Mohon tunggu...
Pandji Kiansantang
Pandji Kiansantang Mohon Tunggu... Penulis - "Bahagia Membahagiakan Sesama"

Menulis itu Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tragedi Liverpool: Pelajaran bagi kita

30 Januari 2023   03:31 Diperbarui: 30 Januari 2023   06:28 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musim ini tim favoritku, Liverpool hancur-hancuram permainan dan prestasinya. Baru tengah musim, The Reds sudah tersingkir di 3 dari 4 ajang : Piala Liga dan Piala FA, tercecer no 9 di Liga Primer (tak ada harapan juara).

Satu2nya peluang gelar ada di Liga Champions, itupun harus melawan juara bertahan Real Madrid yang lebih difavoritkan. Liverpool diperkirakan akan "puasa gelar" musim ini.

Parahnya, mereka terlempar dari 5 besar dan sekarang mirip klub medioker. Lawan tim papan bawah bahkan penghuni dasar klasemen saja sering kalah.

Hancurnya prestasi mereka terlihat jelas ketika kita menonton permainannya. Tidak berkualitas. Selalu kebobolan (sulit clean sheet), kesulitan menciptakan peluang dan mencetak gol. Ketika diserang panik, serangan mudah dibaca dan dilumpuhkan.

Jauh sekali dibanding melihat cara bermain Arsenal sang favorit juara EPL musim ini (melesat, berbanding terbalik dengan Liverpool), sang juara bertahan Manchester City yang selalu konsisten dan tambah gacor dengan striker Halaand yang fenomenal. Bahkan MU yang selalu jadi pecundang setelah ditinggal Sir Alex, kini di bawah Ten Hag, berada satu klas di atas musuh bebuyutannya Liverpool.

Pelatih City Pep Guardiola menunjukkan sebagai pelatih terbaik sekaligus pemimpin berkualitas yang mampu mencetak kader mumpuni seperti Michael Arteta (asistennya di City) yang kini merevolusi Arsenal dan Erik Ten Hag (asistennya dulu di Bayern) yang kini mampu membangkitkan MU tanpa superstar CR7.

Musim ini adalah mimpi buruk Liverpool. Menonton Si Merah termasuk di kandang  adalah penderitaan bagi fansnya. Euforia hilang menjadi Tragedi karena tim ini telah kehilangan status dari favorit juara menjadi tim pecundang.

Apa penyebab kemerosotan Liverpool ?

1) Badai cedera. Saat ini menepinya Van Dijk, Firmino, Jota dan Diaz memporakporandakan pertahanan dan membuat tumpulnya penyerangan.

2) Pindahnya winger energik Sadio Mane ke Bayern. Ternyata menjadi pemain kunci. Kepergiannya sungguh menjadi penyesalan terbesar.

3) Gagal merekrut pemain baru berkualitas. Harapan besar pada Nunez dan Gakpo di sektor penyerang ternyata flop. Midfield baru yang berkualitas tidak direkrut. Kemungkinan  karena minimnya dana  FSG sebagai pemilik yang dinilai pelit. Santer berita Liverpool mencari investor baru yang tajir .

4) Turunnya performa pemain-pemain kunci. Penjaga gawang Alisson kini menjadi sasaran empuk dan lumbung gol. Salah setelah diperpanjang kontrak dan dinaikkan gajinya justru mejan.

5) Faktor sang pelatih Jurgen Klopp. Ada ritme pada tahun keenam kepelatihannya,   kinerja Klopp menurun dan akan pindah klub. Setelah mampu mempersembahkan semua trophy di berbagai ajang di tingkat domestik, Eropa dan internasional, seakan Klopp mentok.

Musim ini ia gagal memotivasi timnya. Fans yang dulu absolut mendukungnya "In Klopp we trust", kini mulai muncul suara #KloppOut

Pelajaran bagi Kita

Sepakbola seharusnya bukan hanya tontonan, tapi dapat menjadi tuntunan. Syaratnya mampu menjadi suporter yang cerdas, bukan sekedar fans fanatik yang emosional.

Yang jika timnya menang euforia dan merendahkan lawan. Tapi jika kalah patah hati dan badmood seharian.

Kita bisa belajar dan lebih bijak dalam hidup dengan "mengambil hikmah dari sepakbola".

Sedikitnya ada *3 pelajaran* yang bisa kita waspadai dari "tragedi Liverpool" ini :

1) Change or Die!

Harus berubah dan keluar dari "zona nyaman". Jangan terjebak pada Sukses masa lalu karena tak menjamin sukses di masa kini. Mempertahankan pemain2 lama yang sudah berumur dan menurun performanya. "Ngotot" tetap memakai cara bermain yang terbukti susah tidak efektif.

Apakah Klopp harus pergi? Jika sudah jenuh, maka kehadiran pelatih baru berkualitas akan membawa angin baru. Klopp mungkin lebih antusias dengan tantangan baru.

2) Persaingan semakin ketat. Jika kita tidak selalu meng-upgrade diri, maka kita akan disusul dan ditelikung kompetitor. Pengembangan diri secara teknis agar permainan makin berkualitas dan mengobarkan "semangat juang' mutlak harus dilakukan.

Siapa sangka Newcastle di bawah owner baru dari Arab Saudi, secara cepat mampu menjadi pesaing juara. Berpuas diri dan merasa hebat (takabur) akan membunuh secara perlahan.

Mengamati kemajuan lawan itu perlu dilakukan. Seperti pendapat Sun Tzu "Orang yang mengenal diri dan mengenal lawan akan menang dalam setiap pertempuran".

3) Pentingnya Kepemimpinan.  Pelatih harus mampu membangkitkan yang terbaik dari para pemainnya. Perlunya mendidik pemain menjadi "jendral lapangan", yang kini tidak tampak di Liverpool. Menciptakan kaderisasi yang  mampu menggantikannya.

Tidak mengulangi kesalahan MU yang terpuruk sepeninggalan Sir Alex Fergusson yang justru memilih "orang luar" (David Moyes dari klub medioker rival sekota Liverpool : Everton).

Patut mencontoh jejak Pep Guordiola yang mampu mencetak asisten pelatihnya menjadi pelatih hebat yang kini justru menandinginya.

"Jika kita kalah, kita belajar". Sebagai pecandu bola, khususnya fans Liverpool, mari kita jadikan "Derita" Liverpool pada musim ini sebagai pelajaran berharga agar hidup kita lebih maju.

"You Never Walk Alone"

*Pandji Kiansantang, Jakarta, 30 Januari 2023 jam 3 dini hari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun