PENGHALANG DALAM MENUNTUT ILMU
Menuntut ilmu memiliki beberapa penghalang yang menghalangi antara ilmu itu sendiri dengan orang yang mencarinya. Di antara penghalang tersebut adalah:
1. Niat yang Rusak
Niat adalah dasar sekaligus rukun amal. Apabila niat dari awal itu sudah salah dan rusak, maka amal yang dilakukannya pun ikut salah dan rusak sebesar salah dan rusaknya niat.
2. Â Ingin Terkenal dan Ingin Tampil
Ingin terkenal atau tampil adalah penyakit yang tidak mudah ditangani. Tidak seorang pun dapat selamat darinya, kecuali orang-orang yang memang sudah dijaga oleh Allah SWT. Apabila niat seseorang penuntut ilmu itu adalah agar terkenal, ingin dielu-elukan, ingin dihormati, ingin dipuji, ingin disanjung, dan yang diinginkan adalah itu semua, maka ia telah menempatkan posisi dirinya pada posisi yang berbahaya atau salah. Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya "Wahai bangsa arab (3x), sesuatu yang paling aku takutkan kalian adalah riya' dan syahwat yang tersembunyi." [ HR. Thabrani ]. Â Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan maksud dari syahwat yang tersembunyi di dalam hadits ini adalah keinginan agar orang lain melihat amalnya.
3. Lalai Menghadiri Majelis Ilmu
Para Ulama Salaf dahulu mengatakan bahwa ilmu itu didatangi, bukan mendatangi. Tetapi, apa yang kita lihat zaman sekarang, ilmu itu mendatangi kita dan sebaliknya kita tidak mendatangi ilmu itu sendiri.Â
Jika kita tidak memanfaatkan majelis ilmu yang dibentuk dan pelajaran yang disampaikan, niscaya kita akan sepenuhnya penyesalan. Seandainya kebaikan yang ada dalam majelis-majelis ilmu hanya berupa ketenangan bagi yang menghadirinya dan rahmat Allah yang meliputi mereka, cukuplah dua hal ini sebagai pendorong untuk menghadirinya. Lalu bagaimana jika ia mengetahui bahwa orang yang menghadirinya memperoleh dua keberuntungan, yaitu ilmu yang bermanfaat dan ganjaran pahala di akhirat? Rasulullah SAW bersabda:
Â
Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap orang islam, dan sesungguhnya orang yang menuntut ilmu dimintakan ampunan Allah untuknya oleh segala sesuatu, hingga ikan-ikan yang ada di laut. [HR. Abdil Barr dari Anas, dalam Jami'us Shaghir juz 2, hal. 132, no. 5266]