Mohon tunggu...
Pandji Kiansantang
Pandji Kiansantang Mohon Tunggu... Penulis - "Bahagia Membahagiakan Sesama"

Menulis itu Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jangan Lagi Mendiskriminasi Wisatawan Domestik!

13 September 2022   04:56 Diperbarui: 13 September 2022   05:00 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang Bali terkenal dengan keramahtamahannya... Perilaku ini melengkapi kekayaan budaya dan pesona alamnya yang membuat Bali sebagai "Daerah Tujuan Wisata" favorit di seluruh dunia.

Bahkan survei Club Med pada Agustus tahun ini berdasarkan jajak pendapat turis menempatkan Bali sebagai No. 1 "Tujuan Liburan paling Membahagiakan".

Namun citra baik ini terkadang dinodai oleh sikap "oknum" pelaku parawisata di hotel tertentu.

Sebelum pandemi, sejumlah "WisDom" (Wisatawan Domestik) - dari Jakarta atau tempat lain di Indonesia - mengeluh diperlakukan tidak selayaknya oleh oknum pelaku parawisata di Bali... yang terlalu "mendewakan" WisMan (Wisatawan Mancanegara) dengan Dollar-nya.

Keadaan 180 derajat berubah pada masa 2 tahun pandemi (2020 - 2021) yang membuat parawisata Bali "mati suri" hampir tak ada WisMan, kecuali turis - kebanyakan - Rusia yang "long stay" dan bekerja secara online di Bali (terutama Canggu dan Ubud). Yang memberi pemasukan hanyalah kehadiran WisDom yang saat itu disambut baik...

Bersyukur kini parawisata Bali mulai bangkit dengan kedatangan lagi WisMan. Selamat datang kembali turis bule... tapi tolong perlakukan WisDom seperti mereka.

Equal treatment. Jangan lagi ada "anak emas" dan "anak tiri".

Saya "terpaksa" mengeluarkan uneg-uneg ini karena kecewa dengan perlakuan yang tidak selayaknya. Menginap di suatu hotel berbintang di kawasan favorit. Hotelnya strategis tapi tingkat okupansinya rendah selain weekend. Membayar harga normal dan menginap 5 hari di bungallow. Selain saya hanya ada 1 bungalow yg diisi turis bule. 

Sejak hari pertama sudah mendapat perlakuan kurang enak. Tapi tak saya pikirkan karena lebih fokus pada agenda aktivitas. Kekecewaan saya baru meledak kemarin saat saya mau minta "late check out" dan dijawab "ada yang mau reservasi". Padahal saya tahu betul di weekday hampir tak ada tamu. Selain itu masih ada beberapa bungalow yang kosong.

Berbeda dengan sikap orang Bali kebanyakan, sejumlah karyawan hotel itu sama sekali tak ada senyum dan ucapan "terimakasih" bahkan saat saya membayar kamar. Ketika berpapasan, tak ada sapaan "selamat pagi / siang / malam". Seakan mereka tak butuh customer domestik datang.

 Tadinya saya berusaha "berpikir positif" : mungkin mereka gajinya kecil atau punya masalah keuangan, sehingga "no smile", "no thanks".

Tapi melihat sikap mereka yang begitu manis dan ramah pada turis bule, walau hanya makan di resto dan bukan tamu hotel, saya merasa "diperlakukan tidak adil". Saya bayar sama dengan turis bule, mengapa diperlakukan beda? Di-jutek-in. Saya tegas langsung menyampaikan komplain pada petugas hotel. Tidak ada kata "maaf"... "no sorry".

Seharusnya saya hanya tinggal 1 malam di hotel itu. Bad service... bad attitude. Pantas saja selama 5 hari menginap di sana tak ada wisdom lain yang menginap, cuma turis bule. Owner hotel seharusnya mendidik perilaku karyawan frontlinernya untuk lebih menghargai tamu : tak pandang ia turis asing atau turis domestik. Berlaku baik pada semua orang, apalagi sesama "nyame" (saudara) bangsa Indonesia itu adalah filosofi budaya luhur Bali.

Memang kasus yang saya alami ini dilakukan oleh beberapa "oknum". Saya berharap oknum semacam ini tak semakin banyak... yang bisa mengulangi fenomena "sebelum pandemi".

Pandemi seharusnya menjadi bahan introspeksi bagi semua orang... juga bagi pelaku parawisata di Bali, termasuk perlakuan  pada "wisatawan domestik"... yang tak minta "karpet merah" atau diperlakukan istimewa, tapi yang "sepantasnya"...
Saya yakin Bali dapat lebih baik lagi.

*Pandji Kiansantang @ Bali, 12 September 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun