Saya takkan menyebutnya sebagai "kebangkitan spiritual" apalagi "pencerahan"... saya tak sehebat itu... hanya seorang manusia biasa yang berusaha memahami apa yang terjadi pada diriku : dari mana dan mau ke mana...
Berusaha segera mewujudkan panggilan hati karena tidak banyak lagi waktu tersisa...
Berusaha menikmati ketidakpastian : que sera, sera, whatever will be, will be... apa yang akan terjadi, terjadilah... Menjalani hari demi hari, menikmati momen saat ini... Hidup itu karunia Tuhan yang harus dijalani, disyukuri dan dinikmati.
No time to regret about my past life. No time to worry about mu future.. Saya takkan tahu apa yang akan terjadi pada esok hari... Satu hal yang pasti terjadi adalah setiap orang akan mati. The end of story.
 Ini pandanganku tentang HARTA KEKAYAAN :
Harta itu penting... untuk mengoptimalkan ibadah (naik haji, umrah, zakat, shadaqah, waqaf, Qurban) dan untuk membantu orang lain dengan menjadi "jalan kemakmuran" bagi sesama.
Harta (rumah, mobil, uang) BUKAN untuk dikumpulkan dan dilipatgandakan sampai 7 turunan dan dipamerkan  agar dihormati orang lain... karena harta itu hanya "titipan Illahi" dan tak dibawa mati...
Pandji Kiansantang, Pantai Sanur-Bali, 10 Agustus 2022 jelang sunrise saat hujan turunÂ