahan alasan yang sengaja dibuat-buat sehingga ketidakhadirannya di majelis ilmu memiliki alasan yang jelas. Berbagai kesibukan yang ada adalah penyebab utama yang menghalangi seorang penuntut ilmu menghadiri majelis ilmu dan memperoleh ilmu yang banyak. Tetapi orang yang Allah bukakan mata hatinya, ia akan mengatur waktunya dan menggunakannya sebaik mungkin sehingga memperoleh manfaat yang banyak. Kalau seorang mau berpikir secara wajar, mempunyai niat dan kemauan untuk menuntut ilmu, maka ia akan dapat mengatur waktunya dan dimudahkan oleh Allah.

5. Bosan dalam Menuntut Ilmu

Penghalang menuntut ilmu selanjutnya adalah merasa bosan dan beralasan dengan berkonsentrasi mengikuti informasi terkini guna mengetahui peristiwa yang sedang terjadi. Imam Syafi'i pernah berkata "Seseorang tidaklah berhasil menuntut ilmu dengan baik apabila dia selalu merasa bosan, seakan tidak membutuhkannya. Akan tetapi seorang akan berhasil menuntut ilmu jika melakukannya dengan perjuangan dan susah payah, dan penuh semangat."

6. Merasa Baik Sendiri/Sombong

Rasulullah SAW dalam hadits menjelaskan definisi sombong

Sombong ialah  menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.

Menurut Raghib Al Asfahani ia mengatakan "Sombong adalah keadaan seorang yang merasa bangga dengan dirinya sendiri. Memandang dirinya lebih besar dari orang lain, kesombongan yang paling parah adalah sombong kepada Rabbnya dengan menolak kebenaran dan angkuh untuk tunduk kepada-Nya baik berupa ketaatan maupun mengesakan-Nya."  

Sumber: 

Pengajian Rutin Senin malam oleh Ust. Agus Sukarno di Masjid Al Fadlilah Priyan, Tambakboyo.

By       : IMMawan Idris Hanafi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun